Pelajaran dari Rajawali Putih

Author : Felicia Yosiana

A/N : Ini diambil dan diterjemahkan dari The Priestly Bride oleh Anna Rountree. Tuhan menyuruh saya (author) untuk menterjemahkan khusus bagian ini. Ia ingin anak-anak-Nya belajar dari apa yang Ia tunjukan dan terbang semakin tinggi.


Kami—aku dan Tuhan Yesus yang berwujudkan seekor Rajawali Putih—terbang makin tinggi dan tinggi. Sebelum kami mendekati gunung yang tertinggi, aku melihat sekumpulan burung berputar-putar di lembah. Kepala botak mereka terlihat liar, kotor, jahat dan tidak sedap dipandang.
Jangan pedulikan mereka,” kata Rajawali Putih. “Mereka hanya mencari bangkai, bukan yang masih hidup.”
Aku pun mengalihkan pandanganku.


Chimney Swifts

Tiba-tiba, ribuan burung kecil yang hitam melwati kami. Langit menjadi gelap karena dipenuhi mereka. Mereka sangat berisik, berciap-ciap dengan semangat antar satu sama lain. Bunyi kepakan sayap mereka menambah  keributan itu dan mereka sama sekali tidak menyadari Rajawali Putih yang terbang di antara mereka karena begitu asyik dengan diri sendiri—mereka terus saja berciap tanpa henti.
Chimney Swifts,” kata si Rajawali Putih. “Mereka hidup di dalam arang. Mereka terbang, tapi bukan dari api. Mereka ditutupi hitam arang dan mereka terbang dari kegelapan yang tersembunyi di antara apa yang rusak dan kotor. Lidah mereka seperti bisa ular. Jangan terbang bersama mereka.”

Mendengar ‘perbincangan’ mereka, aku mulai terusik dengan peringatan Tuhan.
Sering sekali perbincangan di antara saudara lebih terlihat seperti pembahasan artikel tabloid daripada admonisi yang dikatakan Paulus dengan, “janganlah kata-kata yang tidak pantas / kotor keluar dari mulutmu.” (Efesus 4 : 29)

Benar juga,” pikirku. “Bagaimana kita dapat terbang lebih tinggi kalau kita terikat dengan ketertarikan untuk membicarakan dosa—bukan hanya dosa dunia, tapi juga dosa di antara para saudara (dalam Kristus)? Ketertarikan dunia ini telah menjadi fokus yang membawa kita terpaku ke tanah dan merusak roh anak-anak Allah.”


Elang

Aku mengedipkan mataku saat seekor burung pemangsa yang gelap melewati kami dari bawah.
Elang adalah elang,” kata Tuhan. “Jangan terbang dengan mereka.”
Aku mulai mengerti maksud Tuhan saat aku memikirkan peringatan tersebut. Dalam mencari kesuksesan, banyak dari kita yang jadi ‘serupa’ dengan dunia ini. Kita tampil flamboyan, berusaha mengalahkan orang lain dan terjerumus ke dalam hal-hal bodoh di dalamnya.
Apakah dengan itu kita ‘mendatarkan’ panggilan Tuhan di dalam hidup kita? Apakah garam kita kehilangan rasanya?


Falcon

Sebelum aku bisa memikirkan peringatan tersebut lebih dalam, seekor burung Falcon terbang melewati kami.

Falcon akan melawanmu,” kata Rajawali Putih. “Kebohongan dan kebodohan mereka akan membuat hidupmu hancur. Jangan terbang dengan mereka.”

Jadi dengan siapa aku boleh terbang?” tanyaku.

Terbanglah dengan-Ku, Anna. Terbanglah dengan-Ku. Rajawali bersarang di tempat tinggi. Mereka tidak bepergian di dalam kawanan seperti bebek (mengikuti satu sama lain lebih daripada Kristus). Mereka tidak tinggal bersama-sama seperti ayam (mencari perlindungan dari satu sama lain alih-alih dari Kristus). Mereka tidak berburu serangga bersama-sama seperti angsa (mencari ketentuan dari orang lain selain Tuhan).

Rajawali bersarang di tempat tinggi. Apakah kamu ingin terbang bersama-Ku, Anna?”

Ya, Tuhan,” aku menjawab.

Kalau begitu, berhentilah menjadi bagian dari kawanan (yang tidak mengikuti Tuhan). Terbanglah bersama angin, dan biarlah arus angin membawamu lebih tinggi.”