Author : Felicia Yosiana
Saya suka bingung kalau melihat teman-teman saya, terutama yang wanita, yang bisa histeris bila ada sesuatu hal yang menyangkut idola mereka yang umumnya adalah para artis-artis Korea. Mereka sangat up to date dengan info seputar idolanya, bahkan sampai tahu segala detail mengenai idola mereka yang dimuat di majalah-majalah artis atau internet. Bahkan kalau lagi di lab komputer sekolah, alih-alih browsing nyari bahan pelajaran yang disuruh guru, teman-teman saya malah membuka situs-situs artis idolanya. Pokoknya dari tinggi sampai berat badan, makanan kesukaan sampai hobi, semua mengenai idolanya mereka hafal luar kepala.
Di situlah saya berpikir, andai para cewek-cewek tukang gosip itu segitu nge-fans-nya sama Yesus, pasti Injil kesebarnya cepet banget dan bumi ini pun damai sentozhaa...
Kenapa sedikit sekali remaja yang ’terobsesi’ dengan Tuhan Yesus? Padahal Tuhanlah yang membuat para artis ganteng itu dan memberi mereka makan. Tapi kok ngomongin firman Tuhan aja rasanya susah dan bete banget? Jangankan disuruh persekutuan, ikut sharing rohani saja biasanya sudah pada malas...
Nah, saat saya sedang memikirkan hal ini, seorang teman yang suka sharing dengan saya mengirimkan sms berisi 1 Korintus 1: 18, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”
Sontak, saya pun ngakak. Ini pertama kalinya Tuhan memberikan jawaban lewat sms! Cepet banget lagi dikirimnya! Emang Tuhan kita Tuhan yang up to date, nggak cuman pake Alkitab doang, tapi juga pake Hp, boww! J
Tapi rupanya Tuhan belum berhenti ngerjain saya. Waktu saya lagi membuka-buka buku tulis saya yang memiliki footer berisikan ayat-ayat emas Alkitab, saya pun langsung menemukan Mazmur 1: 1-2! “Berbahagialah orang… yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”
Mulailah di situ saya merenung.
Ternyata hanya begitu sedikit manusia di dunia ini yang menyukai firman Tuhan. Begitu sedikit orang-orang yang nge-fans sama Tuhan kita. Mereka lebih memilih apa yang dapat mereka lihat untuk diagungkan dibanding sesuatu yang menurut mereka abstrak dan tidak dapat dijelaskan.
“Kenapa mereka bisa lebih hafal biodata artis-artis itu dibanding Anda? Memang mereka kalau berdoa ke siapa?” Gerutu saya jengkel ke Tuhan.
Alih-alih menjabarkan jawaban yang saya inginkan, Ia justru menjelaskan bahwa syarat untuk masuk ke dalam Kerjaan Sorga itu memang tidak mudah, apalagi bagi orang yang percaya, karena notabene, kita telah diberi modal lebih oleh-Nya yang tentu, nantinya pun kita akan dituntut lebih. Setelah menjelaskan mengenai hal tersebut, Tuhan pun menegur saya, “Kalau sekarang Aku hukum semua yang terobsesi sama artis-artis kinclong dan dunia, maka dunia ini jadi neraka, dong? Kamu juga ‘kan harus membersihkan diri dulu. Akan lebih baik bila seseorang mengecamkan pada pikirannya bahwa ia berdosa, karena dengan begitu ia akan lebih berhati-berhati dan terus memperbaharui diri. Tapi orang yang mengecamkan pada pikirannya bahwa ia telah hidup suci, ia akan menjadi kurang waspada!”
Mengangguk-ngangguk bego, saya pun mulai mencerna kembali apa yang Tuhan katakan. Ada benarnya, bahwa orang yang sudah berpikir kalau ia berada di zona aman akan cenderung hidup lebih cuek dan merasa lebih bebas. Namun cobalah bandingkan dengan orang-orang yang menganggap diri mereka berdosa dan kandidat neraka, pasti mereka akan berusaha lebih keras agar diterima nantinya, waspada agar tidak jatuh lebih dalam lagi ke dalam dosa. Yah, walau dalam beberapa kasus, saya juga menemukan ada orang-orang bermental tripleks—bukan baja—yang mudah kena hantam rasa bersalah sehingga malah jadi minder atau tambah gila.
Dengan penjelasan ini jugalah saya kena tegur juga. Terutama dengan 1 Korintus 9: 27; “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”
Saya langsung bergidik ngeri. Seram amat kalau saya gembar-gembor supaya orang-orang hidup dekat dengan Allah tapi nantinya saya sendiri yang kebuang dari daftar Sorgawi...
Nah, sebagai fans-Nya, saya rasa kita memiliki alasan masing-masing untuk mengikut Dia. Tapi ternyata tidak sedikit juga yang mau ikut Sang Bapa hanya agar kecipratan berkat dan dapat karunia saja. Cuma mau enaknya saja, cawan pahitnya kalau bisa tidak usah...
Anda juga sudah tahu, Tuhan kita itu tidak bisa ditipu. Ia adalah Allah yang menyelidik ke kedalaman hati manusia, Allah yang mengetahui segalanya, termasuk diri anak-anak-Nya lebih dari pengertian kita sendiri. Ia tidak akan tertipu dengan doa yang menggunakan EYD yang baik dan benar dan kata-kata yang puitis dan panjang-panjang. Bahkan, saya suka geli sendiri kalau lagi mendengarkan orang berdoa verbal dengan menggunakan kalimat yang indah-indah bak seorang penyair padahal saya bisa melihat rohnya yang kusam dan kotor. Kalau itu saja dapat membuat saya geli, bagaiman dengan Tuhan? Padahal setiap hari saya bertemu dengan orang-orang munafik seperti ini: merka yang di luar sok baik atau gembar-gembor pelayanan, tapi dalamnya kotor. Mungkin orang lain tidak bisa melihatnya, tapi buat saya, sekali lirik, saya langsung jijik dengan orang-orang macam itu karena rohnya yang sangat kotor, entah karena dosa, ketidaktahuan akan firman dan hukum roh, atau telah merasa diri telah benar dan berkuasa.
Menyikapi pergumulan saya, malamnya saat saya sedang menyanyi memuji Tuhan dan hanyut dalam pujian, Tuhan pun nyeletuk, “Yos, tahu nggak kalau semua manusia, sadar-nggak sadar, ngikut Aku cuma biar diberkati?”
Wah, ditanya begitu, saya tidak berani jawab. Karena deep down, saya juga sadar bahwa salah satu dari alasan saya mengikut Yesus adalah agar saya selamat dan dipelihara oleh-Nya.
“Mungkin kalian nggak sadar. Mungkin kalian, manusia, bisa bilang kalau kalian akan hidup untuk-Ku dan sebagainya. Tapi tetap saja salah satu dari alasan kalian ikut Aku ya karena biar Kupelihara,” lanjut Tuhan.
“Tapi manusia ‘kan makhluk yang nggak jujur,” bela saya, tidak mau kalah. “Sama diri sendiri saja kagak, gimana sama Anda? Lagian manusia itu ‘kan egois, nggak ada yang enggak. Sebaik-baiknya orang, pasti ‘kan juga mikirin kepentingan dirinya sendiri!”
“Bisa kok, ‘menyempurnakan’ hati dan alasanmu. Buat kamu mustahil. Tapi buat Aku enggak. Just ask, Yosi.”
Toweinxx... Kenapa baru kepikiran sekarang?! Iya juga! Kalau saya tidak bisa, masih ada Tuhan yang bisa dan memampukan! Jadi kenapa saya tidak meminta-Nya untuk campur tangan? Kita, sadar ataupun tidak, selalu berusaha memperbaharui diri kita dan berusaha meningkatkan kerohanian kita sendiri, tanpa meminta kepada yang sempurna terlebih dahulu... Ya jelas saja selalu gagal.
Tapi apa sih yang mustahil bagi Dia? Tegur saya pada diri sendiri. Apakah pengalaman hidup gue tidak cukup untuk bersaksi kalau Ia itu mahakuasa dan mahakasih?
Saya rasa kita bisa nafas setiap hari saja sudah menjabarkan semuanya.
”Dan ingat, nak,” sambar Tuhan. ”Tidak ada fans palsu yang dapat masuk ke dalam rumah-Ku.”
Tidak ada yang mengatakan masuk surga itu gampang. ”Masa kecil bahagia, muda kaya raya, tua hidup damai sentosa, mati masuk surga”. Itu ’kan yang diinginkan setiap orang? Tapi sayangnya, bukan itu prinsip Kristiani yang kita pegang. Kalau Tuhan Yesus saja harus pikul salib dan dicerca, punya hak apa kita untuk berleha-leha? Tapi toh Tuhan Yesus tidak mundur dan tetap nge-fans sama Bapa. Kenapa kita tidak?
“My desire is to be with You, God. Saya nggak butuh Sorganya asal bisa tinggal bareng Anda! By the way… Is it fine to think like that? Don’t You think I’m too naïve?”
“I love it!”