Tuhan Sang Penyembuh

Suatu kali, saat saya sedang penyembahan sendirian di kamar, seperti biasa, Tuhan membuat diri-Nya nyata di kamar saya.
Hal pertama yang saya dapatkan waktu itu adalah perasaan tenang dan damai. Lalu Ia membimbing saya dan duduk berpunggung-punggungan dengan saya. Tentu saja, sensasi sejuk yang nikmat dan luar biasa segera menjalari punggung saya! Tak ada kata-kata buat melukiskannya, deh!
Seperti pada banyak pertemuan saya dengan-Nya, kami tertawa dan mengobrol ringan untuk beberapa saat. Kemudian, Ia mengatakan bahwa untuk mendekat kepada-Nya lebih lanjut, saya harus menyerahkan segala luka-luka saya untuk dibalut-Nya.
Saya mulai bingung. Luka apakah yang Ia maksud?

Kepahitan, kekecewaan, dan segala prasangka,” jawab Tuhan dengan tenang. Seperti biasa, kalau sedang mengobrol santai begini, Ia selalu kalem dan begitu berwibawa. Saya selalu kagum dengan ketenangan-Nya.

Sebelum saya sempat menjawab, Ia menunjukan pemandangan yang lumayan horror kepada saya: saya diperlihatkan gambar daging yang mengelupas kulitnya, terkoyak, bernanah dan berbisul besar! Saya tidak tahu bagaimana harus menggambarkan pemandangan itu, tapi yang jelas, warna merah muda dari kulit yang rusak dan kuning dari nanah mendominasi pandangan saya.
Dalam bimbingan Tuhan, saya pun segera mengerti bahwa ini adalah keadaan hati saya, hati yang terluka.

Setelah saya membeku beberapa saat, Tuhan pun memalingkan pandangan-Nya kepada saya. Pandangan mata-Nya dipenuhi dengan rasa iba dan kasih yang begitu dalam dan memohon. Kemudian, Ia berkata, “Maukah kamu membiarkan Aku membalut luka-lukamu?”
Kali ini saya tidak mau lagi main petak umpet sama Tuhan, jadi saya mengiyakan. Dan Ia pun mendekap saya dengan sangat, sangat, sangat lembut dan penuh kasih, seperti dekapan seorang Bapa kepada anak kecilnya yang terluka. Dan tentunya, saya cuma bisa menangis karena tidak mengerti kenapa Tuhan yang Maha Agung seperti Dia mau memeluk seorang pendosa seperti saya.

Setelah membiarkan Tuhan melakukan apa yang ingin Ia lakukan, Ia kembali memperlihatkan keadaan hati saya. Hati itu sekarang tidak bercacat. Dagingnya berwarna kemerah-merahan seperti kulit seorang bayi yang baru lahir.
Sungguh luar biasa kuasa-Nya!

Dan adalah fakta yang membahagiakan bahwa Tuhan masih menyembuhkan hati yang terluka!
Dan tentunya, selama kita membawanya ke hadapan Allah dengan penyerahan total.