"Be My Fire!"

Author : Felicia Yosiana

Saya seringkali merenungkan tujuan dan panggilan hidup seperti apa yang Tuhan miliki untuk saya. Bila saya menengok ke belakang dan melihat ke diri saya sendiri, saya selalu geleng-geleng kepala melihat betapa Ia setia menemani saya yang keras kepala en dodol abis ini. Tapi pada saat yang sama, saya juga orang yang mencintai kejutan dan tantangan. Saya kurang suka kalau harus tahu segalanya dengan detail duluan. Memang, saya suka menganalisa dan berspekulasi, tapi saya bisa mati bete kalau hidup ini nggak ada kejutannya lagi. Dan Tuhan, yang tahu persis seperti apa saya, jadi ikut-ikutan bermain rahasia mengenai panggilanNya di dalam hidup saya.

Seperti yang saya tulis di beberapa tulisan, saya sendiri yang meminta Tuhan untuk ‘merahasiakan’ panggilan saya sampai waktunya. Dan buat saya, itu memberikan kenikmatan tersendiri kalau saya mereka-reka ‘perbedaan’ seperti apakah yang akan saya buat bersama Tuhan nantinya.
Curhat punya curhat, waktu Bible Camp anak Sekolah Minggu, Tuhan ternyata ‘memanggil’ saya kembali di situ. Gini ceritanya...

Seperti di setiap Bible Camp, di acara kali ini juga ada waktu untuk ‘malam lilin’. Tahu, ‘kaaan? Yang kalau malam-malam kita diajak merenung bersama dengan hanya diternagi lilin itu looh. Nah, di sini juga ada. Dan di sinilah Tuhan ‘memanggil’ saya untuk yang... Ehmm... Ke-berapa kalinya yah...? Itung, itung...
Ah, empat, ding. Yang pertama waktu dua belas tahun. Waktu itu Ia menanyakan apakah saya mau menjadi partner-Nya dalam mencari domba-Nya yang hilang. Jadi kalau saya ingat-ingat lagi, yang waktu itu berupa ‘tawaran’ dari Tuhan.

Yang kedua, waktu saya berusia empat belas tahun. Waktu itu saya juga sedang mengikuti retret remaja, yang aslinya saya males banget ikutin. Waktu itu juga lagi acara malam lilin... Saat itu, saya juga sedang tenggelam dalam pikiran sendiri,  memikirkan tujuan saya hidup di dunia. Namun tiba-tiba, dengan sangat cepat, api di lilin saya menyala terang kayak baru tersiram minyak, membuat lilin saya meleleh dengan begitu cepat. Saat saya mengisyaratkan panitianya, lilin saya pun diganti dengan yang masih baru dan panjang. Tapi hal yang sama berulang kembali: api di lilin saya membesar secara tiba-tiba dan lilin saya pun meleleh dengan sangat cepat. Kalau nggak salah, waktu itu saya ganti lilin sampai empat atau lima kali! Di saat lilin terakhir saya diberikan, Tuhan nyeletuk, “Yos, kamu akan Kupakai seperti api itu.”


Jadi saya rasa yang kedua itu adalah ‘peringatan’.
Yang ketiga, waktu saya umur lima belas tahun. Waktu itu Ia menyatakan bahwa panggilan hidup saya adalah untuk ‘membuat perbedaan’. Jadi, yang itu saya rasa masuk ke dalam ‘panggilan’.
Sedangkan yang keempat...

Be My Fire!”

Saya yang lagi cengo ngeliatin lilin sambil memikirkan panggilan hidup saya pun kaget. Kenapa tiba-tiba Tuhan ngomong begini?
Apa, Tuhan?” tanya saya nggak mudeng.
Be My Fire!” ulang Tuhan dengan jelas.
Saya melongo... Jadi Api Tuhan? Apa maksud—...
Dengan cepat, Tuhan mengirimkan pengertian ke otak saya, dan saya pun langsung mengerti maksud-Nya bak sebuah komputer yang baru dikasih data baru sama penggunanya. Setelah mengerti... Saya malah tambah tegang...!
Itu adalah sebuah perintah. Utusan.

Masih syok, saya pun berniat bertanya lebih lanjut ke Tuhan. Namun saat saya mau nanya lebih lanjut, anak di sebelah saya mendadak teriak sambil melemparkan lilinnya! Ternyata tangannya terkena lilin! Es we te, deh... Dengan sigap, sang kakak pun memadamkan tuh lilin... heheh...
Lagian rada dodol juga nih malem lilin... Masa malam lilin alas duduknya karpet?! Alamak... itu mah alamat kebakaran! Mana yang malam lilin Anak Sekolah Minggu lageee...!! Terputuslah pertanyaan saya ke Tuhan hingga sekarang. Tapi itu tetap Ia rahasiakan, berhubung saya suka kejutan... Hehehe.
Saya nggak mau merusak kejutan Tuhan dengan mengintip isi kado-Nya terlebih dulu... Biarlah saya berteriak kaget kegirangan pada waktunya... XD

Seringkali kita merenung, apa yang bisa kita lakukan untuk Tuhan? Dan seringkali jawabannya hanyalah ‘pelayanan di Gereja’. Padahal ada begitu banyak hal yang bisa kita lakukan untuk Dia! Dan salah satunya adalah menjadi Api-Nya! Api adalah elemen yang destruktif, namun menyucikan (Yesaya 6 : 6-7). Api juga akan merambat dan ikut membakar apapun di sekelilingnya, menerangi dan menghangatkan mereka yang mau mendekat cukup dekat untuk menyaksikannya.

Jadi saya rasa jelas. Selain memenuhi panggilan hidup kita masing-masing, kita juga dapat menjadi “Api Kristus” dengan berperilaku seperti Kristus. Apakah seseorang akan masuk Sorga kalau ia hanya memuji dan menyembah Tuhan saja? NO besar! Ingat, kita yang diberi lebih akan dituntut lebih. Kita, yang Tuhan berikan Roh Kudus lebih dulu, akan dituntut lebih.
Jadi, apakah kita sudah menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita? Sudahkah keberadaan dan perilaku kita ‘menghangatkan’ orang-orang di sekeliling kita? Sudahkah nasihat dan omongan kita menjadi ‘terang’ bagi mereka yang membutuhkan? Dan sudahkah kita ‘menularkan’ bara api kita ke orang-orang di sekeliling kita?