Nyanyian Bapa

Author : Felicia Yosiana


Seperti yang sudah ditulis di tulisan sebelumnya (Liburan), Roh Kudus, guru doa pribadi saya, mengajarkan saya untuk berdoa meminta hal-hal yang selama ini tidak terpikirkan bagi saya dapat ‘diminta’ begitu saja. Ia mengajarkan saya untuk meminta kasih, hikmat, pengetahuan akan Allah, dan memohonkan kesedian Bapa untuk mengajari saya cara berdoa dan menyembah-Nya. Dan ternyata, hal itu dipandang baik oleh Bapa. Dan Ia pun menjawabnya.

Saat saya sedang mengikuti ibadah komsel, terjadi ‘pembaptisan’ Roh Kudus dan orang-orang di ruangan itu segera ‘penuh dengan Roh’. Hamba Tuhan yang memimpin sesi tersebut mengatakan pada kami untuk meminta apa saja yang jadi kerinduan hati kami, baik itu soal pelajaran, keinginan yang belum tercapai, pertobatan keluarga, bahkan karunia Roh sekalipun. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, saya pun segera meminta hikmat pada Allah, dilanjutkan dengan permohonan agar diberikan ketenangan, kasih, dan pengetahuan akan Allah (cara berdoa, dan sebagainya). Lalu apa yang terjadi?
Ia menjawab.

Saya segera tersungkur ke lantai! Kaki dan lutut saya gemetar—saya melihat ‘bawah’ takhta Allah! Kalau tempo hari saya menangis dan tersujud karena Kasih-Nya, kali ini saya tersungkur karena Kuasa dan Kemuliaan-Nya!  

TAKHTA ALLAH SANGAT BESAR! Anda bisa melihat sebagian kecil ‘kaki’-Nya dan tidak akan dapat melihat bagian tubuh-Nya ke atas saking besarnya Allah itu. Bahkan saat saya menuliskan hal ini sekarang pun saya masih agak gemetar karena mengingat betapa besar dan mulianya Allah yang kita sembah.
Dan hanya itukah yang terjadi selama saya tersungkur dan menangis? Tidak!

SAYA MENDENGAR NYANYIAN BAPA!

IA BERNYANYI! IA BERNYANYI BALAS BAGI SEGALA CIPTAAN-NYA, MEMBALAS PUJI-PUJIAN MEREKA!

(Saya sangat ingin menuliskan setiap kata dengan huruf besar karena begitu ajaib dan luar biasanya apa yang telah saya rasakan, tapi demi kenyamanan, mari kita kembali ke ukuran normal.)
Nyanyian Bapa sangat agung dan luar biasa, bergetar sampai ke dalam seluruh jiwa dan roh saya sehingga saya gemetar hebat sambil terus menangis mengutarakan terima kasih saya. Ya, saya dapat tersungkur terus untuk bertahun-tahun dan memuja Allah yang begitu luar biasa ini dan tidak akan merasa bosan. Bagaimana bisa bosan—Ia terlalu luar biasa untuk saya puja dengan kata-kata! Seperti yang Dean Baxter katakan di dalam bukunya “Bertemu Yesus di Sorga”, Allah Bapa sungguh BERNYANYI bagi segala ciptaan-Nya! Dan kali ini, saya tidak hanya menjadi pembaca sebuah buku kesaksian yang mempertanyakan kebenaran rohaniah hal tersebut, tapi SAYA MENDENGARNYA SENDIRI!

Tuhan pun kemudian mengangkat kedua tangan saya selama penyembahan berlangsung, membuat tangan saya jadi kesemutan enak dan hangat, tidak bisa diturunkan sampai penyembahan selesai. Dan Ia juga membiarkan saya mengutarakan segala keinginan saya walau hanya satu kalimat yang saya jeritkan saat itu: “BAWA AKU PULANG, TUHAN! AKU MAU TINGGAL BARENG ENGKAU!!”
Tapi kemudian, setelah memahami bahwa itu pasti akan terjadi, Ia membimbing saya untuk mengutarakan ‘doa-doa’ lainnya: bahwa saya ingin melayani, saya ingin mendapat ‘percikan’ hikmat-Nya, dan bahwa saya ini bukan siapa-siapa.
Selama memohon, saya tersungkur dan tak bisa berdiri, kedua tangan menengadah terbuka sementara kepala saya menyentuh lantai.

Tentunya, setelah kejadian tersebut, saya K.O. Capek. Lemas. Merasa baru jatuh, tertimpa tangga, terus kelindes kereta. Tapi ada damai, ada sukacita, dan ada rasa ‘tergelitik’ dalam hati dan roh saya.
Malamnya, Tuhan pun menjelaskan beberapa hal mengenai pujian penyembahan yang sebenarnya (yang akan kita bahas di sub-judul berikutnya), dan mengenai apa yang telah saya minta:

Kamu meminta hikmat,” kata Tuhan, kali ini tidak dalam bentuk pertanyaan.
Saya mengangguk.
Dan kamu ingat apa yang terjadi pada detik kamu memintanya dengan sungguh-sungguh di dalam roh dan iman?”
Saya membeku dan merinding, segera mengerti maksud Tuhan. “Saya tersungkur.”
Dan Ia pun mengutib ayat Alkitab favorit saya: “Dan permulaan hikmat ialah takut akan Allah.”