Author : Benedictus Harvi
‘Fokus’ adalah kata-kata yang sepertinya trivial, namun sangat krusial bagi Tuhan dan setiap anak-anak-Nya. Hal ini ditanamkan-Nya dengan keras pada saya beberapa hari yang lalu sebelum tulisan ini ditulis.
Saat itu, saya memang sedang agak ‘keteteran’ dengan tugas-tugas kuliah yang sudah mulai menumpuk. Sebagai gambaran keseharian saya: sore hari sampai di rumah, malam hari sampai subuh saya mengerjakan tugas. Hal ini berlangsung beberapa hari, sampai saat teduh saya pun jadi terkena imbasnya. Tuhan memang telah dengan sabar memperingatkan saya untuk tidak me-neg lect saat teduh tersebut, dan membangun pengaturan waktu yang lebih baik. Namun apa daya, pada praktiknya saya tidak dapat memenuhi ekspektasi-Nya.
Hari demi hari saya jalani dengan stagnan. Komunikasi dengan Tuhan memang tetap saya lakukan di sela-sela aktivitas, namun—tanpa sadar—saya sudah tidak lagi menempatkan Tuhan sebagai prioritas dalam daftar saya. Hidup rohani saya bisa dibilang kering saat itu, dan saya mulai agak terseret dengan arus dunia.
Sampai suatu hari, Ia pun menyadarkan saya.
Malam hari, saya, yang sudah teramat lelah pulang kuliah, langsung menjatuhkan diri ke tempat tidur. Saat itu, yang ada di pikiran saya hanyalah ‘gue harus istirahat’. Saya sama sekali tidak berpikir mengenai doa malam dan saat teduh, bahkan saya tidak bertegur sapa dengan Tuhan sebelum saya tidur.
Dan tanpa disangka, saya menuai apa yang saya tabur.
2-3 jam setelahnya saya terbangun dan keluar kamar untuk mengambil air. Yang saya ingat, saat itu kepala saya terasa sangat pening dan berat. Di saat itulah, saya menyadari ada yang aneh. Saya mencoba untuk berkomunikasi dengan Tuhan seperti biasa, namun saya tidak mendapat jawaban langsung-Nya yang biasa. Pertama-tama, Ia masih menjawab dengan sepatah- dua patah kata. Selanjutnya, saya sama sekali tidak dapat mendengar-Nya.
KE MANA ENGKAU TUHAN?!!
Adalah seruan yang bergema di seluruh sudut pikiran saya. Saya panik, saya mencoba memanggil-manggil-Nya berkali-kali, mencoba memancing percakapan, bahkan berseru-seru kepada-Nya. Namun hasilnya tetap nol besar, dan ini berlangsung cukup lama. Saya merasa patah hati dan dipenuhi kehampaan yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Gelombang kesadaran menerpa saya, bahwa saya telah tidak mengindahkan-Nya selama beberapa hari ini.
Saya jatuh terduduk dan berdoa dengan hampir menangis, “God, aku percaya Engkau tidak pernah meninggalkanku. Aku percaya Engkau tetap di sisiku, karena janji-Mu kekal. Apa yang terjadi padaku sekarang, aku percaya merupakan suatu trial dari-Mu dan ini memang buah dari perbuatanku sendiri.”
“Apa yang kau rasakan, Nak?”
Kata-kata lembut Roh Kudus mencurahkan kelegaan yang tak dapat dilukiskan oleh kata-kata.
“I’m broken, God.” Kata saya dengan tampang kuyu.
“Anak-Ku, Aku terpaksa melakukan hal ini untuk menyadarkanmu. Aku mengasihimu dan Aku tidak mau engkau tertinggal rapture karena hal ini.”
Perkataan dengan nada lembut itulah yang mengalirkan kesadaran ke benak saya, bagaimana saya sudah tidak mengacuhkan Tuhan belakangan ini, dan bahwa Ia pasti merasakan rasa sakit yang jauh lebih dalam dari saya ketika saya berpaling dari-Nya. Air mata mulai membasahi pipi saya. Tersedu-sedu, saya berulang kali mengucapkan, “Maaf, God. Maaf, God.”
Tuhan mengangguk-angguk sambil tersenyum. Sekali lagi saya menyadari kedalaman kasih-Nya dan kehangatan yang ada pada pribadi-Nya. Saya merasa begitu bodoh karena harus ‘ditabok’ dulu baru saya sadar akan kesalahan saya. Mengapa Ia masih mau menegur kita manusia-manusia berdosa yang tak henti-hentinya membuat hati-Nya sakit adalah hal yang di luar penalaran saya.
Setelah rekonsiliasi tersebut, secara bertahap Ia melatih saya untuk mendengar suara-Nya kembali, dan menjaga komitmen saya untuk fokus.
Betapa Allah kita maha penyayang!
Saat kita merasa tertohok oleh firman Tuhan, saat kita merasa peringatan-peringatan-Nya terlalu keras, saat itulah sebenarnya Ia sedang menegur kita secara personal.
Ia selalu mengulurkan tangan ketika kita jatuh, namun pertanyaannya masih tersisa: Maukah kita menerima-Nya?