Pentingnya Persekutuan

Author : Benedictus Harvian

            Kita sampai pada tulisan terakhir. “Pentingnya Persekutuan” ini dibawakan oleh Kak Choki, yang sangat berjiwa mentor bagi anak muda. Terima kasih atas pelajaran berharga yang telah Tuhan sampaikan lewat Kakak! So, here we go..

            Dalam prequel telah disinggung sedikit mengenai Sumber Air . Mata Air kita adalah Tuhan yang tidak akan membuat kita haus lagi. Kata-kata tersebut telah membuat seorang perempuan Samaria yang memiliki hubungan gelap dengan lima orang laki-laki bertobat dan berkeinginan untuk mengejar sosok Tuhan Yesus. Perempuan tersebut menyadari bahwa Sosok yang sedang berbicara dengannya adalah Sosok yang dapat menghilangkan rasa haus jiwa dan rohnya.



Image credit goes to vocations.ca

            Mendapatkan air dari sumber tersebut tidak selalu merupakan perkara yang mudah! Peneliti sumber mata air pertama harus meneliti jenis tanah. Setelah itu, ia baru dapat menggali dengan harapan menemukan air. Biasanya penggalian ini dilakukan lebih dari sekali sampai sukses. Bila orang tersebut menyerah setelah sekali menggali dan gagal—ia tidak mendapatkan air tersebut. Ia harus terus mencoba dan mencoba lagi.

            Ada kalanya, situasi dalam kehidupan kita mempersulit kita mendekatkan diri dengan Tuhan. Yang harus kita lakukan pada saat seperti itu sudah jelas. Sama seperti si penggali mata air, Saudara cari dan cari terus hingga dapat! Kita harus melatih kedisiplinan rohani kita.

Yosua 1:8
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya.

            We must be thankful all the time. Suatu ketika, Kak Choki tertimpa musibah : punggung Beliau cedera cukup parah. Pasalnya, ia tertimpa dus berisi banyak sekali buku yang jatuh dari rak tinggi pada sebuah toko. Langsung saja ia dilarikan ke rumah sakit terdekat dan terpaksa menjalani rawat inap. Hari demi hari berlalu dengan tagihan rumah sakit yang semakin membengkak. Adapun, ketika Kak Choki memutuskan untuk berserah sama Tuhan, terjadi sesuatu. Pasien di sebelah Beliau tiba-tiba datang dan minta didoakan. Setelah itu, ia memberikan sejumlah—dengan nominal sama persis seperti yang dibutukan untuk membiayai rumah sakit. Puji Tuhan!

Mazmur 84:12
Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.

            Saudara, segera lakukan apa yang Tuhan taruh dalam Saudara. Bila Ia bangunkan kita taruh satu nama di hati kita untuk kita doakan, kerjakanlah. Yap, selelah apa pun kita. Bukan tidak mungkin bahwa kita ditugaskan untuk berdoa agar orang tersebut terhindar dari suatu hal yang diinginkan. Intinya, taat setiap saat dan dahulukan kehendak-Nya.


            Atasi pergumulan dengan persekutuan dengan Tuhan. Tetaplah setia pada apa yang Ia percayakan.
[ Read More ]

Secret Place

Author : Benedictus Harvian
  
          Seperti yang tertera pada Prequel, “Secret Place” adalah saduran kotbah dari seorang hamba Tuhan yang kami hormati dan telah memberkati amat sangat dengan mengisi acara Gathering kami. Yap, here you go, “Secret Place.

            Tidak ada yang tidak butuh waktu pribadi dengan Tuhan. Saudara butuh hubungan yang intim dengan Sang Pencipta. Mengapa?

            Karena kita tidak dapat melakukan segala sesuatunya sendiri.

            Kita dapat memiliki berbagai ide-ide cemerlang lewat pemikiran kita, namun apa yang baik bagi kita belum tentu sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Jelas bahwa Tuhan mau yang terbaik untuk kita. Baik saja tidak cukup.

            Kesombongan tidak membawa kita ke mana pun. Saudara ingat bukan, bahwa Iblis jatuh karena kesombongan. Keep in mind, tanpa Dia kita tidak bisa melakukan apa-apa. Hal itu terlihat sangat jelas pada kesaksian yang menjadi titik balik dalam kehidupan Kak Anno berikut ini.

            Beliau datang dari keluarga kaya. Kehidupan ala kaum borjuis tersebut dijalaninya tanpa disia-siakan. Dari gadget sampai mobil, mau apa pun tinggal minta. Pada saat-saat itu, Kak Anno telah menjadi seorang pelayan dalam gerejanya, namun cenderung masih menjalaninya dengan setengah hati. Apa titik balik yang dapat membuat perubahan sedemikian besarnya dalam hidup Beliau? Ternyata, Ibu Kak Anno meninggal. Karena penyakit. Tidak, hal tersebut tidak mengejutkan Kak Anno. Pasalnya, Ia sempat mendapatkan sendiri dari Tuhan bahwa Almarhum Ibunda Beliau, yang saat itu memang sedang sakit, akan segera ‘pulang’. Bahkan Tuhan menanyakan kesediaan Beliau untuk melepas Almarhum hingga tiga kali, pada kurun waktu yang berbeda! Sampai pada pertanyaan yang kedua, Kak Anno masih menjawab “tidak.” Baru pada pertanyaan ketiga, Kak Anno merelakan—dan saat itulah Ibunya berpulang.

            Hal ini membawa dampak besar bagi kehidupan Kak Anno—bukan hanya dampak psikis. Saat itu seluruh tanggungan keluarganya berada pada sang Ibu, yang otomatis menjadi kacau balau ketika Almarhum sudah tidak ada lagi. Kemerosotan ekonomi Beliau begitu parah hingga semua kehidupan nyamannya tidak dapat lagi ia nikmati sedikit pun. Pacar yang telah menemani hidupnya selama delapan tahun juga meninggalkannya. Terpaksa, demi manyambung hidup ia menjadi tukang koran. Langganan makannya tiap hari turun kelas menjadi warteg, menu yang dipilih pun selalu sama dan paling murah.

            Sampai, suatu ketika ketika Beliau sudah berada dalam batas, ia berjalan menyusuri jalan-jalan raya, absent-mindedly. Dengan pikiran kosong dan pandangan nanar, ia menemukan sosok orang yang sepertinya agak terganggu jiwanya di pinggir jalan. Saking sudah hilang akal, ia duduk di samping orang tersebut, mencoba berinteraksi. Pertanyaan-pertanyaan apa pun mulai dari “apa yang kamu lakukan di sini” sampai retorika “hidup itu keras, ya” hanya dijawab dengan anggukan dan respon sangat bersemangat dari orang tersebut. Senyum yang disunggingkan lawan bicaranya membuat Kak Anno merasa masih diterima, masih dianggap keberadaannya, dan ia merasakan damai sejahtera yang amat sangat. Selesai berbicara, ia meneruskan perjalanan dengan langkah yang lebih mantap. Alangkah terkejutnya Beliau ketika mendapati si orang tersebut sudah menghilang sama sekali. Saat itu ia sadar, ia baru saja mengalami hal yang dialami tokoh-tokoh terkenal di Alkitab : perjumpaan dengan malaikat yang menyamar.

            Yah, sejak saat itu hidup Kak Anno mulai kembali lagi kepada porosnya. Bila dibandingkan dengan peristiwa sebelumnya, betapa tidak ada yang menganggap Beliau diberkati karena telah sempat mengunjungi Israel, berkoneksi dengan pebisnis-pebisnis dunia, dan memiliki kendaraan pribadi. Bedanya dengan kehidupan borjuisnya yang dulu adalah, ia sekarang memusatkan segalanya pada Tuhan. Dashyat, bukan?

            Nah. Yang menjadi inti adalah, sebanyak apa pun yang kita miliki sekarang dapat saja tidak lagi kita miliki. Namun berbeda soal bila kita hidup dalam Dia sepenuhnya dan sadar betul bahwa kita tidak mampu. Tak mampu berbuat apa pun tanpa kehendak-Nya. Tanpa penyertaan-Nya dan hadirat-Nya. Give all the glory to the respected Owner. Him.

            Sadar sepenuhnya akan hal itu, penting sungguh bagi kita untuk membangun secret place dengan Tuhan. Dan, tidak hanya membangun, tapi juga mempertahankan. It’s a continuous relationship, one we have with God. Harus punya hubungan yang baik dan intim dengan Tuhan!

Yesaya 55:7
Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!

Bukankah kira-kira seperti ini? Andaikan Saudara salah satu dari antara mereka dan Tuhan adalah yang satunya. Ohya, gambar berasal dari katebooksandtea.blogspot.com

            Secret place. Coba masuk ke Hadirat Tuhan. Coba tanya apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita. Para pemusik, ambil gitar dan petik. Pikirkan Tuhan. Pikirkan kebaikan-Nya. Keagungan-Nya. (Berlaku juga untuk yang menguasai alat musik lain. Hehe) Tanpa alat musik, hape atau pemutar mp3 pun jadi.

            Kita dapat merasa lelah. Kita dapat merasa jenuh. All the more reason untuk bangun secret place!

Matius 11:28
Marilah kepadaKu yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan padamu.

            Kita harus disiplinkan diri, Saudara! Kita harus kalahkan kebiasaan buruk kita sebelum kebiasaan tersebut mengalahkan kita. Bila sulit bangun pagi untuk ber-saat teduh, biasakan. Tetap berkomitmen untuk setia datang dalam perkumpulan-perkumpulan ibadah. Working hard may be good, but working smart ranks over it! Hal-hal yang menghambat seperti contohnya luka lama karena konflik atau kebiasaan buruk seperti yang disebutkan tidak dapat kita biarkan mengalahkan kita.


            Perjuangkan sama-sama secret place kita, yuk.
[ Read More ]

Prequel untuk "Secret Place" dan "Pentingnya Persekutuan"

Author : Benedictus Harvian

Ibrani 10:25
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan banyak orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”

            Saudara, kita tahu bahwa Allah adalah Sumber Air kita dan barangsiapa yang datang kepada-Nya tidak akan lagi merasa haus. Ia juga adalah Roti Kehidupan yang membuat kita tak akan pernah lagi merasa lapar.

            By the way, apa Saudara tahu lagu ini?

“Saat kurenungkan hidup bersama-Mu
Seringkali ku melupakan-Mu
Ku berjalan sendiri seakan ku mampu
Lalui tanpa kekuatan-Mu”

            Yap, mungkin familiar dan rings a bell. Benar sekali, lirik penuh kontemplasi dan kerendahan hati di atas adalah lirik lagu ‘Cinta Sejati’ yang dibawakan dengan indah oleh Nikita.

“Semakin berat beban hidupku
Semakin ku menjauh dari-Mu”
  
          Bagaimana tanggapan Saudara akan lagu ini? Apakah barangkali…. nohok? Yah, kalau begitu tanggapan kita sama, Saudara! Tapi walau memang sungguh kontemplatif dan membuat kita sadar bahwa kita memang masih harus ditempa dan ditempa lagi dalam Tuhan, lirik yang paling saya sukai dalam lagu ini datang dalam baris-baris berikutnya :

“Namun ada cinta yang tak pernah berlalu
Cinta yang kudapat dari-Mu
Tlah teruji lalui rentangan sang waktu
Kau mati bagiku
Berkorban untuk diriku”

            That’s called grace. Kasih karunia. Tanpa ada hubungan dengan tindakan atau sikap kita, Tuhan tetap sayang banget. ’Fatherly love’ may be a good way to phrase it, I think. Yap, Ia sungguh angkat kita bila kita jatuh.

            Kasih karunia Tuhan sungguh overwhelming. Adapun, respon kita terhadap kasih-Nya juga harus tepat! Toh, kita mengasihi karena Ia mengasihi kita lebih dahulu, bukan. Soo, we must contemplate about our actions and responds sometimes.

            Saudara, coba ambil waktu dan perhatikan penggalan lirik di atas. Apakah bagian-bagian yang tadi saya sebut ‘nohok’ benar-benar terjadi dalam hidup Saudara? Kalau dipikir lagi, hal tersebut miris banget. Lah wong udah tau kalo Sumber Kekuatannya Tuhan, eh malah kabur tau kemana pas sebenernya butuh..

            Benar bukan bahwa hal yang saya katakan tadi itu tidak lain tidak bukan daripada benar? Hehehe. Maaf untuk silat lidahnya.

            Intinya, apakah mau kalau Saudara di pihak Tuhan dan Saudara terus menerus ditinggalkan? Saya sih tentu tidak.. Pernahkah Saudara berpikir bahwa kelalaian-kelalaian kita terhadap Tuhan yang kita sering anggap sepele sebenarnya sangat-sangat berpotensi membuat sakit hati bila dihadapkan pada hubungan antar pribadi, for the sake of making it simple, seperti hubungan antar manusia? Tuhan adalah Pribadi, loh!

            Nah. Salah satu penyakit kita adalah sering merasa sanggup. Sering merasa harus mengambil kontrol atas semua hal dalam hidup. Bukan, bukan berarti saya berkata kita harus rendah diri dan malas-malasan, NO. Tapi the point is, kita memang dituntut untuk serahkan kendali pada Tuhan. Izinkan saya kembali mengutip lagu! Kali ini lagu luar biasa yang dibawakan oleh orang-orang luar biasa selanjutnya adalah Oceans dari Hillsong.

“Spirit lead me where trust is without borders
Let me walk upon the waters
Whenever You would call me
Take me deeper than my feet could ever wander
And my faith will be made stronger
In the Presence of my Saviour”


Image credits go to imgarcade.com

            Percaya, berserah. Kedua hal ini membutuhkan kita untuk ‘menenggelamkan’ diri dalam Hadirat-Nya. Dan arti dari tenggelam adalah tidak lain dari berada dalam situasi yang tidak lagi bisa kita kontrol sepenuhnya. I mean, sejago-jagonya Saudara dapat berenang, tentu ada batasan saat kita berada dalam air, bukan? We can’t breathe underwater anyway.. Nor that we can move as freely as we can in the land.

            Jadi.. Sepertinya kontemplasi yang dilakukan sudah cukup panjang. Saatnya menarik kesimpulan. Apa yang bisa kita lakukan saat merasa tidak sanggup? Berserah. Bukan cari jalan sendiri. Cari jalannya Tuhan. Ngotot, gumulkan, sampai tahu maunya Tuhan. Cari dalam doa. Cari dalam pujian. Cari dalam secret place Saudara dengan Tuhan. Ikuti perkumpulan-perkumpulan doa Saudara saat sedang dalam kesukaran, bukan justru ‘bolos’ dengan alasan itu!


            Pasti Tuhan punya jawaban. Jangan kehilangan harapan. Remember, He’s waiting for you at the usual place : your secret place of intimacy with God.

Ohya, tulisan ini merupakan pengantar untuk kedua tulisan setelahnya, "Secret Place" dan "Pentingnya Persekutuan". Kedua tulisan tersebut disadur dari kotbah yang dibawakan kedua kakak luar biasa yang telah berjasa banyak pada Gathering kami tahun ini, Kak Choki dan Kak Anno. Mereka hamba Tuhan luar biasa yang sangat peduli pada dua hal : pergerakan Tuhan dan kaum muda. Yap, Kak Choki dan Kak Anno adalah pelayan Tuhan yang bergerak khusus di kaum muda dan berkesempatan untuk melayani di Gathering kami. Terima kasih, kakak-kakak, dan puji Tuhan atas pelayanan mereka!
[ Read More ]

Don't Stop Believing

I have this dream since believing Jesus as my Savior : seeing my family believe in Jesus as well.

Saya berasal dari keluarga non Kristen. Salah satu mimpi terbesar saya adalah melihat keluarga saya percaya Kristus dan kami pergi ke gereja bersama. Kadang, saya merasa sirik melihat satu keluarga yang pergi ke gereja bersama dan berdoa bersama. Walaupun saya percaya, setiap keluarga punya prosesnya masing-masing.

Setelah menerima Kristus untuk pertama kali, saya begitu menggebu-gebu memberitakan Injil kepada adik-adik saya. Saya ingin memberitahukan kabar gembira ini agar mereka tahu siapa Yesus itu dan ikut mengalami apa yang saya alami : dipulihkan, merasa sangat dikasihi, lahir baru dan merasakan damai sejahtera.

Saya menghabiskan waktu menjelaskan Injil, menceritakan secara radikal bahwa agama-agama lain di luar Kristus tidak menyelamatkan. Awal-awal saya menjadi orang percaya, saya menjadi sangat radikal dan memberitakan Injil tanpa berhikmat. Hasilnya? Alih-alih membuat keluarga saya percaya, saya malah dikira sok pintar.

Akhirnya saya mengerti dalam prosesnya bahwa yang terpenting itu bukan hanya kata-kata melainkan disertai perbuatan. Seperti kata Yakobus : jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka pada hakekatnya adalah mati (Yakobus 2:17).

Setelah itu saya mengerti bahwa lebih baik saya menunjukkan perubahan yang nyata daripada sekedar menginjili mereka. Dimulai dari hal kecil seperti membereskan tempat tidur sendiri tanpa disuruh, tidak mudah marah, tidak melawan orang tua, menjadi kakak yang baik dan merubah sifat-sifat buruk lainnya. Seringkali saya gagal, tapi Roh Kudus selalu membantu saya melalui proses ini.

Setelah tiap hari mendoakan keluarga saya dalam dua tahun terakhir dan tidak melihat ada perubahan yang berarti, saya mulai kehilangan harapan. Pikiran-pikiran seperti ‘mungkin mereka tidak akan pernah percaya Kristus’, ‘mungkin usaha saya selama ini sia-sia’ dan banyak lagi kata mungkin menghinggapi pikiran saya.

Saya mulai bertanya-tanya pada Tuhan.

Kapan keluarga saya menjadi percaya?!

Akhirnya dari menuntut Tuhan untuk mempercepat proses-Nya, saya capek sendiri dan tidak menuntut Tuhan lagi tapi menyerahkan semuanya di tangan-Nya. Saya fokus menumbuhkan iman saya dan mengejar Tuhan, tentunya dengan tetap mendoakan keluarga saya. Hanya saja, saya sudah tidak memaksa Tuhan untuk mempercepat prosesNya.

Kemudian suatu hari saat mendengar sebuah khotbah di gereja, saya disadarkan satu hal. Inti khotbahnya adalah ‘semakin Anda mengalami pertumbuhan rohani, semakin besar efeknya kepada orang-orang sekitar Anda. Selama saya fokus mengejar Tuhan, ternyata tanpa saya sadari adik-adik saya juga mengalami pertumbuhan rohani luar biasa. Mereka jadi pergi ke gereja (yang saya pikir awalnya tidak akan bertahan lama), bahkan iman mereka membuat saya terkagum-kagum sekaligus malu. Iman mereka mengingatkan saya ketika pertama kali saya bertobat; begitu menggebu-gebu mencari Tuhan. Bahkan suatu hari saya berhasil membuat kami menyembah Tuhan dan berdoa bersama. Saya tidak akan pernah melupakan perasaan hari itu. It felt so unreal.



Tidak hanya itu, saya juga ditunjuk memimpin doa untuk om saya. Om saya menderita kanker paru-paru stadium akhir. Keadaannya sudah sangat parah. Tidak bisa makan, minum bahkan tidur. Saat saya mengunjunginya, dia meminta saya berdoa untuknya. Dia berkata setiap habis didoakan, dia merasa lebih baik. Karena itu, keluarga saya meminta saya selalu mendoakannya setiap kali saya berkunjung. Saya tidak pernah membayangkan saya akan memimpin doa di tengah-tengah keluarga saya.

Akhirnya om saya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Sebelumnya, om menjalani suatu prosesi kesembuhan dari kepercayaan yang keluarga saya anut, yang ternyata, malah membuat kondisinya semakin parah. Puji Tuhan karena kuasa-Nya, setelah menerima perjamuan kudus, kondisinya menjadi sedikit lebih baik. Setiap kali didoakan, baca Alkitab, om saya malah menjadi bisa minum dan tidur selama beberapa jam yang sebelumnya sama sekali tidak bisa ia lakukan.

Saya pikir melihat om saya, keluarga saya akan percaya bahwa Yesus lebih berkuasa dari tuhan yang mereka sembah.

Tapi ternyata tidak.

Orang tua saya tetap belum percaya.

Yah, tapi saya percaya segala sesuatu akan ada prosesnya. Kalau beberapa waktu lalu Anda berkata adik-adik saya akan percaya Kristus dan pergi ke gereja atau saya  akan memimpin doa untuk om saya, mungkin saya tidak akan percaya. Rasanya itu tidak mungkin. Tapi ternyata sekarang saya bisa pergi ke gereja bersama adik-adik saya.

Saya percaya suatu hari nanti saya tidak hanya pergi ke gereja bersama adik-adik saya tapi bersama orang tua saya juga!

Dan saya ingin Anda juga tidak menyerah terhadap mimpi Anda, walaupun itu terdengar tidak mungkin sekalipun.


Don’t stop believing!
[ Read More ]

A Brief Vision

Oleh: Felicia Yosiana

3 Agustus 2014

Saya sedang di Gereja pagi itu menaikkan pujian penyembahan. Pada saat anak-anak Sekolah Minggu dipanggil maju untuk didoakan saya dengan cepat melihat Yesus berjalan menghampiri setiap anak dan mengecup kepala mereka satu per satu dengan penuh senyum.

Pengelihatan berlanjut dan saya melihat interior kastil putih super kece dimana di dalamnya orang-orang sedang sibuk mondar-mandir dengan pakaian berbahan linen / sutra / sebutkan bahan-bahan mahal lainnya.
Saya langsung mengerti bahwa ini adalah persiapan Pesta Pernikahan Anak Domba. Pada saat yang sama juga saya mendengar Suara bertanya, "Do you want a dress?"

Saya jawab dengan 'ya.'

Pengelihatan singkat itu berakhir.

Hikmat kemudian memberikan pengertian bahwa untuk mendapatkan gaun pesta, tidak cukup hanya dengan bekerja dan menghabiskan sisa waktu di Bumi untuk memuliakan Allah (baik dalam doa, penyembahan maupun pekerjaan), namun dibutuhkan juga hati seperti anak kecil yang selalu menanti-nantikan Allah dengan penuh sukacita dan rasa penasaran.

[ Read More ]

Let Small Problems Remain Small


2 Maret 2014
Saya merasa stres dan tidak bisa tidur karena satu masalah yang tidak bisa saya ceritakan di sini. Ketika saya ingin tidur rasanya banyak sekali suara di kepala saya dan saya mulai mikir hal-hal yang negatif. Saya merasa sangat khawatir dan akhirnya makin stres.
3 Maret 2014
Saya masih stres. Saya sudah saat teduh dan berdoa, tapi saya masih merasa stres. Jam tidur saya juga jadi tidak karuan. Saya bahkan sampai minum obat tidur!
4 Maret 2014
Saya bertemu dengan teman-teman komunitas rohani saya di kampus. Dan saya bercerita kepada mereka masalah saya dan bagaimana masalah tersebut membuat saya menjadi stres. Saya merasa lega setelah bercerita. Setelah saat teduh, hari itu saya bisa tidur dengan nyenyak.
6 Maret 2014
Setelah masalah kemarin sudah tidak mengganggu saya lagi, datang masalah baru. Mama saya telepon, dan dia menanyakan pengeluaran saya. Dan dia terkejut mendengar saldo rekening saya yang sudah sedikit padahal saya baru dikirimi uang seminggu yang lalu. Dia meminta rincian pengeluaran saya saat saya pulang saat weekend (saya anak kos). Setelah saya hitung-hitung, saya memang boros sekali. Saya menghabiskan sekitar 3 juta dalam kurun waktu seminggu! (Saya juga shock saat melihat angka di kalkulator).
Dan, gangguan tidur itu pun kembali. Saya takut orang tua saya marah. Saya menyesal sudah boros tidak karuan. Di saat minggu-minggu saya stres, saya memang membeli banyak sekali buku-buku import dan pergi bersama teman-teman saya ke mall karena saya pikir saya bisa menghilangkan rasa stres itu. Saya tidak sadar menghabiskan uang sebanyak itu.
7 Maret 2014
SAYA MERASA SANGAT STRES.
Besok saya pulang dan mungkin saya akan kena marah Mama. Saya memikirkan kemungkinan terburuk. Tidak dikasih uang selama satu bulan, atau lebih parah tidak dikasih uang sampai batas yang tidak ditentukan. Mungkin saya harus cari kerja. Mungkin saya tidak akan bisa makan enak selama sebulan. Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Akhirnya saya saat teduh. Saat teduh yang benar-benar saat teduh.  Bukan seperti kemarin-kemarin, hanya baca beberapa pasal, doa, kemudian tidur.
Saya cerita sama Tuhan betapa saya stres dan menyesal karena sudah boros. Dan akhirnya saya mendengar Tuhan berbicara.
‘Memang ada konsekuensi yang harus kamu tanggung’.
Saya lemas mendengarnya. Tuhan nggak bisa ya membuat ada uang nyasar masuk ke rekening saya?
Dan Tuhan belum selesai berbicara.
‘Tapi kamu tidak akan melewatinya sendiri. I’ll be by your side. Akhirnya kamu datang mendengarkan Aku. Aku sedih loh melihat hidup kamu seminggu ini. Malas kuliah, berantakan, stres, penuh beban. Dan lebih sedih lagi karena kamu nggak datang ke Aku. Masalah ini Aku berikan biar kamu mau datang dan mendengarkan Aku.’
Rasanya saya seperti tersambar petir. Langsung dapat pencerahan. Rasanya beban di pundak saya diangkat. LEGAAAAAAAAA BANGET!

Malam itu saya minta maaf sama Tuhan karena selama ini saya mengacuhkan suara-Nya dan berterima kasih karena Dia masih mau menegur saya, mengasihi saya, mendengar saya ketika saya mencari-Nya.
Saya berjanji tidak akan boros lagi dan mengelola uang dengan baik. Saya selalu percaya bahwa Tuhan akan selalu mencukupi kebutuhan anak-anak-Nya, tapi sepertinya saya menyalahgunakan kalimat itu untuk kepentingan saya sendiri.
8 Maret 2014
Dan Tuhan benar-benar mendampingi saya di saat-saat menegangkan mau disidang Mama (ini lebay, bahkan Mama sama sekali tidak meminta rincian pengeluaran saya). Mama menasihati adik saya di mobil tentang uang (yang sepertinya sengaja biar saya juga dengar).
Mama bilang bahwa dia percaya sama anak-anaknya sudah dewasa dan mampu mengatur keuangan, tapi uang yang sudah dicari dengan susah payah itu dipakai dengan bijaksana. I can’t be more grateful to have her as my mom.
Saya juga belajar bahwa masalah dibiarkan Tuhan terjadi untuk menaikkan level iman kita, mendekatkan kita sama Tuhan, bukan untuk menjatuhkan kita. Dengarkan suara Tuhan dengan baik, jangan sibuk sendiri karena suara-Nya lembut sekali.
And the most important thing, let small problems remain small. Saya adalah orang yang mudah stres. Hal-hal kecil bisa membuat saya stres. Saya juga mudah untuk khawatir akan hal-hal yang belum terjadi. Untung saya sudah mengikut Kristus, kalau tidak, bisa-bisa saya berakhir menjadi pasien di rumah sakit jiwa suatu hari nanti.
Jangan biarkan masalah merebut sukacitamu.
Be happy always.
[ Read More ]