Author : Felicia Yosiana G
A/N : A refers to Author. J refers to Jesus. Ini adalah perbincangan 'kecil' kami setelah sekian lama saya terseret arus dunia...
A : Boleh kita bicara, Lord? Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan pada Anda dan ingin saya bagikan pada saudara-saudara di dalam Anda.
JC : Boleh, kok. Kau tahu, Aku menunggu-nunggu momen ini sejak lama.
A : Hah? Kenapa?
JC : Akhir-akhir ini kau lebih sering berjalan dengan pikiranmu sendiri. Memang, Hikmat telah dikaruniakan padamu, tapi itu bukan cara-Ku menuntun anak-anak-Ku. Coba lihat, percakapan kita sehari-hari berkurang drastis, bukan?
A : Sakit. Maap, Tuhan. Apa saya telah mengecewakan Anda?
JC : Ya, tapi itu tidak Kulihat lagi sekarang. Aku senang kau mau datang pada-Ku.
A : Akhir-akhir ini saya sulit menyimak baik Suara maupun Wajah dan perasaan Anda. Apa menurut Anda saya telah menjauh?
JC : Dengan sedih Kuakui, benar, nak. Kau menjauh dari-Ku. Dengan pikiran-pikiranmu, dengan logikamu dan segala aktivitas pikiranmu yang tidak melibatkan Aku secara langsung, engkau membuat jarak dengan Aku—Aku secara personal.
A : Biarpun apa yang saya ‘putar’ di otak berupa memori bersama Anda?
JC : Ya. Kamu menyadarinya: ada waktu untuk mengingat-ngingat, ada waktu untuk bergerak maju. Aku adalah Pribadi yang rendah hati dan lemah lembut. Bukan ciri-Ku untuk memulai percakapan dengan bombastis demi menarik perhatian. Kau sendiri mengerti hal ini, kok. Bukankah akan menyiksa bila seseorang harus menyangkal kepribadiannya? Aku pun begitu. Aku tidak dapat menyangkal diri-Ku, sifat-sifat-Ku.
Aku adalah Aku. Terlepas dari pandangan orang-orang tentang Aku, bukan opini manusia lah yang membuat Aku. Aku tetap Aku; Allah yang setia dan rendah hati.
A : Sejauh yang saya rasakan, Kepribadian Anda memang luar biasa. Anda tenang, tidak cerewet dan banyak bicara, berselera humor tinggi, namun sangat responsif.
JC : Ya, nak. Itulah Aku. Tidak banyak bicara adalah sifat dari orang yang rendah hati. Ia tidak ‘menarik perhatian’, tidak mencari muka, tidak macam-macam dan tidak menuntut. Aku tenang dan tidak pernah terburu-buru. Aku ramah dan lemah lembut, dan karena itulah Aku senang merespon setiap dari anak-anak-Ku bila mereka mau datang kepada-Ku dan mengundang-Ku untuk berdialog. Tahukah kamu bahwa Aku melompat dalam kegirangan saat engkau mengajak-Ku berdialog?
Jangan menangis, nak. Sekarang kau mengerti perasaan-Ku yang sering ditinggalkan dan diabaikan oleh buatan tangan-Ku sendiri.
A : Saya parah, Tuhan...
JC : Kau tetap anak-Ku. Ini adalah pernyataan dari-Ku. Aku mau mengubahmu asalkan kau mau bekerja sama. Lihat, Aku tidak memaksamu untuk mengikuti jalan-jalan-Ku. Aku hanya menyediakan jalan, sarana, dan penyertaan sepanjang waktu untuk setiap anak yang mau mencari dan memintanya dengan iman dan kasih.
A : Kasih... Itu elemen penting dalam diri Anda.
JC : Kau bisa berkata begitu karena apa?
A : Karena Anda semata. Karena hidup belasan tahun bersama Anda. Karena kesetiaan Anda yang tidak berujung.
JC : Biarpun kamu sering ragu, ya, itu benar. Kau baru saja menyaksikan kesetiaan-Ku dalam memegang janji, bukan?
A : Ya. Engkau setia membangnkan saya pada jam 3 pagi untuk menyapa Anda dan berdoa.
JC : Tanpa jam weker, kan? Ya, itulah Aku: Allah yang setia.