Author : Felicia Yosiana
A : Gimana caranya mengenal Anda dengan lebih dalam, ya?
JC : Dengan menyediakan waktu bagi-Ku. Lihat, kamu tidak bisa mengenal seseorang dengan baik tanpa menghabiskan waktu dengannya, bukan? Apa kalau kamu mempelajari profil orang itu kamu sudah bisa dibilang ‘mengenal’nya?
A : Simpel, ya...
G : Nggak ada yang rumit. Aku Allah yang terbuka bagi siapa saja yang mau mencari Aku.
A : Sangat rendah hati.
LF : Begitulah Aku. Dan begitu pun kamu harus bersikap. Ingat, selalu masuk dalam haidrat-Ku untuk belajar.
G : Sesi-sesi belajar dengan-Ku harus kamu pelihara, nak.
A : Errr... Kalau ini kuliah, saya pasti udah DO karena kebanyakan bolos...
JC : Membaca Firman-Ku dengan tekun memang baik, tapi itu belum cukup. Kamu harus mencari dan mengejar Aku dengan aktif.
LF : Berhentilah menyelidiki Aku dan datanglah belajar pada-Ku. Didikan Allah Alam Semesta itu manis dan gratis.
A : Promosi sekali...
LF : *tertawa* Kenapa enggak? Aku ingin sebanyak-banyaknya dari buatan tangan-Ku yang datang kepada-Ku.
JC : Sayang sekalu bahwa manusia zaman ini telah kehilangan respek dan pengertian akan kata ‘Tuhan’.
A : Maksud Anda ‘YHWH’? Ya, saya pernah dengar di kelas katekisasi soal bangsa Isral yang sangat berhati-hati dengan nama Anda.
JC : Itulah, nak... Aku Allah yang murah hati dan bersahabat, tapi respek kepada-Ku juga tidak boleh kau sepelekan.
A : Ugh... Kami memang payah, Lord...
JC : Kalian adalah makhluk darah dan daging,
G : tapi Aku adalah Roh.
LF : Maka jika bukan di dalam roh dan kebenaran,
JC : kamu takkan bisa menggapai Kami.
A : Rasanya saya mulai mengerti.
JC : Ini konsep yang abstrak. Rohmu belajar.
A : Dan Anda menghendaki keseimbangan dalam roh dan jiwa. Karena itulah Anda memancing saya berargumen dan berpikir, kan?
JC : Jadi kritis itu penting. Tapi jangan campur adukkan itu dengan iman.
G : Prinsip iman adalah menatap dan melangkah ke depan, bukan menganalisa.
LF : Namun tanpa analisa, manusia takkan bisa belajar.
A : Kompleks tapi simpel. Kebenaran Anda benar-benar luar biasa dan mengagumkan, ya.
LF : Yang Kukagumi adalah iman yang mampu memindahkan gunung. Iman semacam itu makin langka di zaman sekarang ini.
A : I wonder why...
G : Karena iman itu terhimpit semak belukar dunia. Sedangkan yang lainnya tidak bertumbuh karena keringnya tanah.
A : Lalu, bagaimana cara menggemburkan tanahnya?
JC : Belajar daripada-Ku. Belajar pada Karakter-Ku dan sikap hati-Ku. Tiru Aku dalam setiap lakumu.
LF : Jadilah kamu kudus sebab Aku kudus.
G : Sesimpel itu.
A : Susah juga, ya... Tapi saya yakin itu nggak mustahil di dalam Anda.
G : Itu baru belajar! Ya, tidak ada yang mustahil bagi Allah asal saja kamu mau diajar.
JC : Datang pada-Ku dan kita akan bercakap-cakap serta berbagi cerita. Aku tidak pelit akan waktu sampai Aku menolak anak yang hendak curhat pada-Ku.
A : Iya. Saya mau belajar untuk lebih melihat kepada Anda dibanding dunia. Bosen lihat dunia...
G : Tentu. Toh kamu memang diciptakan untuk satu tujuan, yaitu untuk menjadi sahabat-Ku.