Author : Vanessa Giovani
Di tengah banjir post tentang rapture di blog ini, perkenankan saya untuk membahas dengan cara lain.
Ini semacam sharing sekaligus pengakuan saya di tengah the calm before the storm. Jujur saya ketika saya mendengar kabar-kabar tentang kedatangan Tuhan saya langsung bertanya-tanya dalam diri saya. "Secepat itukah? Gw masih muda kayaknya... Gimana kalo gw ketinggalan??!!" dll. Sebenarnya saya juga ga inget-inget pasti kalo hal-hal tersebut yang ada di pikiran saya... tapi pasti Anda sekalian juga sempet berpikir seperti ini kan? Akui sajalah...
Saya lupa bagaimana tiba-tiba ada kesadaran dalam diri saya bahwa saya tidak boleh terus seperti ini. Yang ada di pikiran saya pada awalnya hanya sedangkal "Gue ga boleh ketinggalan!" Padahal seharusnya motivasi mencari Tuhan saja dan hidup benar di hadapan-Nya sebaiknya didasarkan pada kasih dan rasa haus untuk mencarinya. Iya ngggak?
Langsung saja saya berusaha untuk melepaskan diri dari hal-hal keduniawian. Namun harus saya akui bahwa godaannya itu kuat sekali. Yah... jatuh lagi ke lubang yang sama pun harus saya rasakan. Tetapi kini saya berusaha sekuat mungkin untuk meninggalkan hal-hal yang toh nantinya tidak memberi saya akses mendekat ke Tuhan. Ia memang luar biasa baik!!
Harus diakui juga bahwa lingkungan kampus saya itu suasananya sangat tidak mendukung. Saya merasa seperti berada di dalam padang gurun. Terdengar lebay, eh?
Kampus yang katanya nomor satu di Indonesia itu terdiri dari sedikit anak-anak Tuhan. Sampai sekarang saja saya belum menemukan teman untuk sharing yang nyambung. Godaan hal-hal kedagingan sangat kuaaatttttt... Ajakan-ajakan yang mungkin kelihatan "normal" di mata mahasiswa pada umumnya juga banyaaaakkk. Saya, yang seringkali malas untuk ikut-ikutan cara teman-teman dekat saya, harus puas dibilang "kaku."
Sekarang, dibilang "kaku" oleh teman-teman saya adalah hal yang sudah biasa kini saya dengar. Awalnya, itu memang hanya bermula dari ajakan teman untuk 'telat masuk', sedangkan saya sudah biasa untuk sampat di tempat sebelum kelas dimulai. Teman saya sampai berkata, "Kaku banget sih lu, Nes." (Saya yang dibilang kaku untungnya tidak menghapus "kekakuan" saya... hahaha). Pada beberapa kesempatan saya juga sering 'dikatai' begitu oleh teman-teman sekitar.
Sebenarnya jengah juga mendengarnya, tetapi saya tetap tidak mau mengikuti cara yang menurut saya kurang tepat. Saya hanya merasa bahwa apa yang saya lakukan sesuai dengan cara pandang saya dan buat apa melakukan hal yang menyenangkan manusia? Lebih baik menyenangkan Tuhan.
"Nes, kan telat ga ada di Alkitab. Gapapa kali..." Adakah dari kalian yang berpikir seperti itu?
Nyatanya, saya melihat hal ini dari suatu ayat yang pernah mengatakan bahwa kita harus setia pada perkara-perkara kecil (cmiiw) tuh... Lagipula telat itu nggak enak kok. Nggak enak juga dengan dosen kalo terlambat, lalu harus lari-lari atau minimal jalan dengan cepat ke kelas sampai kelas ngos-ngosan, dan seterusnya kan? Kecuali kalau Anda telat dan masih santai tanpa rasa bersalah...
Dari blog tentang surat Tuhan, saya dapat memahami bahwa persiapan ini membutuhkan penyerahan penuh, termasuk di dalamnya adalah cita-cita pribadi, rencana masa depan, dan keinginan duniawi. Saya itu tipe orang yang penuh perencanaan, organized lah kalau bisa dibilang. Jadi untuk seminggu ke depan, sebulan ke depan, dan seterusnya, saya seolah-olah sudah memiliki rencana dan gambaran. Tentunya penyerahan total ke Tuhan bukan hal yang mudah untuk saya karena saya harus mau melepasnya dan menyerahkan agenda saya kepada-Nya. Tapi saya sudah membuat komitmen untuk bisa memberikan semuanya pada Tuhan, rencana, harapan, masa depan, sekaligus masa lalu saya sehingga ga perlu saya menengok ke belakang yang nanti membuat saya 'sedikit menyimpang' --'
Nah, maukah Anda memberikan kepada Tuhan hidup Anda sepenuhnya? ;)
I surrender all and I will follow you
I surrender all and bring my life to you
I surrender all and live my life for you
I surrender all, I surrender all
To You Jesus