Gaya Hidup Kudus

Author : Felicia Yosiana Gunawan

Sudah tidak terhitung berbagai macam pertanyaan dan pernyataan orang-orang mengenai gaya hidup kudus. Banyak—bahkan di dalam lingkar Tim Doa sendiri yang beranggotakan lebih dari dua puluh orang—yang mempertanyakan, “Sebenarnya hidup kudus itu apa sih?”
Setelah berunding dan bergumul lama dengan Tuhan, saya pun menemukan beberapa jawaban. Yah... Memang pasti tidak perfek, dan tidak mungkin juga bisa perfek. Tapi saya mau mencoba membagikan apa yang Hikmat berikan kepada saya yang bodoh dan lamban mengerti ini.


Pertama-tama, sebelum kita masuk ke dalam pembahasan ‘pola’ hidup kudus, mari kita lihat sebentar apa yang dikatakan Alkitab soal kekudusan. 1 Petrus 1:16 memberikan perintah yang sangat gamblang di sini. “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus,” kata Tuhan Allah di Alkitab. Nah, sekarang coba kita perhatikan kata pertamanya: ‘kuduslah’. Kata ini adalah kata perintah. Dan lebih dari itu, ini adalah kata yang artinya kurang lebih sama dengan ‘jadilah’. Maka, kalau ada perintah ‘jadilah’, itu artinya orang yang diperintahkan dalam hukum tersebut belum menjadi seperti apa yang diinginkan si Pembuat Perintah.
Oh, tentu saja, mana ada orang yang bisa benar-benar kudus? Tentu saja tidak ada! Kita semua berdosa, kok. Kita semua terbelit rantai maut. Dan benar, untuk itulah Tuhan Yesus membayar harga yang mahal di kayu salib untuk menebus semua itu—sekaligus pula menjadikan kita kudus di dalam Darah-Nya yang mahal.
Mari ktia lihat ayat-ayat selanjutnya mengenai kekudusan. 1 Korintus 3:17 mengatakan bahwa kita—manusia—adalah Bait Allah yang Kudus. Sekarang, pertanyaannya: Bisakah Bait Allah menjadi kotor? Jawabannya tentu ‘bisa’. Tempat apa memang yang tidak bisa kotor? Lama tidak dibersihkan juga pasti berdebu. Apalagi kalau dipakai secara sembarangan, dijamin langsung kotor dan penuh dengan sampah. Efesus 5:3 mengandung filosofi simpel ini; bahwa jawaban ‘Bait Allah bisa menjadi cemar’ adalah benar di dalam Alkitab.

Jadi sudah jelas bahwa selain kita adalah Bait Allah yang telah dikuduskan oleh Darah Yesus, kita juga dapat menjadi cemar oleh rupa-rupa kejahatan dunia. Ini semua memiliki validasi Alkitab yang solid dan tidak dapat dibantah. Bahkan Tuhan Yesus sendiri pernah memberikan perintah agar kita, orang-orang pilihan-Nya yang dikuduskan dalam Darah Anak Domba, memisahkan diri agar tidak tercemar oleh dunia. Perintah ini ditulis dengan sangat gamblang dan to the point dalam Alkitab.
Nah, barulah di sini timbul masalah kedua: “Jadi, apa saya harus hidup sebagai seorang petapa gunung—supaya tidak tercemar dunia?”

Kata Rasul Paulus, jawabannya tidak. 1 Korintus 10 mencatat semua ini dengan cermat dan detail. Sungguh pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa dalam menggambarkan pola hidup yang seharusnya dimiliki anak-anak Allah!
Saya terkadang melihat ada orang-orang percaya yang hidupnya seperti orang Mars atau Jupiter. Orang-orang ini secara ekstrem menolak apapun yang mereka cap ‘produk dunia’ dan memilih untuk menyendiri dengan Allah. Apakah ini baik? Baik! Ini adalah rupa integritas yang tinggi dan luar biasa. Lalu, apakah ini benar? Benar. Secara Alkitab, memang ada perintah untuk senantiasa memikirkan dan merenungkan Firman Tuhan, siang maupun malam. Dalam arti sesungguhnya, berarti menjalin kontak yang tidak putus-putusnya dengan Roh Allah sendiri. Nah, tapi tersisa pertanyaan yang paling penting: Apa ini menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar si pelaku hidup kudus? Atau malah menjadi batu sandungan?
Nah, ini baru jawabannya relatif.


Saya menemukan kasus-kasus di mana anak-anak Tuhan ‘mencari selamat diri sendiri’ dengan topeng hidup kudus. Beberapa dari golongan ini, yang saya sebut sebagai ‘ekstrem kanan’ mulai sekarang, secara mentah-mentah menolak semua hal yang mereka anggap najis dan dapat mengotori diri mereka. Yah, sebenarnya ini ada bagusnya. Kita butuh orang-orang dengan integritas dan kemauan baja untuk menjaga diri di hadapan Allah seperti ini. Tapi lebih dari sering, saya tidak melihat buah dalam kehidupan mereka, terutama bila sudah disangkutkan dengan hidup orang-orang di sekitarnya.
Sekedar contoh, bila Anda menerapkan gerakan ekstrem kanan ini, dari sudut pribadi, Anda akan bertumbuh pesat. Saya contoh hidupnya. Saat itu Hikmat dicurahkan lebih, pengelihatan turun menghujani hidup saya, pujian penyembahan menjadi lebih bombastis dan mudah naik ke hadirat Tuhan, dan sebagainya. Tapi ternyata, dengan cara seperti itu, saya seperti menutup pintu berkat bagi orang lain. Dan itu membuat Tuhan geleng-geleng kepala...
Di titik balik itulah baru saya berpikir, “Bukannya hidup anak-anak Tuhan itu harus menjadi berkat, ya? Kok kayaknya gue terlalu risih sama orang-orang dunia sampai nggak mau turun ke ‘lumpur’ dunia dan merangkul mereka? Kalau gini, apanya yang jadi berkat? Ini mah berkatnya gue gondol sendiri...!”
Dari situlah kemudian paradigma hidup kudus saya diubahkan total. Dan sebagai bayarannya, inilah tujuan saya menuliskan ini: meluruskan pandangan yang sudah lama kabur mengenai kekudusan.


Nah, bila kita sudah membahas gerakan ekstrem kanan, sekarang jangan sampai ketinggalan yang ‘ekstrem kiri’. Seperti yang sudah Anda duga, ini adalah jenis anak-anak Allah yang suam-suam kuku. Orang-orang pada ekstrem kiri umumnya mempercaya keselamatan bulat-bulat, dan mengimani segala pengorbanan Tuhan Yesus dengan buta. Mereka tidak terlalu melihat inti kekudusan, dan umumnya, mereka mengkotak-kotakan dosa. “Asal gue gak clubbing, make narkoba, merokok dan seks bebas kan nggak apa-apa! Gue anak Tuhan juga, kok! Gue ke Gereja tiap minggu dan bahkan pelayanan! Apa yang kurang?”
Yang kurang, tentunya adalah mindset anak Allah yang adalah Bapa atas segala roh. Anda tidak bisa mengkotak-kotakan dosa dan skema hidup kudus. Pikiran Anda, sebagaimanapun ‘bersih’nya, merupakan zona peperangan utama dari pertempuran rohani pribadi. Dan sekarang, apakah dengan ikut pelayanan, ke Gereja setiap minggu dan tidak pakai narkoba sudah menjamin Anda masuk Sorga—terlebih terangkat pada saat Pengangkatan?

Mari kita lihat standar Tuhan dalam hal ini. Matius 5:48 menjelaskan standar-Nya dengan gamblang—standar yang sering ditawar anak Tuhan. “Siapa sih manusia yang bisa sempurna?” adalah kata-kata yang biasa saya dengar. Tapi itu tidak mengubah Firman dalam Alkitab. Firman dan perintah Tuhan jelas: Jadilah SEMPURNA! Dan untuk hal ini, tidak ada tawar-tawaran karena memang hidup kita sebagai anak Tuhan adalah sebuah perjalanan menuju Kesempurnaan Ilahi. Mau ditawar begitu rupa juga tetap saja sama pada akhirnya: Tuhan tidak terima sogokan atas Firman-Nya.
Lalu, kalau begitu hidup kudus yang Ia inginkan itu seperti apa? Simpel saja: hidup yang sempurna dan menjadi berkat serta contoh. Jadi tidak mungkin Anda diperbolehkan Allah untuk hidup semedi di gunung seumur hidup—karena kalau begitu, bagaimana Anda mau menjadi dampak bagi sekitar? Dilarang pula oleh Allah untuk menjadi ‘sama’ dengan dunia karena Dia adalah Allah yang Kudus, dan persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah.
Nah, jadi penerapannya bagaimana? Kok makin bikin bingung, ya?

Penerapan yang saya temukan di Alkitab ada banyak. Rasul-rasul adalah contoh yang baik. Namun dalam contoh konkret yang paling gamblang adalah Yesus dan Yohanes Pembaptis.
Ditulis di dalam Alkitab bahwa Yohanes Pembaptis tidak minum anggur dan menjaga hidupnya dengan luar biasa ketat. Ia selalu berpakaian sangat sederhana dan menjauhi ‘kecemaran’ dan ‘keglamoran’ dunia. Tapi ia dikatai kerasukan setan, dalam Lukas 7:33. Lalu tampil pula Yesus, yang hidupnya tidak bercela dan bernoda. Ia makan dan minum, duduk dengan para pemungut cukai dan menyebarkan Injil kepada semua orang—kaya maupun miskin. Ia bergaul erat dengan orang-orang yang bahkan dianggap ‘hina’ oleh dunia. Tapi lihat, Ia pun dicap sebagai seorang hina dalam Lukas 7:34.
Jadi, apa intinya? Sebagaimanapun Anda mau hidup kudus, entah Anda mau menganut ekstrem kanan atau kiri, gaya hidup Yohanes Pembaptis atau Yesus, orang tidak akan pernah membenarkan Anda. Tapi Anda bisa melakukan minimal dua hal: menjadi contoh kebaikan Allah bagi orang lain, dan menjadi pelaku Firman sehingga nama Allah dipermuliakan lewat hidup Anda.


Secara pribadi, saya tidak akan memilih salah satu dari gaya hidup Yohanes ataupun Yesus. Kenapa? Karena iman saya tidak seteguh Yohanes untuk hidup ‘nyentrik’, dan saya tidak sekuat Yesus dalam menahan godaan untuk ‘bermain’ dalam lumpur dunia. Jadi, saya cenderung untuk memilih jalan tengah di antara kedua contoh besar ini.
Saya memang telah mengambil komitmen ini dan itu, dan sebisa mungkin menjauhkan diri dari hal-hal yang menurut Sensor Roh saya berbahaya. Tapi itu bukan berarti saya akan selalu tutup telinga saat mendengar lagu sekuler atau akan langsung menengking-nengking setan saat melihat poster film horror. Saya hanya mencoba untuk menjauhi hal yang saya tahu tidak Ia inginkan bagi saya, dan pada saat yang sama, berusaha menerapkan strategi Rasul Paulus dalam ‘menyenangkan’ sesama saya agar Injil dapat mereka terima.

Itu juga saya lakukan dalam berkarya. Saya sedang dalam proses menulis beberapa buku yang, bila dipandang sekilas, tidak ada unsur rohaninya sama sekali. Novel, lebih tepatnya. Tapi kalau dulu saya ingin menulis untuk kepentingan dan ketenaran diri sendiri, sekarang saya sebisa mungkin menulis untuk Tuhan—untuk menjangkau pada pecinta fiksi dengan cerita yang kaya akan penerapan Firman Allah. Berkaitan dengan tulisan dalam Work, Work, Work!, saya mencoba menggunakan talenta saya yang kira-kira dapat digunakan untuk melayani Tuhan. Tentunya, talenta main game dan otak kriminal saya tidak masuk hitungan...
Setidaknya, saya tidak mau pulang dengan balik modal—atau bahkan tidak berbuah sama sekali. Ketika malaikat penjaga gerbang Sorga bertanya, “Kok kamu bawa buah hidupmu sedikit sekali? Bukannya Tuhan memberikan kamu banyak talenta?”, saya tidak mau menjawab, “Habis saya takut mengotori hidup kudus saya... Jadi talentanya saya kubur, deh.”

Tapi di lain pihak saya juga tidak mau menjawab, “Buah saya sebenarnya banyak... Tapi saya lupa mempersembahkannya bagi Tuhan. Maap ya, hampir semua sudah saya makan sendiri...”


Saran saya dalam menjalani hidup kudus cuma satu: Minta Hikmat dan Kasih! Itu saja, titik! Hikmat yang akan membimbing jalan-jalan Anda, menjelaskan segala perkara yang Allah inginkan terjadi dalam hidup Anda. Kasih akan menjadi landasan dan fondasi utama hidup kudus yang dikehendaki Anda, sehingga hidup Anda tidak menjadi burung dalam sangkar ataupun malah burung bandel yang ‘menclok’ sana ‘menclok’ sini.
Jangan lupa, standarnya bukan orang lain, tapi Firman Allah. Tidak akan pernah bisa kita menyenangkan semua orang. Tapi minimal, kita bisa memberkati mereka lewat hidup kita dan menyenangkan Allah!

Validasi : Ibrani 7:26, Roma 6:19, 2 Korintus 7:1, 1 Korintus 7:31, Galatia 6:7, Matius 10:16, Amsal 4, 1 Petrus 4:8.

[ Read More ]

One Week Prayer - 2

Author : Aloisius Kevin

Hari Kelima

Bisa dibilang, doa pada hari ini adalah salah satu yang palin menyenangkan. Kenapa? Saya diminta untuk mendoakan anak-anak TD pada malam itu. Saya kurang begitu ingat bagaimana proses doanya, saya hanya meminta Roh Kudus untuk membimbing saja. Tapi lain halnya dengan apa yang saya dapatkan malam itu.
Setelah berdoa seperti biasa, saya menyenderkan kepala saya ke tepi ranjang—hasil kecapekan. Pada saat itulah saya diberikan pengelihatan: Sebuah Wajah. Di satu sisi, wajah itu memancarkan gelap, dan setengahnya sisinya lagi memancarkan terang. Wajah yang gelap itu terlihat mengerikan: penuh borok, lubang, dan lebam hitam keunguan. Pokoknya beda sekali dengan wajah yang terang. Wajah terang di sisinya berambut emas, bersinar, dan memiliki sepasang mata yang indah bersinar.

Kemudian, seperti di adegan film di mana salah satu sisi layar dihilangkan, wajah gelap itu pun disingkirkan dari pengelihatan saya. Wajah yang terang menjadi sebuah wajah utuh yang bersinar luar biasa. Cahayanya terasa sangat terang, namun di sisi lain tidak menyakitkan mata untuk dilihat. Dan saya sangat kaget saat menyadari bahwa itulah wajah Tuhan Yesus!
Waooow... Saya sungguh tidak bisa melupakan Wajah itu. Wajah-Nya tenang, penuh dengan kharisma dan kekudusan. Benar-benar sosok yang sempurna.

Saya memang sudah sering dengar kesaksian orang-orang yang dibawa ke Surga oleh Tuhan, bahwa wajah-Nya itu sangat berbeda dengan gambar-gambar Tuhan Yesus yang kita jumpai. Namun baru sekarang saya sadar total kalau memang Ia sangat berbeda dengan ribuan lukisan yang pernah ada.
Tuhan kemudian tersenyum kepada saya. Sebuah senyuman hangat yang tidak pernah saya dapatkan dari siapapun. Tidak seperti senyum manusia, di mana saya masih sering mendapatkan senyum asal-asalan atau basa-basi. Senyuman-Nya benar=benar tulus, seakan-akan seluruh bagian wajah-Nya memancarkan kehangatan!

Jangankan mau berlonjak dari posisi berlutut saya, untuk membuka mata atau berkata-kata pun saya tidka bisa. Saya lemas, dan merasa sungguh tidakn layak melihat wajah-Nya.

Tuhan duduk di atas ranjang, Ia memandang saya dan berkata, “You’ve done well. Keep going, My son. I want to show more things to you.

Saya spontan langsung senyum-senyum sendiri sambil mengangguk.


Setelah membuka mata saya, perasaan saya dilingkupi sukacita karena telah melihat Dia. Saya tahu, di dalam roh, bahwa saat itu Ia ada di samping saya dan sedang merangkul saya. Dan di situlah datang pengelihatan berikutnya.

Saya pertama-tama melihat sebuah capitan dengan dua sisi pencapit berwarna biru perak. Pengelihatan saya berganti menjadi bagian dalam sarang lebah yang menumpahkan banyak madu.

Pengelihatan berganti lagi. Saya melihat serangkaian gambar-gambar singkat yang muncul dengan cepat: Unta yang berjalan di padang pasir, pohon Sakura, pohon anggur, dan sebuah sawah yang setengah tergarap. Saya juga melihat sebuah patung, lalu candi yang disorot dari atas dan orang-orang yang berpakaian model Timur Tengah.
Saya hanya cenga-cengo saat itu, tidak mengerti apa yang barusan saya lihat. Barulah kemudian Hikmat diturunkan Tuhan.


·         Wajah yang terbagi dua adalah perbandingan wajah Tuhan Yesus yang asli dengan Iblis yang suka menyamar menjadi Beliau. Tidak ada yang dapat menyerupai Tuhan Yesus kita yang asli, apalagi bila mereka berdiri di hadapan kemuliaan-Nya.

·         Pencapit merupakan pencapit doa. Itu adalah sumbol bahwa tidak ada satu pun doa yang tidak didengar Tuhan. Ia selalu mendengar doa-doa kita.

·         Madu melambangkan janji Tuhan bahwa Ia akan menjamah berbagai tempat di dunia. Pernahkah Anda mendengar ayat-ayat mengatakan bahwa ‘firman Tuhan lebih manis daripada madu’? Dari situlah saya mengerti bahwa firman-Nya akan menjangkau berbagai tempat yang Ia tunjukan kepada saya di pengelihatan setelahnya.

·         Setiap gambar-gambar singkat merupakan ciri khas atau simbol dari suatu negara. Unta melambangkan Mesir. Pohon Sakura melambangkan Jepang. Pohon anggur melambangkan Uni Eropa. Sementara patung melambangkan Thailand dan negara sekitarnya. Dan orang-orang bersorban melambangkan Timur Tengah. Candi, puji Tuhan, melambangkan Indonesia.

·         Sawah yang setengah tergarap adalah tanda bahwa Tuhan telah mengerjakan pekerjaan-Nya yang mulia di berbagai tempat di dunia, dan itu masih berlanjut. Dengan bimbingan Roh Kudus, saya mengerti bahwa sawah yang sudah tergarap adalah negara-negara di mana tangan-Nya sedang bekerja: Mesir, Jepang, dan Eropa. (Note: Felicia mendapatkan beberapa mimpi dan pengelihatan singkat yang memvalidasi bahwa ada gerakan Tuhan yang sedang dan akan terjadi di Jepang). Hal ini, tentunya, dapat kita lihat dari kejadian-kejadian besar yang terjadi atas negara-negara tersebut. Ada pemberontakan Mesir, tsunami dan gempa Jepang, lalu krisis ekonomi di Eropa. Ini semua adalah bukti bahwa Tuhan sedang menegor negara-negara tersebut untuk kembali ke jalan-Nya.

·         Sawah yang belum tergarap adalah negara-negara yang akan segera Ia lawat. Doa-doa kita memainkan peranan penting dalam pergerakan ini.

[ Read More ]

Nama - Nama Tuhan 2

Author : Felicia Yosiana Gunawan

Sambungan dari Nama - Nama Tuhan.

Penggunaan Nama Tuhan sebenarnya tidaklah sulit, tapi juga tidak bisa seenaknya dianggap mudah. Saya mengalami beberapa kesulitan dalam menerapkan Nama-Nama Tuhan pada hari-hari pelatihan saya—yang sampai tulisan ini dibuat pada akhir Januari 2012, saya masih belum maju dari tingkat dasar. Ini serius! Anda tidak bisa bermain-main dengan arti Nama Tuhan yang begitu agung, kudus dan mulia. Akan ada segudang keunggulan pastinya bila digunakan dengan tepat dan sesuai kemauan-Nya. Tapi sebaliknya, Anda akan seperti petarung yang tidak siap dan tidak mengerti cara menggunakan senjata baru Anda di medan pertempuran.
Singkatnya, kalau kita tidak mengerti dan mendalami benar ‘senjata baru’ kita, kita bakal mati kutu duluan. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi kalau saat perang, di mana keadaan mulai mengganas dan setiap prajurit diperhadapkan kepada klimaks peperangan yang menentukan, Anda malah kesulitan sama senjata sendiri. Tidak lucu, bisa mati konyol ini nanti. Pasti lawan juga akan tertawa kalau kita malah sibuk sama senjata baru—di medan peperangan—alih-alih maju menggempur mereka. “Itu si Dori diamkan saja,” lapor prajurit lawan. “Pedang barunya memang keren... Tapi dia pakai pedangnya saja tidak becus. Nanti juga encok sendiri.”

Nah, ini tidak boleh terjadi. Jadi apa yang dapat kita lakukan agar dapat ‘menguasai’, atau minimal, ‘mendalami’ senjata baru kita? Latihan! Dengan apa? Dengan Hikmat—bimbingan Roh Kudus, Saat Teduh, Pendalaman Nama-Nama Allah—dan juga dengan iman untuk aplikasinya. Simpel? Lumayan. Susah tidak aplikasinya? Dengan bantuan Roh Kudus, tidak.

Kembali ke diri saya sendiri sebagai contoh bobrok. Yah... Katakanlah ini derita penulis kawakan: selalu jadi bulan-bulanan tulisan sendiri...

Ehem. Oke, ini pengalaman bodoh saya dalam aplikasi Nama Tuhan saat perang. Jadi saat itu, saya memang telah disuruh Tuhan mendalami Nama-Nama-Nya secara spesifik. Ia mengatakan saya boleh memilih sendiri Nama yang saya sukai, dan mempelajari Nama tersebut dan mencobanya sebagai ‘senjata baru’ di medan pertempuran. Tapi salah satu kekurangan saya waktu itu adalah persiapan. Yep, saya kurang persiapan. Saya kurang mendalami makna Nama Tuhan tersebut dengan Hikmat dan Kuasa, sehingga saya notabene maju ke medan pertempuran dengan senjata baru tapi masih sambil bawa-bawa buku manual pemakaiannya.
Saya lupa waktu itu Nama yang mana yang saya pakai untuk menyerang. Sepertinya saya membawa Nama El-Elyon—Allah Yang Maha Tinggi—dan Jehovah Nissi—Allah Panji-panjiku. Saya memang sempat melihat, di Alam Roh, bahwa naga besar yang Tim Doa sedang gempur memalingkan mukanya dengan kesakitan saat saya menggunakan Nama Tuhan. Tapi efeknya tidak seperti yang saya harapkan... Kecil sekali! Perbandingan harapan saya dan kenyataan adalah seperti meriam dengan pistol air! Nyaris tidak ngefek kepada lawan!

Barulah setelah selesai perang dan saya di debrief Tuhan saya tahu, bahwa saya kurang pendalaman. Dan tentu saja, ini ada efeknya. Ia mengatakan, dengan miris dan menahan tawa, kalau saya itu seperti anak kecil yang bermain-main pakai bazooka. Saya langsung cemberut mendengarnya. Sepertinya menu latihan dan hutang saya sama Tuhan bakal bertambah banyak...


Oke, cukup dulu sharing gagalnya saya. Mari kita lihat beberapa Nama Tuhan yang tercantum di dalam Alkitab.

·           Elohim = Sang Pencipta yang Mahakuasa (Ibrani 11:3, Kejadian 1:26-27, Kolose 1:16)

·           El Shaddai = Allah yang Mencukupi (Kejadian 17:1-2)

·           Adonai = Tuan / Tuhan (Mazmur 110:1, Kisah Para Rasul 2:36)

·           Jehovah Jireh = Allah yang Menyediakan (Kejadian 22)

·           Jehovah M’Kaddesh = Tuhan yang Menguduskanku (Imamat 20:7-8, 1 Samuel 2:2)

·           Jeohvah Nissi = Allah Panji Kemenanganku (Keluaran 17:14-16, Yesaya 11:10)

·           Jehovah Rapha = Allah Penyembuh / Kesehatanku (Keluaran 15:25-26, Mazmur 103:1-3, Yeremia 30:17, Matius 4:23)

·           Jehovah Tsidkenu = Tuhan Keadilanku dan Kebenaranku (Yeremia 23:5-6, 2 Korintus 5:21, 1 Korintus 1:30)

·           Jehovah Rohi = Tuhan Gembalaku (Mazmur 23, Yesaya 40:11, 1 Petrus 2:25, 1 Petrus 5:4)

·           Jehovah Shammah = Allah Hadir di Sana (Yehezkiel 48:35, 1 Korintus 3:16)

·           El Elyon = Allah Yang Maha Tinggi (Yesaya 13:14, Bilangan 24:16, Mazmur 21:7, Mazmur 82:6, Mazmur 57:2)

·           Jehovah Shaboth / Tsebaoth = Tuhan Panglima Balatentara (Mazmur 103:21, 1 Samuel 17:47)

Dan tentu saja, masiha ada segudang Nama lainnya. Bahkan ada seorang Penyelidik Alkitab yang mengatakan bahwa ada lebih dari 350 Nama Allah di dalam Alkitab. Dan tentu saja tidak mungkin semuanya dituliskan di sini. Dan sekedar info, nama blog ini—Adoniyah—diambil pula dari Nama Adonai. ‘Yah’ pada akhirannya mengartikan YAHWEH atau Allah sendiri. Maka jika dua kata tersebut digabungkan, Adoniyah memiliki arti: YAHWEH is my Master.
[ Read More ]

One Week Prayer - 1

Author : Aloisius Kevin

Minggu-minggu awal Januari, saya mendapatkan titah spesifik dari sang Bapa untuk latihan sesi doa perang dalam kurun waktu satu minggu. Saya sempat heran, sebenarnya... Bagaimana tidak, doa perang adalah salah satu kegiatan yang paling menguras tenaga saya. Belum lagi membahas tekanan intens dari si jelek jika saya harus menggempur di malam hari. Dan semua ini terbukti pada hari pertama sesi latihan tersebut saya laksanakan. Waktu itu saya berdoa dengan latar belakang hujan badai dan petir yang saling kejar-kejaran.
Namun, seperti biasa... Argumen saya langsung dipatahkan oleh-Nya. Saya mendapat pelatihan yang luar biasa dari Dia. Mulai dari banjir pengelihatan, musuh-musuh, sampai wajah Tuhan Yesus sempat saya saksikan. Berikut ini adalah beberapa hal yang saya dapatkan:


Hari Pertama

Pada malam ini, saya diminta Tuhan untuk berdoa secara umum bagi misi-misi pribadi saya. Mulai dari Indonesia, gereja, keluarga, dan seterusnya.
Singkat cerita, setelah saya berdoa, Tuhan berkata, “Aku akan memberikanmu sesuatu.” Dan setelah itu, Ia menyuruh saya tidur. Dan tentu saja, mimpi mengikuti.

Di mimpi tersebut—yang berlatar belakang rumah saya—saya sedang bersama dengan tante saya dan sesuatu yang ‘lain’. Makhluk itu ternyata adalah gambaran dari almarhumah nenek saya—yang mudik ke Rumah Bapa setahun yang lalu. Saya tahu saat itu saya sebenarnya sedang berurusan dengan arwah kegelapan yang menyamar jadi nenek saya dengan sikap marah-marahnya.
Nenek palsu itu meminta minum. Kebetulan saya sedang memegang gelas, dan ia mendesak saya untuk memberikannya. Bodohnya, saya langsung memberikan gelas tersebut walau saya tahu bahwa itu salah! Ketika saya bertanya kepada tante saya yang juga tahu bahwa itu itu adalah Iblis yang menyamar, ia hanya menjawab, “Biarin ajalah. Cuek aja...”

Saya, yang tidak terima, langsung memutuskan untuk mengusir roh jahat itu di dalam Nama Yesus—tepat saat si Nenek palsu sedang membuka-buka lemari makanan. Namun Tuhan menghentikan mulut saya, dan saya terbangun.

Kenapa Anda menghentikan saya mengusirnya?” tanya saya setelah sadar penuh.

Kamu kutugaskan untuk melihat,” balas Tuhan, “bukan untuk mengusirnya. Karena kamu belum siap.”

Dari sana, saya diberitahu oleh Tuhan bahwa mimpi tersebut menggambarkan suasana keluarga saya yang masih suam-suam kuku—terutama dalam penyembahan berhala. Bisa dibilang mayoritas keluarga saya memang sudah mengenal dan menerima Kristus. Namun di sisi lain, seperti kebanyakan keluarga Tionghua pada umumnya, kami masih ‘menghormati; dan percaya akan roh-roh nenek moyang yang menjaga kita.
Untungnya, saya telah terlepas dari cengkraman pribadi Iblis saat saya pelepasan beberapa bulan yang lalu. Waktu itu, saya dilayani seorang hamba Tuhan dan dilepaskan dari ikatan nenek moyang yang mencengkram hidup saya. Dari sanalah saya tersadar, kalau misalnya Yesus mau melepaskan saya dari roh-roh nenek moyang, artinya roh-roh tersebut jelas bukan berasal dari Dia... Lho, jadi sebenarnya siapa mereka?

Jawabannya sempat saya temukan di buku-buku Ev. Daud Tony: mereka adalah Iblis yang menyamar. Beliau menjelaskan, ketika kita lahir di udnia ini, akan ada satu malaikat penjaga—terlebih jika orang tua kita telah menerima Kristsu—dan juga Iblis yang akan mengikuti kita sampai kita mati. Dan ketika manusia meninggal, roh orang tersebut tentunya akan naik ke Sorga—jika lulus seleksi—atau turun ke Neraka. Tidak ada yang nyangkut di sini.
Nah, si jelek yang dari lahir mengikuti merekalah yang akan menyamar menjadi orang-orang yang telah wafat ini! Tentu saja, tujuannya adalah agar mereka dapat memanen lebih banyak lagi jiwa-jiwa dunia supaya mereka melakukan Pelacuran Bakti—seperti yang ditulis dalam Alkitab dan masuk dalam nominasi dosa yang paling Tuhan benci. Dan apa hasil akhirnya? Tentu saja hidup yang berada di bawah cengkraman Iblis karena tipuan kecil ini.


Hari Kedua

Saya diberi pokok doa untuk mendoakan anak-anak Allah yang terhilang hari ini, khususnya yang saya kenal secara personal. Dan seperti hari sebelumnya, Tuhan kembali memberikan sebuah pengelihatan lewat mimpi.

Di dalam mimpi tersebut, saya dengan Ibu saya sedang berjalan-jalan di daerah dekat rumah saya, daerah Kebon Pala—Jakarta Timur. Saya melihat keramaian orang-orang yang berjalan kaki di sekitar kami. Namun, yang aneh adalah, saya melihat banyak orang yang justru berjalan di tengah-tengah jalan dibanding di trotoar—meskipun saat itu banyak kendaraan yang sedang lalu lalang!
Kami pun kemudian dikejutkan oleh kehadiran seekor babi hutan berwarna hitam kecokelatan. Ia terlihat sangat menjijikan dan siap menyeruduk kapan saja. Spontan, orang-orang di sekitar kami langsung berlarian ke sana kemari karena panik, melihat babi itu. Tapi ketika saya perhatikan, babi tersebut justru berjalan dengan santainya sambil tertawa-tata, seakan-akan jalanan tersebut adalah miliknya.
Saya berlari ke atas jembatan dan menaiki sebuah kendaraan umum untuk lari dari babi itu. Dan di situlah saya bangun.

Tuhan memberikan pengertian mimpi ini setelah saya mendiskusikannya bersama dengan Bro. Harvi.
·         Orang yang berjalan di tengah jalan raya adalah orang-orang yang hidupnya masih suam-suam kuku. Meskipun mereka tahu hidup seperti itu berbahaya, mereka masih cuek saja dan terus menjalankan kehidupan mereka.
·         Orang-orang yang berjalan di trotoar adalah orang-orang yang berjalan di jalan Tuhan. Mereka aman dari kendaraan-kendaraan yang ngebut-ngebutan di jalan raya.
·         Babi jelek itu adalah manifestasi Iblis sendiri. Meskipun banyak sekali orang di sekitar si babi, namun mereka malah takut dan kabur melihatnya—alih-alih bekerja sama dan mengeroyok si babi. Padahal, tentu saja si babi itu kalah jumlah sama orang-orang di sekelilingnya. Mungkin tidak mudah, tapi setidaknya, orang-orang bisa bekerja sama.

Validasi : 1 Raja-raja 14:24, Imamat 20:6, Hosea 4:12, Imamat 19:31, 2 Korintus 6:16, Efesus 5:8, 1 Petrus 2:16, Yakobus 4:7.

 
Post Terkait : Dua Cawan
[ Read More ]

Mimpi - Upaya Iblis

Author : Rachel Kristiani

23 Januari 2012.

Saya baru tidur sekitar jam dua dini hari. Tentunya setelah membereskan tugas desain untuk kuliah dan laptop. Dan kembali, saya bermimpi... Memang durasinya tidak panjang, hanya sekitar lima belas menit. Tapi mimpi ini cukup... seram, menurut saya.

 Saya sedang berjalan di tempat yang mirip seperti kampus saya. Tidak sendirian, saya menyadari bahwa ada beberapa orang lainnya yang bersama saya saat itu. Suasana langit terlihat seperti sore hari, dan saya sepertinya sedang berjalan pulang melewati gerbang kampus.

Di tengah jalan, saya berpapasan dengan satu keluarga. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak kecil berusia—sekitar—lima tahun. Saat saya melewati mereka, anak itu saya pergoki sedang memperhatikan tas gambar milik saya. Ia kemudian mulai menarik-narik tas gambar saya.
Karena saya anggap cuma rasa ingin tahu anak kecil, saya santai saja, apalagi saya sudah berjalan semakin mendekat gerbang kampus. Tapi di situlah saya mulai merasa terganggu... Di saat itulah saya berbalik secepat kilat, merebut tas gambar saya, dan berlari menuju gerbang dan mulai menutup pintunya.

Saat si anak sadar bahwa saya telah kabur, ia menangis histeris...
Saya sampai panik dan kelabakan. Tapi yang aneh, saya tidak bisa menutup gerbang tersebut karena di sana tersangkut sebuah benda asing. Bentuknya seperti tas berwarna hijau. Saya tidak tahu itu tas punya saya, tapi yang jelas, tas itu menghalangi. Memanfaatkan momentum itu, si anak berlari ke arah saya dan menarik tas gambar saya kembali. Anak ini juga sangat gigih untuk merebut tas saya!

Dan dalam hitungan detik, suasana berubah mencekam. Langit telah berubah warna menjadi hitam kemerahan. Saya sangat takut saat itu. Dan secepat yang saya tahu, tiba-tiba say ateringat mimpi dari Saudara Harvi yang saya baca sebelum ini dan saya langsung menjerit, “Kalau engkau bukan dari Tuhan Yesus, DI DALAM NAMA TUHAN YESUS KRISTUS, PERGI KAU!! AKU PERINTAHKAN ENGKAU PERGI DARI MIMPIKU! SEKARANG!!!”

Dan saat itulah saya melonjak terbangun.


Berdasarkan tuntunan Hikmat, inilah makna mimpi tersebut :

·         Kampus menyimbolkan lingkup teori dunia. Sekedar info, saya adalah orang yang sangat menyukai pengetahuan dan sangat logis.

·         Gerbang yang tertutup menandakan usaha dunia untuk menutup kuasa Tuhan dengan segala teori dan logikanya. Ini pastinya supaya banyak manusia yang tidak percaya dengan mukjizat dan pekerjaan-pekerjaan Allah.

·         Waktu pulang kampus dan keadaan sore menandakan waktu yang sudah menipis. Waktu kita Mudik dalam Pengangkatan, tentunya.

·         Anak kecil... Siapa lagi, coba? Sudah pasti si jahat. Dalam mimpi ini, Iblis digambarkan sebagai anak kecil karena roh yang berada di dalam kita lebih besar dari roh-roh manapun di dunia kotor ini. Tentu saja, itu karena Roh Kudus berdomisili di dalam roh orang percaya.

·         Tas gambar menyimbolkan barang berharga—khususnya untuk mahasiswa Desain Komunikasi Visual seperti saya. Dalam hal ini, tas tersebut melambangkan dedikasi saya kepada Tuhan—harta yang sesungguhnya.

·         Tas yang tersangkut. Melambangkan ‘tas’, atau devosi orang-orang Kudus lainnya kepada Tuhan, yang berhasil menahan tertutupnya gerbang si jahat. Bisa saja ini adalah buah-buah hidup rohaniah mereka yang berjalan di dalam kuasa mukjizat dan pekerjaan-pekerjaan ilahi.

Tambahan : Pada saat saya sedang memikirkan arti mimpi ini, Tuhan seakan-akan sedang menyentakkan saya dari kebingungan saya. Roh Kudus terdengar berseru keras, “BERHATI-HATILAH, NAK! Berhati-hatilah! Mereka juga akan berusaha untuk merebut apa yang paling berhaga bukan hanya untukmu, tapi juga untuk-Ku!”

Nah, saudara-saudari dalam Kristus, waktu telah mepet. Mepet sekali. Mau dipikir berapa kalipun, bahkan saya—yang biasanya cuma bisa bengong membaca kesaksian mimpi-mimpi anak Tuhan lain—dapat segera mendapat pesan jelas dari mimpi ini. Jelas sekali, waktunya sudah tidak banyak! Tidak heran si jahat berusaha untuk merebut semangat kita, dedikasi kita, bahkan Iman kita kepada Tuhan Yesus!
Berjaga-jagalah selalu di dalam Dia.

Validasi : Kolose 2:8, Roma 5:5, 1 Yohanes 4:4, Efesus 6:12, Kisah Para Rasul 2:17, Matius 24:33, Ibrani 11:6.
[ Read More ]

Sharing - Di Kaki-Nya

Author : Yani

Pernah merasa suntuk dan bête seharian? Yah, itulah keadaan saya akhir-akhir ini. Rasanya sangat tidak menyenangkan, apalagi berada di tengah-tengah kumpulan orang yang asik tertawa riang tanpa memikirkan kondisi nya secara rohani ataupun dunia, Indonesia, bahkan keluarganya. Ditambah dengan masih adanya kesibukan kuliah, saya sedang mengalami hari yang parah dan itu berdampak dengan relasi saya dengan Tuhan.
Sampai pada suatu kali, ketika saya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dari kampus, saya menyampaikan uneg-uneg saya secara jujur, “Tuhan saya capek, saya lelah, saya bosan kayak gini terus. Kenapa sih gak boleh ini dan itu, kenapa sih saya harus komitmen hidup kudus, gak boleh sama dengan dunia dan mengikuti tawaran dunia? Kenapa saya harus berdoa dan membaca Firman sesungguh itu, sedangkan orang lain tidak kok, kenapa saya jadi sendirian sekarang? Tuhan sendiri juga tahu kan masa lalu saya,” dan sederet uneg-uneg lainnya.

Saya ngedumel sama Tuhan ini dan itu sampai saya puas. (Ketika diingat-ingat, saya jadi jijik sendiri... Bisa-bisanya saya ngomel ke Tuhan. Siapa saya?)

Tetapi apa yang terjadi selanjutnya?

Saya menangis. Dan saya masih di jalan! Saya saja nggak tahu kenapa saya tiba-tiba bisa  nangis.  Rasanya sakit sekali—tapi sekaligus lega karena telah mengungkapkan semuanya yang saya pikirkan dan rasakan. Ada sesuatu yang menyegarkan perasaan saya saat itu, dan kemudian saya berkata, “Tapi saya gak mau kehilangan Anda, Tuhan. Saya nggak mau…“
Saya pun terus menangis sambil meminta maaf karena udah ngedumel dan tampil  menjijikan di hadapan Tuhan, seakan-akan komitmen yang saya jalani selama ini tak ada artinya sekarang.


Dan Praise The Lord! Tuhan yang sangat baik itu tidak langsung mencemplungkan saya ke neraka karena kurang ajar-nya saya, tapi saya diminta-Nya untuk menanggalkan beban kepada-Nya, dan beristirahat di kaki-Nya.

Saya kemudian menutup mata, merasakan kenyamanan yang amat dalam saat itu. Kemudian setelah selesai dihibur oleh Tuhan, Ayah yang luar biasa pengasih dan sabar itu, perasaan saya udah gak bête lagi, malah sebaliknya saya merasakan damai sukacita yang luar biasa sampai saya pengen senyum-senyum sendiri.
Di sini, terbukti bahwa Tuhan memang memberikan kelegaan pada anak-anak-Nya apabila kita datang pada-Nya. Bukankah ada ayatnya di Alkitab?

Belum selesai penghiburan itu, saya dikejutkan dengan dipakaikannya sebuah jubah kepada saya, entah apa itu, jubah kerendahan hati? Saya tidak tahu, saya seakan-akan seperti anak hilang yang kotor dan jijik di hadapan Bapa tetapi disambut oleh-Nya dengan jubah dan makanan mewah seperti di cerita Alkitab. Lalu saya kembali dikejutkan. Saya masih diberikannya tugas dan tanggung jawab dalam doa perang oleh Brother Harvi malam harinya padahal saya sangat sangat merasa tidak layak untuk itu! Saya sudah ngomel-ngomel ke Tuhan,  tapi Dia tetap memberikan saya bagian dalam doa peperangan...!
Kemudian saat saya membaca blog adoniyah, bagian terdapat lirik “Blessed be Your Name”,  hape saya tiba-tiba menyetel lagu yag sama secara otomatis dan Dia hanya tertawa atas ‘kebetulan’ itu.

Oh well, saya hanya bilang Tuhan itu baik. Sangat, sangat baik. Ia dengan senang hati menyambut dan membalut luka kita, menyambut kita yang letih lesu dan berbeban berat, memberikan kelegaan serta penghiburan yang tidak bisa dilakukan oleh manusia manapun di dunia ini. Jangan pernah meninggalkan Tuhan ataupun menjualnya kepada barang-barang dunia yang fana dan tidak abadi. Sebaliknya, terus carilah Diasumber segala pengharapan dan penghiburan Dia adalah Ayah, Sahabat, Kekasih yang luar biasa. Praise Him forever!

[ Read More ]