Sebuah Mimpi - Penjara Bawah Tanah

Author : Aivin

Mimpi ini saya dapatkan sekitar bulan September-Oktober.

Dalam mimpi tersebut, saya diundang ke sebuah acara di ruang bawah tanah. Entah acara seperti apa saya tidak terlalu ingat ataupun mengerti. Yang saya tahu, saya bersama keluarga diundang untuk hadir di sana.

Dalam perjalanan ke sana, saya ingat saya melewati sebuah lorong bawah tanah yang gelap dan lumayan spooky. Dan yang lebih mengherankan lagi, lorong-lorong itu tidaklah tanpa isi; ada banyak sekali sel-sel berjeruji di dinding kiri dan kanannya. Ada setidaknya dua orang di dalam setiap sel. Rasanya saya seperti sedang melewati sebuah penjara bawah tanah saja...

Bagian yang menarik adalah bahwa orang-orang yang terkurung ini—hampir semuanya—sedang menyanyikan lagu-lagu pujian dan penyembahan. Saya mengamati mereka sambil berjalan mencari akses keluar dan mendapati bahwa selalu ada ‘hukuman’ setiap mereka tidak menyanyi dengan ‘benar’. Saya juga memperhatikan bahwa setiap orang di sana memakai baju yang identik dan memiliki angka-angka tertuliskan di sana. Ada yang bernomor 6, 17, dan masih banyak lagi. Entah apa maksud nomor-nomor tersebut... Apa itu label? Nomor urut? Yah... Nomor-nomor itu bisa melambangkan macam-macam...

Tidak mau berspekulasi lama-lama dan ingin segera mencari jalan, saya akhirnya menemukan jalan keluar di ujung salah satu lorong. Ada seorang teman saya di sana dan saya memberanikan diri bertanya, “Apa orang-orang itu dapat keluar dari tempat ini? Gimana cara mereka keluar?”

Mereka harus mengaku dosa dahulu,” jawab teman saya tersebut.

Saya pun penasaran dan memutuskan untuk mengikuti ‘acara’ tersebut. Tapi ada perasaan tidak nyaman di sana. Orang-orang yang berkumpul di tempat tersebut memiliki tatapan mata yang aneh dan ini membuat saya ngeri. Mereka tertawa dan kelihatan sangat menikmati ‘acara’ sementara saya merinding tanpa sebab.
Saya tidak tahu apa yang membuat saya tidak suka dengan pandangan mata mereka, namun kemudian, pandangan saya teralih kepada sebuah gelas yang diletakkan di atas meja. Gelas tersebut bertuliskan sebuah pesan simpel: “I love you.”


Adegan berganti.

Dalam mimpi ‘kedua’, saya tidak begitu ingat awal kisahnya. Tapi yang saya tahu, saya mengalami kesulitan untuk datang ke gereja. Saya tahu saya menaiki angkot dengan nomor yang benar, tapi anehnya, angkot tersebut tidak berjalan di jalan yang seharusnya sehingga saya harus turun dan mencari angkot baru.
Saya ingat saya harus melewati genangan lumpur dan berjalan kaki lumayan jauh untuk mencari angkot yang tepat.

Keadaan saat itu sangat kacau balau. Gereja tempat di mana saya berjemaat seakan menjadi sebuah gedung yang berbeda. Dunia seperti sudah ‘mati’. (Ya, itu mirip seperti kisah-kisah di dalam film-film science-fiction mengenai dunia di abad kesekian—minus segala kecanggihannya. Resident Evil 4 Afterlife adalah gambaran yang paling tepat dan mudah yang bisa saya sebutkan).


Arti mimpi berdasarkan Hikmat:

·         Orang-orang yang menyanyikan pujian dengan keadaan terkurung adalah jenis orang-orang yang menyembah Allah di dalam kekosongan atau hikmat dunia. Mereka tidak benar-benar mengejar dan mengerti arti dari ‘menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran’.

·         Angka-angka pada baju mereka bisa melambangkan banyak hal. Salah satunya yang dapat kami spekulasi setelah berdoa meminta Hikmat atas mimpi tersebut adalah lama tahun mereka hidup di dalam penyembahan (hidup) ‘suam-suam kuku’ atau penyembahan yang tidak berkenan di hadapan Allah.

·         Acara pengakuan dosa yang dirancang komunitas aneh itu melambangkan tata cara manusia dan dunia yang tidak didasari Hikmat dan Pimpinan Firman Tuhan. Ada banyak tata cara gereja-gereja (dari semua denominasi) yang sebenarnya tidak dikehendaki Allah dan bervalidasikan sepotong bagian dari Firman saja.

·         Gelas yang diletakkan di meja (tidak dipedulikan dan hanya dijadikan pajangan) adalah perasaan Allah yang sesungguhnya. Allah kita hidup dan memiliki perasaan serta pemikiran—sedikit komunitas / gereja yang mau mencari wajah-Nya dengan sungguh-sungguh di dalam kebenaran-Nya.

·         Kesulitan author mencari jalan ke gereja adalah pergumulan dan kesulitan kita mencari Allah pada akhir zaman ini. Tidak jarang jalan yang kita kira ‘benar’ tidak berjalan sesuai dengan Kebenaran Allah.

·         Keadaan dunia yang terkesan ‘mati’ menggambarkan dunia ini secara Alam Roh—di mana dunia tidak lagi memiliki kehidupan di dalam Kristus.