Hikmat dan Pengajaran

Author : Benedictus Harvian

4 Desember 2011

Percakapan yang dilakukan setelah saya bertobat atas suatu kesalahan bodoh saya..
Note : A refers to the author, me ; JC refers to Jesus Christ, Whom I call ‘Lord’ ; G refers to Holy Spirit, Whom I call ‘God’; and P refers to Father, Whom I call.. emm... ‘Papi’. Yep, Papi.



JC : Childishness is something I cherish. Tapi, Alkitab sudah menerapkan batasan dalam hal itu, bukan?

A : ‘Jadilah anak kecil dalam kejahatan,dan jadilah dewasa dalam pemikiran.’

JC : Ya. Ada batasan untuk segala sesuatu. Hal ini juga sekaligus merupakan Hikmat.

A : Hikmat... Anda sering menggunakan analogi tersebut.

G : Karena semuanya terhubung oleh Hikmat, Vi.

A : Sebegitu krusialnya kah?

G : Kamu yang sudah mengalami sendiri. Aku adalah Sumbernya. Ingat bukan, dengan ayat di Kitab Amsal yang Kuberikan ketika kamu bertanya soal Hikmat?

A : Yep. Pengejaran Hikmat adalah untuk memperoleh pengenalan akan Allah.

P : Sumber Air yang Hidup, itulah Kami. Tanpa Hikmat, kamu akan sulit untuk mengenal dan memahami kuasa-Ku. Hikmat sorgawi tentunya, yang Kumaksud.

A : Karena itukah penulis Kitab Amsal banyak mengutuki kebebalan?

P : Kebebalan, kebodohan adalah suatu kejijikan bagi-Ku.

G : Kamu tinggal memintanya dan mengejarnya Vi, Hikmat tersebut. Adalah suatu kekecewaan Kami melihat begitu banyak orang yang mengaku tinggal di dalam-Ku namun tidak berhikmat karena ia tidak memintanya.

JC : Apa yang kamu minta, diberikan. Hidup dalam-Ku itu nggak ribet kok.

A : Tapi bukankah Hikmat adalah suatu kemudahan berpikir? Dan bukankah dasar dari pemikiran adalah kompleksitas?

JC : Kamu tidak dapat menilainya lewat kacamata manusia, Vi.

P : Sekali lagi, Hikmat sorgawi adalah Kepunyaan-Ku, Cara Kerja-Ku. Tak terselami oleh hikmat manusia.

G : Kompleksitas adalah buah dari pemikiran manusia.

A : Intinya, Tuhan, Hikmat itu merupakan sesuatu yang sorgawi dan bukan bagian untuk kita pikirkan? Saya bertanya-tanya apakah Anda mengacu pada ayat ‘janganlah tiap orang memikirkan yang lebih tingi dari yang ia patut pikirkan’?

G : Partly, ya. Ada saat di mana Aku akan memberikan pengertian instan untuk kau proses, ada juga saat di mana Aku memberikan pengajaran panjang yang harus kamu jalani.

A : Dan semua itu mengacu pada pengejaran Hikmat.

G : Seperti itulah.

A : Hm.. Tanya apa lagi, ya..?

P : Haha, santai saja, anak-Ku. Kami sangat menghargai momen-momen khusus seperti ini, kok.

JC : Ya, adalah suatu kesenangan bagi Kami mendengarkan dan berbincang-bincang dengan anak kesayangan Kami.

A : *Huaa ><* Lord, saya ingin bertanya secara khusus...

JC : Tanyakan.

A : Bagaimana cara untuk taat? Mengapa begitu sulit, Lord. Untuk menaati perintah spesifik Anda? Saya merasa begitu worthless atas ketidakyakinan dan ketidakberanian saya..
(pas kemaren TD, ada beberapa saat di mana JC ngasi perintah spesifik kepada saya untuk melakukan sesuatu, tapi karena saya nggak berani en ragu, jadi saya biarkan saja...)

JC : Aku merasakan apa yang kamu rasakan. Aku juga pernah hidup sebagai manusia sama seperti kamu, sebagai Pribadi yang hidup untuk menjalankan perintah Bapa-Ku.

A : Ya, Lord. Karena itu, saya ingin Anda ajar. Saya tidak mau ketidakberanian saya menghalangi saya untuk taat lagi..

JC : Adalah suatu obstacle yang harus dilewati, bagi anak-anak-Ku untuk memiliki keyakinan dan kepercayaan 100% pada-Ku. Adalah juga suatu obstacle lain untuk dilewati, untuk menjalankan perintah-perintah-Ku, Kamu sadar, kamu tidak akan menulis renungan-renungan dan surat-surat-Ku kalau kamu masih dirundung ketidakyakinan, bukan?

A : Hmm.. I didn’t expect to get that kind of answer, Lord... Implikasi dari apa yang Anda sampaikan, saya harus meyakini dan mengimani hal-hal yang berasal dari-Mu. Begitukah?

JC : Iman sebesar biji sesawi memindahkan gunung. Iman merupakan motor penggerak kehidupan rohanimu, kehidupan bersama-Ku. Apa yang akan kamu bayangkan seandainya kamu tidak memiliki iman saat ini, sekarang juga?

A : *berpikir sejenak* Mungkin saya akan menganggap saya sedang bergumul dengan pikiran saya sendiri alih-alih Anda, ya...

JC : Tepat. Seperti itulah maksud dari kat-kata-Ku bahwa iman merupakan motor penggerak.

A : It was just like You when You lived, Your remarkable Faith towards the Father...

JC : Bukankah segalanya telah Kucontohkan? Untuk apa Kitab Suci dibuat? Supaya kalian mengikuti teladan-Ku, bukan?

A : ‘Barangsiapa percaya, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup’, ya..

JC : Tepat. Aku adalah Penggambaran yang Sempurna akan Ketaatan. Kemurnian. Kekudusan. Kebaikan dan Cinta Kasih.

A : Yang juga tergambar dalam diri dan pelayanan nabi-nabi Anda, walau tidak sempurna... Begitu?

JC : Yap. Karakter-Ku yang tertanam dalam anak-anak-Ku merupakan pendorong bagi mereka untuk terus mencari dan meneladani karakter-Ku yang lain.

A : Intinya adalah kekudusan dalam Anda.

G : Dalam hal itu, banyak bidang yang telah Kubawa ke permukaan.

A : Saya menyadarinya, God. Semenjak saya meminta Anda untuk menempa dan menguduskan saya, semakin banyak aspek-aspek kedosaan yang tadinya terbengkalai, Anda bawa kepada kesadaran saya.

G : Itulah yang disebut dengan permurnian. Kamu tahu, saat besi atau perak dibakar dalam tungku, ia akan direndam dalam air supaya kotorannya terangkat.

A : Saya baru memikirkannya. Pengertian dari ‘pemurnian’ ini lebih dalam dari yang saya kira.

P : Itulah Hikmat. Mendekat kepada Kami dan Kami akan mengajarmu, menceritakan perbuatan-perbuatan Kami yang ajaib dan besar. Karena pengejaran Hikmat sendiri membuahkan pengenalan akan Aku.

A : Segalanya saling berkaitan...

U : Benang merah yang menghubungkan semuanya, sekali lagi, merupakan Hikmat tersebut.

A : Percakapan yang berat...

P : *tertawa* Bukankah kamu mendapat banyak?

A : Ya... Namun saya juga perlu waktu untuk memrosesnya, Pi. *tertawa*

P : Aku tahu, Nak. Cernalah perlahan.

A : Anda sudah akan datang, ya, Lord.

JC : Sebentar. Sangat sebentar lagi.

A : Saya ingin bertekun dalam Anda dan menjaga kekudusan. Bantu saya supaya taat, Lord... Dalam setiap langkah saya... Saya tidak ingin menyimpang ke kanan atau kiri.

JC : Maka bertekunlah. Mendekat, maka Aku pun akan mendekat kepadamu. Tetap jaga kekudusan. Jangan kendurkan pertahanan pikiran. Aku tahu kamu berkata sulit. Tapi ingat dengan Firman-Ku?

A : ‘Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tapi bagi Allah semuanya mungkin’...

JC : *thumbs up* Saling membangunlah dalam roh dan perbuatan bersama teman-teman seperjuanganmu, saudara-saudara dalam Aku. Untuk alasan itulah kalian Kutempatkan bersama-sama. Bersukacitalah! Bersukacitalah! Sungguh, tidak lama lagi Pembebasmu akan datang, anak-Ku! Sungguh kesenangan dan persembahan tiada tara bagi Kami, hati kalian yang siap dan bersih dalam penyerahan total kepada-Ku. Antusiasme kalian menunggu kedatangan-Ku adalah kesenangan bagi Kami.

U : Kami bersemangat menunggu pertemuan kita muka dengan muka.

JC : Adalah kegembiraan besar bagi Kami di Sini untuk melihat perjuangan kalian mempersiapkan umat-Ku sebelum kedatangan-Ku! Aku, Bapa-Ku, dan Roh-Ku berkenan atas persembahan-persembahan doa yang kalian berikan! Sungguh itu merupakan persembahan yang harum bagi Kami. Doa yang beralaskan kasih adalah penyembahan kepada Kami!

P : Teruslah berjuang, anak-Ku. Hiburlah satu sama lain dengan perkataan ini. Kami melihat kalian dari Atas.

G : Tetaplah berjuang teguh dalam iman.

U : Bahwasanya Aku besertamu.