A Wonderful God

Author : Felicia Yosiana

8 Desember 2011

Saya sedang dalam doa dan pujian penyembahan pagi hari saat hadirat Tuhan datang menyelimuti saya. Dengan mata tertutup, saya dapat melihat dan merasakan sinar kemuliaan-Nya yang luar biasa, dan ayat demi ayat muncul di benak saya. Saya kembali memuji saat Ia memperlihatkan pengelihatan mengenai sebuah badai besar di tengah lautan.

Betapa kagetnya saya saat melihat diri saya—versi Alam Roh—sedang berjalan menembus badai ganas itu dengan berjalan di atas air! Tuhan, figur yang sungguh mudah dikenali dari jauh, berdiri di samping saya dan menuntun saya—anak kecil usia 12-13 tahun itu menembus badai. Suara Tuhan berbicara dengan lembut saat itu: “Aku berjalan denganmu di saat badai menggelora. Aku membawamu menembus badai dan topan dunia.”

Adegan berganti. Saya melihat diri saya sendiri di tempat yang penuh dengan api dan terlihat sangat menyiksa. Entah itu adalah siksaan dunia dalam hidup kudus atau pemurnian dengan api, saya tidak tahu. Di tengah api itu, sekali lagi saya melihat diri saya sendiri dan Tuhan sedang berjalan bergandengan tangan. “Aku berjalan bersamamu melewati api,” Ia berkata. “Kau tidak akan hangus terbakar karena Aku di sisimu.”

Kesadaran saya kemudian kembali sepenuhnya ke realita dan saya mendapati diri banjir air mata. “Tuhan, Tuhan,” ratap saya, “saya nggak tahu kenapa Anda mau menuntun anak sebandel saya. Saya nggak ngerti kenapa Anda nggak ninggalin saya saat saya membangkang. Tapi saya akan terus menyanyi dan memuji Engkau selama masih ada waktu di Bumi ini, dan saya menolak untuk mundur selama Roh Kudus menyertai saya!”
Saya juga menggunakan kesempatan itu untuk mengakui dosa dan kebobrokan saya—di mana salah satunya adalah ke-tidak-tahanan saya di dalam dunia dan keinginan saya untuk cepat-cepat Pulang. Saya sadar sepenuhnya, bahwa detik demi detik sangat berharga, terutama bagi mereka yang belum mengenal Allah atau masih suam-suam kuku. Dan saya telah mendukakan hati Bapa dengan, secara tidak langsung, mengatakan bahwa saya tidak peduli dengan orang-orang macam itu dan mencari selamat diri sendiri.

Roh Kudus, dalam bentuk api sekaligus Singa Jantan berbulu keperakan, melawat saya dan berkata, “Aku telah menjadikanmu baru. Koyakanlah manusia lamamu dan kenakanlah manusia yang baru di dalam Allah.”

Sebelum saya sempat merespon, suara Allah Bapa yang begitu lembut dan luar biasa menggelegar, “Do not give up, daughter. Do not give up.

Bertahanlah dan bekerjalah sampai sangkakala dibunyikan,” Tuhan Yesus menyambar. “Jangan menyerah sampai detik terakhir. Aku pun tidak akan menyerah. Kesudahannya telah sangat, sangat, sangat dekat. Pergunakan waktu sebaik mungkin dan bawa pulang saudaramu sebanyak-banyaknya.”


Dan Ia langsung memberikan saya ayat ini:

Ibrani 6: 11-12a
"Tetapi kami ingin, supaya kami masing-masing menunjukan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban..."