Author : Felicia Yosiana. G
Akhir-akhir ini saya lebih sering menulis ‘renungan’ dan ‘surat’ Tuhan dalam bentuk dialog daripada dalam bentuk rangkaian paragraf. Kalau boleh jujur, menulis dengan dialog sebenarnya lumayan asyik dan tidak terlalu memeras otak serta energi. Tapi Tuhan mengingatkan bahwa ada hal-hal yang sulit disampaikan saat saya menulis titah-Nya dalam bentuk percakapan saya dan Dia. Dan oke, berniat nurut, saya pun kembali menulis renungan model ini.
Minggu-minggu pertama kuliah sedang saya jalani saat tulisan ini ditulis. Sebagai mahasiswa baru, tentu saja tugas pengenalan kampus dan penggalian potensi diri dan sesi-sesi semacamnya kerap saya jalani. Namun ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan berkaitan dengan ‘perencanaan’ ini.
Apa Anda tahu yang namanya ‘menggali potensi maksimal’ diri sendiri? Ada tes atau semacam refleksi yang sering kita jalani untuk mengukur batas kemampuan kita dan menetapkan tujuan-tujuan dan target hidup kita. Entah di sekolah, bangku perkuliahan, atau dunia kerja, pasti kita pernah diajak untuk merefleksikan ‘keinginan-keinginan’ kita dan taraf-taraf pencapaian yang mungkin dapat kita gapai.
Tapi tahukah Anda bahwa itu mendukakan hati Allah?
Akan saya tuliskan dengan jelas, semua perencanaan manusia yang tidak berdasarkan titah Allah adalah bodoh dan sebuah tindak pembangkangan. Hal ini banyak tertulis di Alkitab, dan saya sangat merekomendasikan Anda untuk mengeceknya secara pribadi.
Dan ya, ini disampaikan pada saya saat saya sedang diajak untuk mengisi sebuah ‘form’ potensi dan standar/target pribadi dalam suatu sesi. Dan tahukah apa yang terjadi?
Tuhan Yesus menangis.
Ini serius dan bukan daydreaming!! Ia menangis!!
“Kenapa manusia merencanakan sesuatu tanpa menyertakan Aku?” Ia berkata dengan pilu. Tentu, saya langsung membeku di kursi saat mendengar-Nya. “Di manakah Aku? TIDAK ADA AKU DALAM PERENCANAAN MEREKA!!”
Di situlah ayat-ayat Alkitab dan segala pengelihatan dan perenungan yang pernah saya baca dan alami membanjiri otak saya. Mulai dari Mazmur, kitab-kitab para nabi, dan pernyataan-pernyataan Tuhan sendiri menjadi jelas seketika. Inilah yang dimaksud dengan berjalan dengan rancangan manusia.
Saya begitu syok saat Tuhan berkata seperti itu. Saat Ia berseru, nada-Nya begitu pilu dan sedih. Ada juga tersirat rasa kasihan dan kegeraman-Nya atas kebodohan anak-anak-Nya.
Dengan salah tingkah, saya pun cuma bisa memperhatikan Beliau. Sisa sesi itu saya ikuti dengan bête dan setengah tidur.
Seringkali manusia berjalan tanpa rancangan ataupun persetujuan Penciptanya. Saya bukannya mau menghakimi kalau semua orang yang berjalan seperti itu akan ‘gagal’. Buktinya, banyak pengusaha sukses yang tidak kenal Yesus, kan? Tapi bukan ‘gagal’ dalam standar dunia yang akan kita pakai. Tapi standar kekekalan yang jadi tolak ukur segala sesuatu.
Saya sering melihat orang-orang seperti ini. Entah di kampus, sekolah, mall, ataupun jalan… Saya menemukan orang-orang yang ‘tidak mengenal’ Tuhan yang hidupnya berjalan dengan perencanaan sendiri tanpa pernah menggubris suara Tuhan. Orang-orang ini sebenarnya adalah orang-orang yang memenjarakan ROH mereka dan Roh Kudus. Mereka merantai roh mereka (yang memiliki hubungan terdasar dengan Allah, Sang Pencipta), dan hidup menurut keinginan jiwa dan daging mereka yang telah ditelan oleh pemahaman-pemahaman dunia. Roh orang-orang ini dipenjarakan dan tidak diberi makan sama sekali, kering, tidak berdaya dan berada dalam keadaan yang mengenaskan.
Roh mereka ingin berteriak menjangkau Allah Bapa, Ayah mereka yang sesungguhnya. Tapi daging dan pikiran mereka mengurung roh dan memilih untuk berjalan menuruti bapa atas segala dosa, Iblis, yang tertawa terbahak-bahak karena pilihan bodoh tersebut.
Terkadang, saat saya sedang berada di tempat umum, kelas, atau bersama orang-orang ini, saya bisa mendengar ‘jeritan’ roh mereka dan Roh Kudus yang SANGAT MEMILUKAN. Di saat saya menulis ini pun saya dibawa untuk melihat secara cepat perlakuan buruk daging orang-orang tidak percaya kepada roh mereka. Roh mereka, yang sangat kurus dan mengenaskan, memohon-mohon untuk menggapai Bapa. Ya, SETIAP ROH adalah DARI BAPA dan TERCIPTA KARENA BAPA. Tidak aneh kalau roh setiap orang memiliki hubungan khusus dengan Allah, yang biasa saya sebut a special bond with the Lord.
Jadi tidak aneh kalau keinginan terdasar setiap roh adalah menyembah Tuhan, Yesus Kristus, di dalam kebenaran.
Tapi apakah yang terjadi kepada roh orang-orang yang lebih mendengarkan ‘daging’ mereka? Dari yang diperlihatkan Tuhan pada saya, daging orang ini (yang sehat dan terpelihara dengan baik keadaannya—kontras dengan keadaan roh), memarahi roh karena mereka begitu ‘berisik dan mengusik’, lalu menendang dengan kasar roh mereka ke dalam sel penjara yang gelap dan kumuh!
Mengerikan!
Dan inilah yang terjadi dan sedang terjadi pada generasi kita ini: pemenjaraan roh. Penghinaan kepada Roh Kudus. Penghujatan terhadap Allah dengan pikiran dan perencanaan-perencanaan manusia.
How are you living your life?