Give and Receive

Author : Felicia Yosiana Gunawan

20 Febuari 2012.

Beberapa hari sebelumnya, tanggal 18 Febuari 2012 untuk lebih tepatnya, saya dibawa oleh seorang Pendeta kenalan yang telah sering menjadi ‘teman curhat’ Tim Doa ke Mahanaim. Yah, saya akui, ini pertama kalinya saya merasakan hadirat Tuhan yang begitu bombastis dalam sebuah kebaktian. Begitu kami disuruh melepas alas kaki dan naik tangga ke aula di lantai atas, saya sudah merinding. Roh saya mengetahui secara pasti bahwa ada malaikat yang berjaga di ujung anak tangga, dan tempat itu benar-benar diliputi kemuliaan Allah. Dan memang bukan sebuah kebetulan bahwa penyembahan sedang berlangsung. Anak-anak Tim Doa yang ikut pun mengkonfirmasi hal ini dengan berkata, “Gue merasakan adanya Holy Presence yang kuat banget,” dan “Ya ampun, ini keren banget!” pada saat kami masih di tangga.
Singkat kata, kami mengikuti sesi kebaktian sampai akhir. Tapi ada yang sangat berkesan pada saat penyembahan berlangsung di menit-menit terakhir. Saya dibawa untuk melihat diri roh saya sendiri di Alam Roh.

Yap, saya berada pada sudut pandang orang ketiga saat itu. Saya dapat melihat tubuh rohani saya yang mengenakan Perlengkapan Rohani dicampur dengan Atribut Kerajaan Allah. Yap, saya mengenakan mahkota, kalung, anting-anting, dan beberapa pernak-pernik lainnya. Rasanya di satu sisi saya mengenakan Perlengkapan Perang secara utuh, tapi begitu disorot dari sisi lain saya hanya mengenakan jubah putih dengan Atribut Kerajaan. Seperti ada dua sisi dalam pengelihatan itu yang membuat saya agak bingung pada awalnya. Namun, setelah Roh Kudus mengingatkan bahwa sorotan kejadian dalam Alam Roh itu memang bisa banyak sudut pandangnya, saya kembali ‘menonton’ adegan yang akan Ia perlihatkan.
Tubuh roh saya berumur, kira-kira, empat belas atau lima belas tahun. Selisih sedikit lebih muda dari tubuh fisik saya. Ia mirip saya tapi tidak. Bingung? Yah... Gimana menjelaskannya, ya? Pokoknya itu saya, tapi tidak seperti saya. Gitu aja, deh. Kalau mau detailnya, silahkan minta sendiri sama Roh Kudus; saya cuma penonton.

Saya memperhatikan bahwa tubuh roh saya sedang berada di padang rumput terang yang tidak asing. Dan yang aneh, saya melihat beberapa anak kecil berbaris horizontal di hadapan saya. Mereka semua mengenakan kemeja atau gaun putih bersih, dan tinggi mereka kira-kira sepinggang saya, sedangkan yang sedikit lebih tua sebahu saya. Saya lupa ada berapa anak, dan saya tidak begitu ingat muka mereka. Mereka siapa juga saya tidak tahu. Yang jelas, keberadaan roh lain selain Tuhan, Roh Kudus, Bapa dan para malaikat di padang rumput ini agak janggal buat saya.
Tapi bukan itu yang bikin saya terpaku di tempat. Secepat yang saya bisa ingat, sisi pengelihatan saya dibawa untuk melihat diri saya dengan jubah putih Atribut Kerajaan. (Dan saya nggak mungkin mengenakan gaun di dunia nyata! Tomboy mode: on). Sebenarnya sudut pandang saya itu dari belakang tubuh roh saya, tapi pada saat yang bersamaan, saya rasanya juga bisa melihat dari sisi yang lain dan tahu setiap gerak-gerik ataupun mimik roh saya. Ia kemudian mendekat anak pertama. Melepaskan mahkota emas dengan pola rumit dari kepalanya, ia memasangkan mahkota itu ke kepala anak di depannya. Dan saya tidak tahu gimana, tapi mahkotanya pas!

Tubuh roh yang sangat bukan saya tapi saya—ehem—kemudian berjalan ke anak selanjutnya. Ia kemudian melepaskan kalung emas dari lehernya dan mengalungkannya pada si anak. Hal seperti itu terjadi berulang-ulang, tubuh roh saya memberikan setiap Atribut Kerajaan yang ada pada dirinya kepada setiap anak di sana. Setiap anak dapat satu dari apa yang ia kenakan: ada gelang emas, anting-anting, dan juga cincin. Dan setelah semua Atributnya habis, sisi pengelihatan disorot jadi tubuh roh yang mengenakan Perlengkapan Rohani lengkap. Ia kemudian melepaskan Ketopong Keselamatan, Jubah Kerendahan Hati, dan sederet perlengkapan yang menempel pada tubuhnya dan memakaikannya kepada sisa anak di sana.
Saat semuanya sudah mendapat bagian, tubuh roh saya berbalik untuk menatap saya di belakang. Dan dalam sepersekian detik, ia berubah menjadi Tuhan Yesus sendiri!
Ia kemudian menatap saya dalam-dalam dan berkata, “Tiru Aku.”

Dan saya segera dibawa mengerti bahwa inilah yang namanya memberi.


Perhatikan baik-baik bahwa setiap perlengkapan ataupun atribut sangat berarti bagi seseorang yang tidak mengenakan apa-apa. Satu set Atribut Kerajaan dan Perlengkapan Rohani dapat memberkati belasan anak! Satu untuk banyak orang! Bukankah ini luar biasa?
Sebelum saya sempat memprosesnya lebih dalam, Ev. Iin Tjipto mengatakan di tengah penyembahan bahwa setiap orang di ruangan tersebut akan menerima berkat dan hadiah dari Tuhan. Dan dalam sekejap mata, ada kotak merah kecil di hadapan saya. Secara roh, saya membukanya dengan hati-hati dan menemukan dua benda di dalamnya. Sebuah kunci emas seukuran kepalan tangan anak-anak dan sebuah batu mulia berwarna merah seukuran biji buah salak.

Jujur, saat itu maupun sampai sekarang saya kurang begitu mengerti kunci dan batu itu untuk apa. Tapi pada tanggal 20 Febuari, saat saya menyembah, sesuatu terjadi lagi. Saya melihat tubuh roh saya lagi.
Kali ini, ia tidak mengenakan apa-apa selain sebuah jubah putih yang begitu halus. Yep, saya bisa merasakan kehalusannya di dunia fisik. Rasanya sangat nyaman dan enak dipakai. Saat pemandangan saya ditarik menjadi sudut pandang orang ketiga, saya menyadari bahwa tubuh roh saya tengah berada di sebuah tangga besaaaaarr dan panjaaaang yang terbuat dari bahan berwarna putih mengkilat. Ada awan-awan putih yang penuh kemuliaan di sekitar tangga itu, dan ada sebuah gerbang besar di hadapannya. Saya bertanya-tanya, tubuh roh saya lagi ngapain ya mematung di depan gerbang itu?

Sedetik kemudian, kesadaran saya ditarik kepada tubuh roh dan saya dapat merasakan dan melihat dari sudut pandang orang pertama. Dan ada yang aneh... Rasanya kok sekujur tubuh saya basah...? Dan basah bukan oleh air... Tapi sesuatu yang lebih kental, super-harum, namun tidak lengket. Rasanya tidak dingin, tapi sejuk sekali. Dan saat cairan yang menetes-netes dari ujung kepala sampai kaki itu masuk ke mulut saya sedikit, rasanya manis!

Ehem. Tuhan pasti bercanda... Saya tidak mungkin mandi madu, jadi ini apa?

Minyak,” sahut Roh Kudus.

Apa?” kesadaran jiwa saya membatin, walau tubuh roh saya tetap kalem dan diam seraya menatap gerbang.

Dalam sekejap Hikmat dan Pengertian masuk ke benak dan roh saya, dan saya segera mengerti ini minyak apa. Ini mur! Ini jenis wewangian yang dipakai Esther dalam masa ‘karantina’nya untuk mandi dan berendam. Mur memiliki wangi yang luar biasa namun tidak menusuk hidung. Wanginya halus namun menarik seluruh indera. Dan tentu saja, harganya di dunia mortal lumayan mahal.
Saya pernah membaca sebuah kesaksian dari Anna Rountree, seorang yang mendapatkan pengajaran dari Alam Roh dan Sorga secara langsung, bahwa ini disebut ‘favour’. Saya tidak menemukan bahasa Indonesia yang tepat untuk mengalih-bahasakan kata tersebut, jadi silahkan Anda buka kamus sendiri. Artinya dalam Kamus Bahasa Inggris lebih ‘nancep’, kalau buat saya...

Tentu saja, di dunia nyata, saya mulai mengerang. Siapa saya? Siapa saya sehingga Tuhan mau melihat saya? “Saya pendosa! Saya kotor dan sangat tidak menggambarkan kandidat Sorga! Worse, I’ve blasphemed against You!

Ketiga Persona Allah diam. Dan dalam keheningan mereka, saya tahu mereka sebenarnya sedang mengatakan, “Aku tahu, Aku tahu. Tapi Aku telah melayakkan engkau.”

Pengelihatan berhenti dan Tuhan segera mengomandokan saya untuk mengambil sebuah buku dari lemari. Di dalam buku itu ada data mengenai arti tersirat dari batu-batu mulia, dan saya tahu Ia ingin saya membaca bagian tersebut. Dan... Saya hanya bisa cengo saat membaca apa yang digambarkan oleh tiga batu dengan warna yang pernah Roh Kudus katakan sebagai ‘warna’ saya.

Batu Sardis melambangkan Gairah Melayani dan Vitalitas.
Jasper melambangkan Kestabilan.
Carbuncle melambangkan Keharuman.

Saya membatu. Tuhan tertawa.

Anda sudah menghitung semuanya, ya? Kok bisa sesuai banget?” batin saya pasrah.

Ia tersenyum. “Sardis melambangkan kamu,” jelas-Nya. “Jasper adalah kamu yang harus bertumbuh sesuai keinginan-Ku. Dan Carbuncle melambangkan apa yang Aku baru saja karuniakan kepadamu.”

Dan saya mulai menangkap maksud-Nya di poin ini: apa yang Anda berikan dengan tulus dan dalam Kasih Agape, Anda akan menerima balasannya dari Tuhan sendiri. Dan saya curiga bahwa setiap anak-anak-Nya juga pasti memiliki ‘simbol-simbol’ yang melambangkan diri mereka di hadapan Tuhan. Jangan rendah diri. Bukankah kita semua spesial? Cobalah mulai berjalan di jalan-Nya meskipun ada begitu banyak pertanyaan. Dan pasti, Tuhan akan membuka ‘kotak-kotak’ tersebut satu per satu untuk Anda.
Untuk apa kunci itu juga sekarang saya belum mengerti. Tapi saya mau mencoba berjalan dengan iman dan Hikmat saja. Siapa yang tahu kapan kunci ini akan berguna?


Dan atas pimpinan Roh Kudus, biarkan saya menuliskan apa saja lambang dari Atribut Kerajaan di atas. Ini saya dapatkan dari buku-buku Anna Rountree.

·         Mahkota – Hikmat
·         Anting-anting – Pengetahuan
·         Bandul kalung – Pengertian
·         Gelang – Pertimbangan
·         Cincin – Kemampuan Berkomunikasi
·         Kalung – Takut akan Allah
·         Bau Harum / Parfum / Mur - Favour


Validasi : 1 Korintus 15:44, 1 Korintus 2:7, Wahyu 22:19-20, Keluaran 39:9-14, Wahyu 21:20, Mazmur 44:21, Amsal 25:2, Markus 4:22, Efesus 1:9.