Author : Benedictus Harvi
Me : Malam, God.. Bersedia bincang-bincang?
JC : Tentu, anak-Ku.
Me : Hehe.. Anda sudah tahu topik yang akan saya ajukan, kan...
JC : Ya. Soal kepekaan terhadap suara-Ku.
Me : He’eh.. Saya bingung memulai dari mana.
JC : Hahaha. Tanyakan apa saja.
Me: Err... Kalau begitu... Sebenarnya seberapa pentingnya sih bagi anak-anak-Mu untuk melatih kepekaan?
JC : Sangat penting, Vi. Kau tahu, sebenarnya Aku berbicara setiap waktu pada anak-anak-Ku.
Namun, kalian membutuhkan kepekaan untuk mendengarnya. Aku-lah Komandan kalian. Wajar kalau anak buah harus mendengar perintah dari Komandannya secara langsung, bukan?
Me : Ya, iya sih... Mungkin ini terdengar agak bodoh, tapi God, sebenarnya untuk apa sih Anda berbicara pada kami?
JC : Banyak. Yang jelas, untuk mendidik kalian. Kamu juga merasakan kan, seberapa banyak kamu Kutempa sejak kamu peka. (Author : *ngangguk-ngangguk) Untuk mengomando kalian secara aktif. Yang ini juga kamu rasakan. Untuk memberi pengajaran akan Hikmat-Ku dan Kitab-Ku.
Me : Kerasa banget sih God.. Jadi intinya, krusial yah?
JC : Tentu! Aku rindu, rindu untuk bercakap-cakap dengan anak-anak-Ku secara intim.
Tertawa bersama kalian secara lepas adalah salah satu keinginan terbesar-Ku. Wajar kan, Ayah dan anak saling bercengkerama ria?
Me : ‘Terbesar’ God? Wow.. Kadang saya bingung, saat saya merasa Anda sangat berstandar tinggi, Anda malah terasa lebih ‘manusia’ dibanding manusia.
JC : Hahaha. Yah, Aku adalah Allah yang pernah menjadi manusia. Dan kalian diciptakan menurut citra-Ku, juga ada karakter-Ku yang kusisipkan dalam setiap anak-Ku.
Me : Wow wow... Tak habis-habisnya kalau memuji kekerenan Anda... Lalu... Bagaimana soal ‘melatih’ kepekaan? Saya memang menjalaninya sendiri dari nol, tapi saya ingin mendengar Anda menjabarkannya...
JC : No prob, no prob. Intinya, hubungan dengan-Ku adalah, dan selalu, hubungan dua arah. Timbal balik. Kamu meminta karunia, kamu berusaha mencarinya dengan latihan bercakap-cakap dengan-Ku, dan kamu menggedor pintu-Ku dengan ulet memintanya. Maka Aku akan memberikannya, Aku akan membuatmu menemukannya, dan Aku akan membukakan pintu untukmu.
TAPI, jangan salah juga. Semuanya terjadi karena kasih-Ku saja.
Kalian berusaha, ya, itu baik, tapi JANGAN sampai kalian menganggap bahwa yang kalian dapatkan adalah hasil usaha kalian SENDIRI. Itu merupakan akar kesombongan, yang merupakan kejijikan bagi-Ku.
Me : Wah... Elaborate ya... Dan sejujurnya agak membingungkan sih Lord...
JC : Minta hikmat! Ada Firman-Ku yang menyatakannya, bukan?
Me : Ya, God.. Soal ‘siapa yang kekurangan hikmat, hendaklah memintanya’.
JC : Bagus! Jangan lupa meminta hikmat-Ku. Banyak kekurangan yang Kutemui pada anak-anak-Ku adalah; mereka malas meminta hikmat. Padahal, semuanya sudah tersedia bagi kalian.
Me : Termasuk kadang saya juga ya...
JC : Haha, bagus kalau nyadar. Jangan lalai!
Me : Ya, Tuhan. Lalu lalu.. Err.. Sebenarnya berapa lama sih prosesnya dari seseorang tekun meminta kepekaan sampai Engkau memberikannya?
JC : Kamu tidak bisa mengukur dengan waktu manusia, Vi. Hanya Aku yang mengatur segalanya.
Bila Aku menginginkan seseorang langsung mendapatkannya begitu saja, itu yang akan terjadi. Bila Aku menginginkan seseorang bergumul panjang untuk mendapatkannya, itu juga yang akan terjadi. Kembali lagi ke fakta bahwa Aku menghargai usaha.
Me : Anda rendah hati sekali ya.. Usaha dari tanah liat-tanah liat tukang membangkang seperti kami ini tetap Kau lihat..
JC : Aku memang Allah yang menghargai usaha.
Me : Ohya God, soal risks dalam mengejar kepekaan ini.. Eh, ada kan ya..? Err, yah, langsung aja deh Lord haha, apa komentar Anda?
JC : Hahaha... Kalau yang kamu maksud hal yang harus diwaspadai, ya, ada. Karena kembali lagi ke fakta bahwa ada 3 suara yang dapat kalian dengar dalam hati kalian : suara Roh-Ku, suara hatimu sendiri, dan suara si Jahat.
Me : Cara bedainnya?
JC : Terus mendekat pada-Ku, dan yang terutama adalah : UJILAH ROH ITU!! Firman ini sangat, sangat KRUSIAL, Vi.
Namun Aku mendapati banyak anak-anak-Ku yang terjerat tipu daya si Iblis karena tidak mau menguji.
Yang pasti, Roh-Ku tidak akan berbicara yang menentang isi Firman-Ku (Alkitab). Karena dengan sendirinya Aku tidak pernah berdusta. Pengetahuan yang mendalam tentang Alkitab WAJIB dimiliki setiap anak-Ku!!
Luangkan waktu kalian membaca Firman-Ku setiap hari, sesibuk apa pun kalian. Jangan lupa minta hikmat sebelum membaca!
Me : Tidakk... Saya suka lupa minta...!
JC : Mintalah.
Namun, si Jahat itu juga dapat menggunakan Firman-Ku, dan bahkan ia hafal seluruh isi Kitab Suci luar kepala. Tambah lagi, ia penipu ulung. Tak heran, banyak Firman-Ku yang diputarbalikkan olehnya.
Jangan, jangan terjerat anak-anak-Ku! Ia sudah menggunakan cara ini sejak Adam dan Hawa, dan banyak yang masih terpengaruh. Minta, minta hikmat-Ku dan tekunlah mencari Aku, maka Aku akan menuntunmu lepas dari jerat-jerat si Jahat itu.
Me : Memang susah ya...
JC : Bagi manusia susah. Bagi Aku?
Me : Ga ada yang mustahil bagi-Mu God!
JC : ;)
Me : Ah, sebelum itu... Ada poin yang ketinggalan nih. Bagaimana membedakan suara-Mu dan suara diri sendiri? Dan saya waktu itu sampai ‘daftar’ pada-Mu untuk mau jadi peka. Apakah itu memang perlu?
JC : Untuk membedakan itulah, yang merupakan karunia. Karena kamu tahu, Roh Kudus-Ku begitu lembut hingga kadang sukar dibedakan dengan suara dirimu sendiri. Lalu, soal ‘daftar mendaftar’... Aku adalah Allah yang menghargai free will. Kamu tahu , kan?
Me : Tau banget, God. Hehe.
JC : Nah itulah, Aku butuh persetujuan dari anak-anak-Ku. Willingness mereka. Karena, kamu juga ingat kan, saat pertama kamu mulai Kulatih dalam hal ini, banyak sekali sifat-sifatmu yang Ku’pangkas’.
Me : Ya, ya. Dan rasanya sakit...
JC : Karena Aku Allah yang memukuli, tapi juga Allah yang membebat luka (Ayb 4:17-18). Seperti yang pernah Kutunjukkan padamu, ada requirements untuk itu (Ia pernah memberi vision pada saya mengenai persyaratan mendapatkan suatu karunia). Aku akan menempamu sedemikian rupa hingga kamu ‘layak’ menerima itu. Dan yang menempati daftar paling atas adalah: KEMAUAN.
Me : Aku, aku, aku! Bener ngga God, jadi kita itu yang penting MAU menerima dan MAU menanggung konsekuensinya dulu, baru ntar bersama-Mu kita dibentuk, hingga akhirnya Engkau menganugerahkan karunia itu pada kami?
JC : Secara proses, kurang lebih seperti itu. Tapi jangan tergantung pada itu juga, karena Aku dapat menganugerahkan hal itu secara langsung pula bila Aku menginginkan.
Satu poin lagi: Karunia adalah sesuatu yang sebenarnya TIDAK LAYAK kalian dapatkan. Ini semata-mata adalah anugerah dari-Ku untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Ku. Maka dari itu, tujuan kalian diberi karunia adalah menjadi PEKERJA-KU.
Me : I see. En yah, intinya kita tekun mencari Engkau aja yah...
JC : Dan rela menanggung salib.
Me : Hem hem... Teeeengggsssss, Lord, sudah bersedia ngeladenin diskusi ini...!
JC : Sama-sama, anak-Ku.
Kepekaan dan Karunia
2011-10-04T23:27:00+07:00
The Praying Teens
conversations|