Author : Aloisius Kevin
Ada pelajaran menarik yang saya dapatkan saat sedang bersantai di kamar pada suatu malam. Saat itu, saya sedang tidak melakukan apa-apa selain mendengarkan lagu puji-pujian sambil berbaring santai. Saat saya membalikan kepala ke arah dinding kiri kamar saya, saya baru menyadari kehadiran poster-poster yang tertempel rapih di dinding putih.
Saya jadi teringat bagaimana dulu saya bersusah payah mengumpulkan poster-poster tersebut dalam masa-masa ‘labil’ saya. Yah... Dulu poster-poster tersebut saya tempel karena suka. Tapi sekarang, setelah mengenal Tuhan lebih jauh, saya pun mengambil resolusi untuk mencopotnya satu per satu.
Ternyata susah sekali dicopotnya! Poster-poster tersebut tertempel dengan dobel tape hitam yang kuat dan sulit dibersihkan bekasnya. Butuh air sabun plus penggaris besi untuk mengelopet bekas-bekas yang jauh dari kategori indah di tembok tersebut. Dan setelah saya sadar, ternyata poster-poster tersebut secara tidak langsung berfungsi sebagai penutup tembok yang catnya sudah mengelotok.
Di situlah Tuhan berbicara. “Kamu tahu, hidup manusia seringkali seperti tembok tersebut.”
“Maksud Anda?”
“Setelah kamu melihat tembk yang dipenuhi dengan poster-poster itu, apa pendapatmu?”
Saya berpikir. “Buat nutupin tembok yang kelotokan itu?”
Oke. Saya baru sadar maksud Tuhan.
Dia menyambar, “Betul! Manusia juga sering demikian. Mereka seringkali hanya menaruh ‘poster-poster’ yang menurut mereka menarik—alih-alih mengambil opsi untuk memperbaiki tembok mereka bersama-Ku. Padahal, ‘tembok hati’ mereka itu kelotokan, rapuh dan nyaris roboh... Tidak tahukan mereka jika semua poster-poster duniawi yang mereka pajang di tembok hati mereka tidak akan menyelamatkan mereka?”
JC : Cuma Aku yang dapat menyelamatkan. Betapa orang-orang tidka menyadari ini. Sebanyak apapun poster-poster yang mereka tempel, tidak akan pernah itu dapat memperbaiki tembok yang rapuh—seindah apapun posternya.
Apakah mereka tidak tahu kalau tembok mereka itu rapuh dan bisa roboh kapan saja? Apakah mereka bodoh, kalau begitu?
Memang bodoh. Manusia justru mencari ‘poster-poster’ cacat itu untuk menutupi kekurangan mereka, kerapuhan mereka, ketidakmampuan mereka... Sehingga secara kasat mata, mereka terlihat indah. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
A : Lalu, Tuhan, kami mesti ngapain?
JC : Perbaikilah tembok itu bersama-Ku! Hanya Aku yang dapat! Kau pikir siapa yang tadinya membangun tembok itu?
Aku.
Kau pikir, siapa tadinya yang merawat tembok itu?
Aku.
Namun manusia masih saja meninggalkan Aku dan mencari pencapaian diri mereka yang sia-sia—semua tanpa melibatkan Aku di dalam kehidupan mereka... Kokohkan tembok yang mereka hias itu?
Tidak.
Indahkah?
Tidak.
Semua itu kecacatan di mata-Ku. Aku ingin agar semua anak-anak-Ku sadar, HANYA AKU YANG DAPAT MERAWAT MEREKA.
Hanya Aku yang dapat memperbaiki mereka.
Tidak sadarkah mereka bahwa Aku dapat merobohkan tembok rapuh itu hanya dengan tiupan nafas-Ku? Tidak sadarkah mereka bahwa Aku yang membangun tembok itu?
Jangan, oh, jangan! Jangan lari dari-Ku! Kalian tidak akan sanggup tinggal di dunia ini tanpa Aku.
A : Apa yang harus kami lakukan, Tuhan, supaya Engkau dapat memperbaiki tembok kami?
JC : Copot semua poster duniawi kalian! Panggil Aku ke hati kalian untuk memperbaikinya!
Aku SANGAT mengasihi manusia. Hati-Ku bersedih setiap kali mereka memperbaiki hidup mereka hanya dengan poster belaka...
AKU INGIN MEMPERBAIKINYA BERSAMA KALIAN!
Panggilah Aku dalam setiap kesulitan.
Panggilah Aku setiap kalian sedih.
Panggilah Aku setiap kalian merasa kosong.
Panggilah Aku setiap kali kalian merasa kekurangan.
Panggilah Aku setiap kali dunia menampar kalian.
Panggilah Aku ketika hati kalian menangis.
For I have stood beside you when it happened.
Jangan berpaling daripada-Ku. Jangan kalian menaruh perhatian pada poster-poster kalian yang tidak berguna itu. Hiduplah dengan-Ku, untuk-Ku dan kepada-Ku saja. Maka tembok kalian yang berlubang itu, yang catnya buruk itu, yang kusam dan retak, akan menjadi indah bila Aku yang memperbaikinya.
Teman-teman, itulah hati kita. Tembok-tembok itu adalah hati kita... Hidup kita. Dan poster-poster itu adalah pengharapan duniawi yang kita cari semata hanya untuk menutupi tembok kita yang cacat.
Kita seringkali merasa kekurangan, sedih, patah semangat, tidak ada jalan keluar, kecewa, hancur dan tidak berdaya... Kita seringkali mengandalkan diri sendiri dan manusia (dunia) alih-alih berseru pada Tuhan. Bukankah itu sama saja dengan memperbaiki tembok kita dengan poster-poster fana?
Bukankah kita memiliki Kristus yang mau memperbaiki tembok kita dan memperlengkapi kita dalam segala hal? Kenapa kita malah lebih sering menipu diri sendiri dan mengandalkan usaha manusia?
Hanya Tuhan saja yang dapat menutup lubang-lubang di hati kita. Dan untuk itu, Ia butuh kerja sama dan izin kita—karena Ia bukan Allah yang pemaksa. Carilah pertolongan dari atas. Tidak mungkin Allah membiarkan perkara umat yang mencari wajah-Nya.
Relevansi:
Zakharia 10 ayat1, Yesaya 8 ayat 19, Matius 7 ayat 7, Matius 11 ayat 28.