Berjalan di Atas Air

Author : Aloisius Kevin

Seperti apakah Tuhan bagi Anda? Apapun jawaban Anda, bagi saya, Tuhan kita adalah Tuhan yang menarik dan keren sekali! Dalam pandangan saya, Ia adalah Tuhan yang memberi makan ketika kita lapar. Tuhan yang menyembuhkan. Tuhan yang menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Tuhan yang tahu segala yang terbaik bagi kita. Ia adalah Allah yang siap ketika kita memanggil-Nya. Dan yang luar biasa, Ia adalah Tuhan yang menyuruh kita untuk mengikuti jejak-Nya berjalan di atas air.
Akhir-akhir ini, tampaknya Ia adalah Tuhan yang sedang menyuruh saya berjalan dengan iman. Memang saya tidak berjalan secara harafiah di kolam renang, tapi maksudnya, saya ditantang untuk menembus dan menghadapi badai kehidupan. Sebagai contoh kecil, saya sedang sedang mengalami bermacam-macam hal kecil yang menyebalkan: flu, batuk, demam dan sakit kepala selalu jadi teman seperjalanan saya ke kampus. Saya ingin sekali istirahat di rumah, membaringkan kepala saya. Namun mau bagaimana lagi, tugas-tugas semester padat tidak mengijinkan saya bersantai ria. UTS, kuis, tugas presentasi dan sederet pe er lainnya serta merta mengawal keseharian saya.
Kebiasaan saya untuk selalu memuji dan menyembah Tuhan di tengah jalan berubah menjadi ajang menahan ingus dan batuk. Waktu tidur saya juga jadi minim dan tersiksa karena hidung yang mampet. Penyakit mini itu pun akhirnya berevolusi jadi tenggorokan yang gatal. Flu memang merupakan serangan beruntun, ya... Saya sampai benar-benar panik menghadapi UTS dengan kondisi seperti ini.

Dan apa yang membuat saya paling pusing? Saya sulit worship karena keadaan ini. Doa saya juga jadi terganggu karena kepala yang pusing dan berat. Pokoknya nggak enak banget, deh! Saya sampai teriak-teriak ke Tuhan karena kondisi ini dan berusaha mencari Dia, berharap bahwa Ia akan langsung menjawab doa-doa saya dan meraih saya. Namun, saya heran... Kenapa Tuhan tidak langsung mengulurkan tangan penyembuh-Nya kepada saya...? Ia seakan-akan sedang menunggu saat yang ‘pas’ untuk menolong saya...
Saya, yang bingung dan pusing, sudah berkali-kali konsultasi mengenai hal ini dengan Bapa. Akhirnya, kemudian saya tahu apa yang Ia mau saya pelajari dari kondisi ini: Ia menginginkan saya untuk berjalan di atas air dan mendatangi Dia!

Saat itu, saya diberikan sebuah gambaran seperti ini: saya sedang berpegangan kepada sebuah tiang rakit kayu. Rakit tersebut tampak lemah. Hanya ada beberapa simpul tali yang mengikat setiap kayu-kayunya. Dan yang bikin tambah stres, ada badai hebat yang terjadi di sekeliling saya dan rakit itu. Ombaknya tinggi, hujan mengguyur deras, anginnya juga kencang... Rakit saya terombang-ambing dengan hebat. Tapi begitu saya melayangkan pandangan saya ke kejauhan laut, saya dapat melihat Tuhan Yesus yang bersinar sedang memandang saya sambil tersenyum!
Hikmat langsung memproses saya. Ternyata, Ia ingin supaya saya berjalan mencari Dia dan mendatangi-Nya, berharap lebih dengan iman! Tidak peduli seberapa buruk apapun keadaannya, bukankah akan lebih cepat bila saya juga berjalan menemui-Nya alih-alih berharap Ia datang kepada saya? Dengan saya dan Ia yang sama-sama bergerak ke satu titik, kami tentu akan lebih cepat bertemu...!


Setelah saya menyadari apa yang Ia mau, saya kemudian berdoa meminta pengampunan sekaligus kekuatan untuk menyelesaikan segala sesuatunya. Dan ternyata itu dipandang benar oleh-Nya... Penyakit saya berangsur-angsur sembuh dari hari ke hari, tugas saya pun mulai selesai satu per satu dengan mulus. Benar, tidak terjadi secara langsung memang, tapi ada prosesnya... Dan itulah yang menguatkan saya.
Hidup ini juga seperti itu, bukan? Lautan yang menjadi latar gambaran di atas adalah kehidupan itu sendiri. Ada saatnya kita akan disuruh Tuhan menjala ikan dan memungut hasil dari laut tersebut. Namun Ia tidak pernah menjamin lautnya bakal tenang-tenang saja. Badai dan angin kencang pasti wajib diantisipasi. Dan seperti yang Anda sudah duga, badai itu merepresentasikan masalah-masalah dan ujian di dalam hidup kita. Dan itu bisa apa saja. Mulai dari masalah keuangan, sosialita, relasi keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan seterusnya.

Masalahnya, ktia seringkali merasa Tuhan meninggalkan kita. Kita sering merasa seakan-akan Ia senang menyiksa kita dan melihat kita pusing menghadapi badai. Ia terlihat sering berteriak, “MAJU!” saat kita sebenarnya merasa tidak dapat mengambil langkah lagi. Kenapa Ia membiarkan kita seperti ini, ya? Salah satu jawaban yang saya temukan, adalah karena Ia ingin melatih kita melawan badai tersebut. Tapi bagaimana caranya?
Di Perjanjian Baru, ada 2 cara yang Yesus lakukan untuk menghadapi badai. Ingat dengan kisah di mana murid-murid Yesus membangunkan Sang Tuan yang sedang tertidur di kala badai? Dan ingatkah Anda akan kisah Tuhan kita yang berjalan di atas air yang sedang menderu karena badai demi menghampiri perahu murid-murid-Nya?
Dari kondisi di atas, terdapat banyak kesamaan namun satu perbedaan yang krusial. Keduanya sama-sama menempatkan para murid Tuhan dalam keadaan tergoncang karena badai. Keduanya sama-sama dimaksudkan untuk melatih iman para murid. Keduanya sama-sama membuat para murid panik dan memaksa mereka untuk mengandalkan Yesus. Lalu, yang berbeda apa? Yang beda adalah cara penyelamatan Tuhan kita.

Cara pertama, Tuhan Yesus menerapkan pendekatan langsung menghadapi badai. Bukalah Matius 8:23-27 dan temukan jawabannya. Cara kedua ada di Matius 14, Ia menggunakan cara tidak langsung; Ia justru menunggu di jarak tertentu dan menyuruh mereka menghampiri-Nya dengan iman.
Untuk cara pertama tadi, kita diajarkan untuk meminta dan memohon kepada Tuhan. Tapi lihat baik-baik cara kedua... Kita dituntut untuk terlebih dahulu berjalan di atas air!
Hal ini terlihat jelas dari sikap Tuhan Yesus yang tidak langsung menghardik badai. Ia menunggu di kejauhan dan menguji iman mereka... Apakah mereka berani untuk turun dari kapal dan menghampiri-Nya? Apa yang Ia inginkan? Pamer kuasa? Bukan. Ia ingin murid-murid-Nya belajar untuk mengatasi ketakutan mereka dan berjalan di atas kemustahilan!

Sama halnya dengan apa yang Ia inginkan dari kita. Kita adalah murid-murid Yesus di tengah-tengah badai kehidupan ini. Akan ada saatnya di mana kita harus meminta dan memohon kepada Tuhan, bahkan meratap kepada-Nya atas segala apa yang menimpa kita. Tapi juga ingat, ada saatnya di mana Ia akan menantang kita untuk menapaki gelora badai untuk mencapai kemengangan dengan iman dan pengharapan.
Saran saya—sesuatu yang juga saya sedang berusaha terapkan—adalah, carilah Tuhan dan belajarlah dari kaki-Nya! Jangan langsung berpikir negatif bahwa Ia suka menyiksa kita dengan berbagai masalah! Sebaliknya, berpikirlah bahwa Ia sebenarnya sedang mempercayakan tugas yang besar pada kita. Tugas besar, tentu harus didahului dengan ujian yang besar juga... Berbahagialah bila Anda merasa doa Anda ‘mentok’ di langit-langit kamar. Itu artinya Anda ditantang untuk berlari menembus badai!
Karena tentu saja, tanpa iman, kita tidak mungkin dapat mencapai Bapa. Jangan lupa, Ia tahu yang terbaik bagi setiap anak-anak-Nya. Ia pasti akan memberikan Anda bocoran mengenai bagaimana harus berjalan menghadapi badai kehidupan Anda. Berjalanlah di atas air bila itu adalah jalan yang Tuhan tentukan bagi Anda.


Validasi : Ibrani 11:6, Yakobus 2:26, 1 Petrus 1:7, Matius 17:20, Markus 9:23, Roma 5:4, 1 Timotius 4:10.