Author : Felicia Yo
1 September 2011.
Setelah doa malam pada pk. 11.00 WIB, Roh Kudus membimbing saya untuk berdoa meminta Api Roh Kudus menyala di dalam roh dan juga rumah saya guna membakar segala kedegilan dan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Saya juga meminta supaya Allah Bapa mau menguduskan rumah saya dan menyalakan api tersebut di dalam tembok-tembok rumah. Belum selesai sampai di situ, Ia mengingatkan saya untuk ‘menyiapkan’ pedang Roh berupa firman sebelum saya tidur. Menurut, saya pun meng-quote Mazmur 121 : 2.
Dan rupanya semua itu ditujukan untuk menjawab sebuah doa kecil saya; untuk belajar berperang. Tahukah Anda apa yang terjadi di alam roh setelahnya?
Di alam roh (kali ini berupa mimpi), saya dikonfrontasi oleh Yesus Palsu yang selama ini tidak mau keluar dari rumah! Akan saya ceritakan secara detil.
Saya berada di ruang tamu rumah saya saat itu (versi alam roh). Keadaan di tempat itu benar-benar persis rumah saya dan saya tahu kalau ini bukan sekedar mimpi. Tiba-tiba, seseorang yang tinggi besar menyeruduk saya dari samping dan mengangkat saya di bahunya dengan kasar! Saya kaget sekaligus mulai panik.
Memberontak dengan sia-sia, saya kemudian dilemparkan ke lantai olehnya. Saya tambah kaget begitu akhirnya dapat melihat bahwa itu adalah Yesus! Tapi ada yang aneh… Mukanya aneh dan tidak bersahabat. Emosinya seperti orang kesetanan dan nafasnya terengah-engah. Pengertian langsung terbesit di otak saya—ia adalah Yesus Palsu yang selama ini membandel tinggal di rumah saya dan sulit diusir!
Sebelum saya sempat mengatakan apa-apa, tiba-tiba si Yesus Palsu berlari maju hendak menendang saya (yang baru bangkit berdiri) dengan muka yang sangat garang dan panik.
“Dalam Nama Yesus!”
Itu adalah teriakan spontan saya semeter sebelum ia menerjang.
Dan si Yesus Palsu terpental empat meter ke belakang. Ia mengerang kesakitan dan nafasnya memburu. Matanya menyala-nyala dalam kemarahan dan kebingungan dan ia mulai berteriak dengan suara yang ‘dibuat-buat’ mirip dengan Yesus Kristus yang Asli: “KENAPA KAMU MENGUSIRKU?”
Tanpa menunggu jawaban, ia mencoba menerjang saya kembali, dan kali ini saya lebih siap serta tenang. Roh Kudus membimbing saya dan menjawab teriakan saya dalam hati yang meminta ketenangan dan bimbingan-Nya. Seraya mengarahkan tangan kiri ke depan, saya berteriak lantang, “I declare the Shield of Faith!”
(“Aku mendeklarasikan Perisai Imanku!”)
Dan gerakan Yesus Palsu langsung terhenti di tempat—sekitar tiga-empat meter dari saya—seakan-akan ia baru saja menabrak tembok yang solid.
Lidah saya agak getir, dan saat itu saya berdoa berkali-kali di dalam hati dan mematahkan kuasa-kuasa kegelapan yang mencoba membuat lidah saya kaku di dalam Nama Yesus Kristus.
Roh Kudus dengan cepat memberikan saya gambaran mengenai Pedang Roh, dan otomatis, saya merasakan ada sesuatu yang tergenggam di tangan kanan saya yang mengepal. Saya tahu apa ‘benda’ itu. Saya kemudian berusaha mengingat-ngingat ayat yang dapat saya gunakan sebagai ‘senjata’, dan Ia memberikan satu:
“Bukan kehendaku yang terjadi tapi kehendak Allahku,” saya berhasil berkata sambil mengacungkan pedang ke arah lawan.
Tatapan si Yesus Palsu begitu terbelalak dan marah. Ia mencoba menerjang lagi dan gagal. Tangan kiri saya masih teracung ke depan dan tangan kanan saya kembali bergerak mengayunkan pedang. “Dan bukan pula kehendakmu yang terjadi tapi kehendak Allahku!”
Saat itu juga ia terpental keluar rumah, dan saya terbangun dengan jantung hampir lompat keluar badan.
Pengetahuan langsung membanjiri benak saya dan saya sadar bahwa itu bukanlah mimpi. Itu adalah realita alam roh. Saya memanggil-manggil Tuhan dalam kepanikan dan saya tahu ketakutan sedang berusaha menjatuhkan iman saya.
“Tenanglah,” Suara Tuhan Yesus memenuhi roh saya. “Tenanglah dan jangan takut. Gunakan Pedang Roh untuk mengalahkan ketakutan.”
“The Lord is my rock and my fortress,” saya mengutip salah satu ayat favorit. “My God is my rock, in whom I find protection. He is my shield, the power that saves me, and my place of safety.” (Psalm 18 : 2)
Perlahan-lahan, ketakutan saya mulai surut. Saya kembali mengikat, mematahkan, menghancurkan, dan menghardik segala kuasa roh jahat di rumah dalam Nama-Nya yang Kudus, dan itu terbukti manjur.
“Aku mengabulkan permintaanmu,” Tuhan melanjutkan. Nada bicara-Nya yang tenang mulai merambati tubuh saya dan membuat saya merasa hangat. “Kamu meminta-Ku supaya melatihmu berperang, dan Aku mengabulkannya. Kamu meminta ketenangan dan Hikmat, dan Aku mengabulkannya. Sekarang, lihatlah.”
Saat itu juga saya kembali ke ‘zona peperangan’. Namun kali ini, saya tidak mengambil posisi sebagai diri sendiri, melainkan dari atas zona tersebut sebagai pihak ketiga. Dari atas, saya dapat melihat diri saya (roh saya)—yang mengenakan baju putih-putih dan ber’tubuh’ anak kecil usia sekitar 13 tahun—berdiri berhadap-hadapan dengan si Yesus Palsu. Seraya tangan kiri saya masih teracung ke depan, saya melihat sebuah perisai besar yang berpendar indah terbentang empat meter di depan saya. Saya sungguh kagum dengan cahaya yang dikeluarkan perisai yang super-besar itu. Namun ada lagi yang mengejutkan sekaligus membuat saya girang:
Saya melihat Yesus yang Asli, berkilau-kilauan penuh dengan kemuliaan, beridiri di samping kanan saya!! Satu tangan-Nya mencengkram pundak saya dengan kasih, dan Dia begitu tinggi dan bersinar! Betapa saya ingin melihat wajah-Nya!!
(Note: sekali lagi, point of view saya dari belakang-atas)
Di belakang kami, belasan (atau mungkin puluhan?) malaikat dengan pedang terhunus bersiaga. Beberapa malaikat berdiri, beberapa melayang di udara.
Saya sungguh tidak bisa melihat semua ini secara jelas karena Mereka begitu bersinar dalam kemuliaan yang tidak bisa saya gambarkan. Yang saya tahu, saya disertai oleh Allah dan Bala Tentara-Nya!
Tuhan mengembalikan saya kepada realita dan Ia tersenyum pada saya. Ia kemudian membimbing saya untuk ‘memperlengkapi’ Perlengkapan Senjata Allah dan membiarkan saya membaca Mazmur dan Kitab Yesaya yang penuh dengan ayat-ayat yang luar biasa. Semua ayat terasa seperti baru di mata saya (walaupun semuanya sudah pernah saya baca dan penuh goresan stabillo) oleh karena peperangan tadi!
“Sungguh Engkau telah menjadi perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh.”
Mazmur 61 : 4