Author : Felicia Yosi
A : God, kenapa Anda jarang menjelaskan soal Alam Roh pada saya? *Baru kepikiran setelah baca blog orang mengenai AR*
G : Bukannya jarang. Tapi kamu tidak bertanya.
A : ...
G : Bukankah Aku Allah yang adil dan tidak memaksa?
A : Oke, oke. Nyerah. Jadi kami memang harus aktif, ya... Omong-omong, mengenai Tritunggal Maha Kudus... Sekarang saya sedang bicara pada siapa?
G : Kami.
A : Secara spesifik?
G : Kau memanggil Allah Roh Kudus, bukan? Ini Aku. (*note: Saya memanggil Allah Roh Kudus dengan ‘God’, Allah Anak dengan ‘Lord’, dan Allah Bapa dengan ‘Lord Father’. Harap singkatan Nama-Nama ini mulai diperhatikan.)
A : Hmm... By the way, apakah kami bisa bertemu dengan orang-orang lain di Alam Roh? Saya bisa ketemu dan berperang bareng sama anak-anak Tim Doa?
G : Ya, bisa. Kan kamu sudah punya paspor masuknya yang sah.
A : Ha?
JC : Darah-Ku. Darah-Ku adalah paspor masuk yang sah bagi anak-anak-Ku, mereka yang Kutebus, untuk memasuki dan berperang di Alam Roh bagi-Ku.
A : Wah... Saya mau daftar masuk dan daftar latihan perang!
G : Boleh. Sediakan saja waktu untuk itu dan teruslah fokus. Kelemahanmu adalah kecenderunganmu untuk berpikir bahwa diskusi dengan Kami hanya bisa dan ‘nyaman’ dilakukan di rumah saja. Padahal Aku ada di mana-mana, dapat memprosesmu di mana-mana.
A : Maap. Saya memang susah fokus...
G : Ada baiknya bahwa kamu menyanyi bagi-Ku sepanjang waktu, berpikir dan berdoa. Tapi terkadang, bila tidak pada waktu-Ku, maka semua itu bisa jadi penghalang untuk berkomunikasi dengan-Ku. Simpel, kan? Contohnya adalah sikat gigi.
A : Maksudnya?
G : Bukannya tadi kamu ditegur sama Dokter Gigi karena kawat bagian gigi geraham kurang bersih? Padahal kalau kamu minta pada-Ku, pasti tidak akan jadi begitu.
A : Saya harus minta tuntunan Anda dalam menyikat gigi? O____o
LF : Ya. Aku adalah Ayah yang memperhatikan detil. Kau tahu Aku selalu bersamamu.
A : Yang luar biasa adalah bahwa Anda tidak merasa tersinggung karena permohonan-permohonan kecil macam itu...
LF : Ingat, andalkan Aku dalam setiap perkara, baik kecil maupun besar. Membeli buku, belanja, berpakaian, dan sebagainya... Aku selalu ada di situ untuk memberikan masukan dan mengarahkan. Adalah sifat-Ku untuk membimbing dan menolong. Aku suka melakukannya.
A : Saya masih nggak mudeng dengan pernyataan bahwa Anda ‘suka’ melakukan sesuatu...
LF : Aku adalah Allah yang memiliki kepribadian.
U (Union) : Kami memiliki kepribadian. (*Mereka bertiga berkata bersamaan)
A : Saya masih bingung. Tapi mengerti dalam waktu yang sama.
JC : Roh-mu lah yang mengerti, bukan otakmu. Kamu mulai bisa melihat perbedaannya sekarang. Hikmat membimbingmu.
A : Ada tertulis bahwa Pedang Roh Allah memisahkan jiwa dari roh. Implikasinya adalah jiwa dan roh orang yang belum sungguh-sungguh mengikut dan mengenal Anda adalah satu. Seperti yang pernah saya baca dalam buku Manusia Rohani karangan Watchman Nee. Benar begitu?
G : Benar begitu. Kamu belajar banyak, kan?
A : Ya, dalam waktu singkat, padahal saya nggak lagi duduk diam dan mencoba berdiskusi. (*note: saya lagi mondar-mandir waktu percakapan ini terjadi)
JC : Aku adalah Allah yang praktis. Sambil jalan dan bekerja pun Aku mampu memprosesmu asalkan kamu mau dan fokus. Seperti sekarang ini.
A : Tapi masih banyak sekali yang tidak mau mencoba mengerti...
G : Itu karena mereka berusaha mengenal-Ku dengan cara yang salah. Manusia tidak dapat menemukan Aku dengan cara mereka. Harus dengan cara-Ku lah kalian menemukan Aku.
A : Dan itu adalah kebodohan.
U : Aku, Kami membenci kebodohan. Hikmat dunia adalah kebodohan bagi Kami. Doktrin dunia adalah kesesatan dan suatu yang berbau busuk di hadapan Kami.
LF : Tidak ada persembahan yang lebih harum dibanding sesuatu yang berjalan di dalam seseorang sesuai dengan kehendak-Ku.
A : Dan betapa banyak yang tidak mengetahui Anda!
LF : Ya. Sangat, sangat banyak. Bahkan di antara Gereja-Ku (manusia, bukan bangunannya), Aku masih menjadi objek pemujaan yang asing dan tak dikenal. Mereka mengkotak-kotakan Aku dengan logika mereka, logika dunia yang paling Aku benci!
A : Maafkan kami, Bapa...
LF : Ya, namun itu tidak cukup. Yang menyenangkan Aku adalah pertobatan dan pencarian Aku dengan segenap jiwa, waktu dan hati kalian.
A : Saya sedih kalau melihat orang-orang masih suka menyusun dan mengharapkan rancangan masa depan mereka diberkati Anda...
LF : Ini juga menyedihkan Aku, nak. Mereka setiap hari menyodorkan agenda mereka (yang dibuat manusia) kepada-Ku untuk Aku berkati. Aku tidak lebih dari mesih pemberi berkat yang semata-mata ditakuti hanya karena Aku mampu memberkati dan juga mencabut berkat dari hidup manusia.
U : Kami ada untuk dikenal. Kami ada untuk dicintai dan dicari. Bukan sebagai alat pengoperasian berkat.
A : Bagaimana mereka bisa sadar?
U : Dengan doa dan gebrakan kasih. Tapi bila mereka masih menutup hati mereka dari perkataan Kebenaran Kami, maka terkutuklah orang itu!! (*nada bicara TriTunggal menjadi pahit, marah dan sedih di sini)
LF : Jangan kira Aku tidak mampu membenci dan mengutuk! Aku membenci rancangan manusia, rancangan dunia ini! Berapa banyak yang mencari Aku dan menyodorkan hidupnya untuk Aku pakai sesuai dengan kehendak-Ku? Berapa banyak?! Apa Aku ini di hadapan kalian, anak-anak? Mainan? Mesin berkat?
A : Betapa bobroknya dunia, ya Allah...
JC : Bapa-Ku adalah Allah yang Pencemburu, nak. Ia juga adalah yang paling lemah lembut dan sabar dari Kami. Kau harus pertama-tama mengerti bahwa Kami adalah Entitas yang berbeda namun Satu dan Sama. Logikamu tidak bisa dipakai untuk mengerti Kami. Hanya Hikmat yang mampu mengenal dan mengecap setiap Pribadi Kami.
G : Tidak pernah Kami berada dalam jalur yang berbeda. Tidak pernah Kami berjalan dalam ke-tidak-harmonis-an. Kami adalah Satu dan Kudus. Tiga Entitas Maha Kudus. Namun sayang, sedikit sekali yang mau mengenal Kami.
A : Apa yang harus kami lakukan?
JC : Berdoa. Berdoa dan berperang bagi saudara-saudaramu yang masih buta dan suam-suam kuku. Kamu harus mengasihi mereka dengan Kasih Agape, bukan? Kasih Agape adalah Kasih tak bersyarat yang berujung pada keinginanmu bagi mereka untuk megenal Aku—sumber keselamatan. Peganglah itu dan turunlah ke Lembah Penentuan dengan bimbingan Roh-Ku.
G : Bukankah kamu sudah daftar untuk latihan perang di Alam Roh? Itu komitmen, lho.
A : Ya. Saya mau berperang buat keluarga dan saudara-saudara saya di dalam Anda.
G : Itu resolusi yang baik. Itu resolusi yang hanya bisa muncul dari kedekatan dengan Aku.
A : Maksudnya?
JC : Kamu akan mengerti.
A : Tapi saya masih cupu juga, Tuhan!
JC : Makanya latihan fokus. Bukankah Allah Bapa adalah gunung batumu? Berlatihlah.
LF : Penyertaan-Ku tidak akan pudar, nak. Aku akan selalu, selalu menyertaimu. Berpeganlah pada-Ku dan jangan lepaskan.
A : Saya jadi ingat waktu Anda berkata ‘Aku bisa nyelip, kok’ di ruang kuliah... (*Pada waktu itu saya kebetulan duduk di tengah dan terjepit bangku. Agak sulit melihat Tuhan karena biasanya saya duduk di pinggir dan melihat-Nya duduk di samping saya. Dan saya berkata dengan setengah bercanda: ‘Wah, Anda duduk di mana ini?’). Anda benar-benar rendah hati...
U : Itu Sifat Kami. Itu Karakter Kami. Untuk mengenal Kami, untuk menggapai Kami, kenalilah Karakter Kami dan tanamlah itu. Itulah Kehendak Bapa bagi setiap anak-anak-Nya.
JC : Penyertaan-Ku tidak tanggung-tanggung. Saat Aku memutuskan untuk menyertai manusia, kamu, Aku pun membuat resolusi dan komitmen bagi diri-Ku sendiri dan Dia yang mengutus Aku.
G : Ingatkah bahwa Aku di dalam kamu dan kamu di dalam Aku? Itu prinsipnya.
A : Terima kasih mau meladeni obrolan ini, Tuhan. Saya mau worship, ah.
LF : Ini memang jadwal worship kamu, kan? Ayo, Aku mau mendengarkannya.
~ To be continue... (?)
Get To Know The 3 of Them!
2011-10-02T23:06:00+07:00
The Praying Teens
conversations|