Pujian Pendongkrak

Author : Felicia Yosiana

14 Oktober 2011.

Pagi itu saya sedang dirundung perasaan bersalah kepada Tuhan karena telah sering membuka celah pikiran dan hati terhadap hal-hal tidak penting yang sangat rawan membawa saya kepada kepahitan dan keangkuhan.
Tuhan memang telah berkali-kali menegur saya dan mengatakan pada saya untuk aktif berperang secara roh dan pikiran. Namun saya tetap merasa kesulitan memblok pikiran-pikiran menyebalkan itu sampai Ia menggunakan metode lain untuk menegur saya: membiarkan saya membaca artikel internet mengenai kesaksian tentang Neraka yang dipenuhi orang Kristiani.

Dalam kesaksian itu, ditulis bahwa Author dibawa Yesus melihat Neraka setelah ia meminta pengampunan Bapa atas hidupnya. Di sana, ia melihat sangat banyak orang-orang Kristiani dan mereka yang mengaku adalah orang percaya. Ada di antaranya pastor, pendeta, pengkhotbah, evangelis, anak-anak remaja yang pelayanan dan orang-orang tua yang rajin ke Gereja. Semua dari mereka memiliki dosa-dosa terselubung yang tidak tersembunyi dari muka Allah.
Semua itu menggampar saya. Dan yang paling parah adalah saat saya membaca mengenai orang-orang yang meninggikan diri dan berakhir di Neraka. Roh saya berteriak: “Betapa mudahnya kamu tergelincir ke dalam lubang keangkuhan!! Idiot sekali kalau kamu masih menunda-nunda untuk berbalik kepada Bapa!”

Segera saya menuruti dorongan untuk menyembah dan berdoa meminta ampun dan peneguhan. Dan hebatnya, Ia tidak menolak saya. Untuk yang ke-sekian-kalinya, saya mengakui semua celah-celah pikiran saya dan memohon kepada Roh Kudus untuk memberikan saya hati, mata dan telinga yang baru.
Masih dalam pujian penyembahan, Tuhan mengingatkan saya akan salah satu inti panggilan hidup saya: menjadi ‘dongkrak’.

Fungsi dongkrak itu bekerja secara sempurna bila diposisikan di mana, Yosi?” Ia bertanya kalem.

Dari bawah, Tuhan.”

Itulah inti kerendahan hati. Itulah inti penyembahan.”

Saat itu juga saya melihat (entah di Alam Roh entah di dalam diri saya sendiri), tubuh roh saya sedang berdiri dan memuliakan Allah dalam puji-pujian. Ruangan tanpa batas di mana saya berdiri berlantaikan kaca—seperti permukaan air— yang tidak pernah saya lihat. Suasana ruangan itu kudus, ke-biru-biru-an, dan dipenuhi cahaya-cahaya pantulan seperti kalau kita sedang berada di dalam air yang disirami cahaya. Dan yang membuat saya agak terpana adalah saat saya mendongak untuk melihat langit.


Di atas saya bukanlah langit seperti yang saya kira. Di atas saya terbentang kaca tembus pandang yang sepertinya tanpa batas juga, sama seperti ruangan ‘bawah’ tempat saya berada. Di atas lantai-kaca itu, saya melihat teman-teman saya, saudara-saudara saya sedang berdiri dan berjalan.

Hikmat segera mengalir ke dalam roh dan jiwa saya dan seketika itu juga saya mengerti maksud-Nya.

Saya berada di posisi bawah, di bawah orang-orang yang ingin saya kenalkan kepada Tuhan kita yang hebat. Dan dengan puji-pujian itu, saya menjadi pilar dan dongkrak bagi orang lain. Bukan tugas saya untuk memimpin, melainkan untuk mengangkat dan mendorong dari bawah.
Ini menjawab semua pertanyaan saya mengenai pengelihatan saya dalam posisi tempur Tim Doa di Alam Roh—di mana saya juga diposisikan Allah sebagai Penjaga Garis Belakang atau Rear Guard. (Note: silahkan membuka Laman "About Us".)

Ini boleh saya tuliskan?” tanya saya kepada Tuhan setelah saya melihat hal tersebut.
Ya, boleh. Tuliskanlah: inilah panggilan kalian, anak-anak! Rendahkanlah hati kalian dan jadilah pilar yang menyokong orang-orang di sekitar kalian! Akulah yang akan memberkati dari atas. Adalah tugas kalian untuk menjaga ‘kaca’ di atas kalian!”

Tuhan juga menambahkan, hal ini sangat esensial bagi semua Pemimpin Pujian / Worship Leader dan setiap Penyembah (baik itu pemusik ataupun singer). Yang dilakukan dalam puji-pujian bukanlah menarik orang-orang kepada Kristus, melainkan mendorong mereka, mengangkat mereka.

Dan karena itulah “aku harus semakin rendah, namun Kristus harus semakin tinggi.