Author : Felicia Yosiana G
Notes ini saya tulis karena terinspirasi dari pengalaman doa gempur yang intens saat Tim Doa pada 12 November 2011. Doa Perang, frasa yang sering saya dan teman-teman TD gunakan, akan secara singkat kami bahas di sini untuk menjaring lebih banyak lagi perndoa bagi bangsa-bangsa. Perlu diingat juga, kami bukanlah master teologia ataupun evangelis yang sudah ahli dalam hal ini—kami hanya mau membagikan apa yang telah kami alami di dalam Tuhan dan menyuarakan kedatangan-Nya sebisa kami.
Doa Perang atau Doa Gempur, pada intinya, adalah doa yang dikhususkan untuk mengangkat senjata terhadap lawan dan mengklaim sebuah teritori, seorang yang terhilang, ataupun bangsa-bangsa dan negara dari cengkraman Iblis. Kitab Yoel adalah validasi dari Lembah Penentuan yang sekarang ini telah mulai dihujani dengan Prajurit Allah dari segala bangsa dan benua.
Ada banyak evangelis, pendoa, dan seer yang telah dilatih Allah secara intens dalam peperangan rohani, dan di sinilah mereka bertempur bagi saudara-saudara mereka di dalam Kristus. Dr. Augusto, yang kutipan surat-surat dan pengalamannya berperang di Lembah Penentuan, adalah salah satunya. Ada juga evangelis Iin Tjipto dan Daud Tony yang banyak membahas mengenai peperangan rohani dan betapa nyata kuasa serta prosesnya. Kami tidak akan mengabsen mereka satu per satu, tapi yakinlah, apa yang ditulis di Alkitab mengenai peperangan rohani sungguh nyata dan bukan perumpamaan semata! Anda bisa membaca berbagai tulisan mereka (dan arsip kami) mengenai betapa nyatanya pengalaman kami di Alam Roh.
Sebelum kita masuk ke dalam penjabaran ‘gaya’ Doa Perang anak-anak Tim Doa (ya, setiap persekutuan pasti memiliki cara masing-masing, sesuai dengan bagaimana Allah membimbing mereka), kami hanya mau mengajak Anda untuk melihat fakta bahwa Allah bukanlah Allah yang harus dijangkau dengan megaphone atau teriakan. Ia mendengar setiap bisikan dan pikiran kita, bahkan sebelum kita sempat memikirkan atau mengucapkannya.
Lalu, kenapa kita harus repot-repot melaksanakan Doa Perang? Jawabannya simpel: karena Tuhan kita adalah Tuhan yang melihat usaha, keringat dan air mata setiap anak-Nya. Bukankah ada banyak ayat di Mazmur yang menyatakkan bahwa Ia menjawab teriakan minta tolong si pemazmur?
Ada ratusan ayat yang memvalidasi hal ini. Bahkan di Perjanjian Baru, kita akan terus mendapatkannya. Tidak pernah Alkitab—atau lebih baik, kehidupan anak Allah—terlepas dari pertempuran rohani. Entah itu adalah pertempuran dengan daging / keinginan kita sendiri, dengan roh jahat, ataupun dengan roh teritorial, kita tidak akan pernah dapat berhenti meletakkan senjata sampai Bapa memanggil kita Pulang.
Ada kisah di mana Paulus dan Silas menyembah dan memuji Allah di dalam penjara dan kemudian diselamatkan oleh malaikat Tuhan. Ada juga cerita di mana Tuhan Yesus berpuasa selama empat puluh hari sebelum memulai pelayanannya. Kita juga bisa membaca puluhan kisah bangsa Irael yang berdoa dan berpuasa selama berhari-hari untuk mencari wajah Allah dan pengampunannya.
Maka kesimpulannya, Allah tidak pernah menyuruh kita untuk berleha-leha selama hidup di bumi. Bukankah kita adalah domba di tengah-tengah serigala? Dan bukankah Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan pada kita untuk berjaga-jaga? Dan dengan apa? Dengan berdoa, berpuasa, meratap dan terus memandang kepada Allah, tentunya.
Lalu, ada juga pertanyaan kenapa disarankan untuk melaksanakan Doa Perang dengan suara audibel? Simpel, karena lidah punya kuasa. Alasan lainnya adalah untuk menunjukan otoritas kita sebagai anak-anak Allah kepada Iblis, mengutarakan kesungguhan kita, dan memudahkan pikiran untuk fokus bagi mereka yang tidak tahan kesunyian panjang. Lagipula kalau kita melaksanakan Doa Perang dalam kelompok, lucu juga kan kalau semuanya disuruh doa dengan diam selama setengah jam lebih? Siapa tahu ada yang ketiduran atau malah ngelamun...
Kami, anak-anak Tim Doa, mendapat arahan khusus dari Tuhan sendiri untuk melaksanakan Doa Perang dalam posisi tubuh berlutut sambil berpegangan tangan membentuk lingkaran. Saya tidak tahu alasan detil kenapa Tuhan menyuruh kami melakukannya, hanya saja saya semakin menangkap arti ‘saling menopang’ di dalam Dia dengan cara seperti ini. Kisah Doa Perang paling intens setelah Tim Doa dibentuk akan saya ceritakan pada notes setelah ini.