Laut Kegelapan

Author : Dionisius Susanto

Ketika saya sedang berdoa syafaat sebelum tidur, saya merasakan bahwa ada sesuatu yang sangat berat di punggung saya sehingga rasanya saya bisa jatuh kapan saja. Seakan-akan ada tangan-tangan yang menarik saya ke belakang, saya nyaris saja terjatuh. Saya bersyukur sekali bahwa ketika doa syafaat saya lanjutkan, rasa berat itu mulai berkurang.
Namun rupanya tidak sampai di situ aksi si jahat. Ketika saya sedang berdoa untuk teman-teman Tim Doa, saya merasa tiba-tiba tenggelam di dalam lautan yang sangat gelap! Saya dapat melihat cahaya yang terang di atas—seakan-akan itu seperti harapan yang menggantung di atas kepala saya. Namun saya tidak mampu menjangkaunya; saya semakin tenggelam.

Saya mulai berteriak keras-keras dengan seluruh jiwa dan roh saya, memanggil Tuhan yang terlihat begitu jauh. Saya tidak mau kehilangan cahaya itu! Dengan desperate, saya pun mengulurkan satu tangan ke atas. Dan saat itulah ada suara yang mengatakan bahwa saya harus mengangkat kedua tangan saya untuk menggapai-Nya.
Saya melakukannya. Dan secara ajaib, saya mulai terangkat dengan perlahan-lahan ke atas sehingga saya mulai lega. Namun secara tiba-tiba, ‘pengangkatan’ itu berhenti dan saya kembali tenggelam. Di situlah Hikmat bekerja dan menjelaskan bahwa menyambut tangan-Nya saja tidak cukup.
Dari situlah saya membuat resolusi untuk menyediakan waktu lebih untuk-Nya dan tetap berusaha untuk tetap dekat dengan Tuhan.

(Note: saya kembali ‘terangkat’ dari lautan gelap itu saat saya berdeterminasi menyelesaikan syafaat saya. Praise the Lord for His mercy!)

Jangan biarkan Iblis—kesibukan, kekosongan atau apapun senjata mereka—menarik Anda ke dalam laut kegelapan! Gapailah tangan-Nya dan jangan lepaskan!