Panggilan dan Keunikan

Author : Felicia Yosiana Gunawan

Setelah sekitar sembilan belas tahun berjalan bersama Tuhan dan menjalin hubungan dengan Allah yang luar biasa kreatif dan penuh kasih, saya masih mempertanyakan tujuan hidup saya yang lebih spesifik dari apa yang saya dapatkan waktu saya SMP dulu. Waktu saya bertanya apa panggilan hidup saya saat SMP, Tuhan menjawabnya singkat sekali. Ia hanya mengatakan, “Membuat perbedaan.” Well, saya suka saja dengan panggilan itu, dan saya tidak mau komplain terlalu banyak mengenainya. Saya tipe orang yang tidak bisa diam dan meledak-ledak. Tentu saja, di balik tampang kucel plus ngantuk ala orang baru bangun tidur yang saya kenakan setiap hari, ada sisi lain... Hehe...
Yap, di dalamnya, saya ini orang yang tidak suka stagnansi. Sisi jeleknya tentu saja berbuah di dalam ketidaksabaran. Jangan pernah suruh saya menunggu tanpa bacaan atau kerjaan, saya bisa mulai jalan mondar-mandir atau naik-turun tangga kalau sudah di ambang ajal ke-bete-an saya. Saya rasa itu juga alasan terbesar Tuhan memilih saya sebagai Hansip dan bukan Komandan Tim Doa. Kemampuan nurturing saya sebagai orang koleris-melankolis super rendah kalau tidak mau dibilang minus. Dibanding Harvi yang plegmatis-melankolis, kesabaran saya benar-benar memecahkan skala apapun sampai minus tak terkira. Jadi tidak aneh kalau saya adalah kandidat buruk untuk memimpin pertumbuhan suatu kelompok sementara talenta saya adalah meledakkan sesuatu dan lompat-lompat di mimbar kesaksian.


Singkatnya, Tuhan tahu saya akan mati bosan kalau disuruh menyirami pohon. Dan saya bersyukur Dia memberikan keranjang bibit bergudang-gudang untuk saya sebar sambil jejingkrakan. Contoh bibitnya adalah talenta pinjaman yang Ia berikan: menulis, bersaksi, berbicara, konseling, sensor roh dan berkarya. Itu semua merupakan sedikit dari modal yang Ia cocokan dengan panggilan saya untuk ‘membuat perbedaan’—semuanya adalah talenta untuk menumpahkan warna kedashyatan dan pekerjaan Roh Kudus. Syukur sejuta syukur, personaliti saya tidak jauh-jauh dari talenta modal yang Ia berikan. Saya benci diam di belakang panggung, dan saya punya bergudang-gudang ambisi selain masuk sorga.
Yang bikin saya tertawa terbahak-bahak adalah saat saya menemukan arti nama yang Tuhan berikan kepada saya lewat orang tua. Felicia berarti ‘beruntung’, dan saya menganggap diri saya demikian. Yosiana diambil dari nama ‘Josiah’ yang berarti ‘Api Tuhan’ dan ‘Ana’ berarti ‘tajam atau cekatan dan cepat tanggap’. Gunawan ya... gunawan.  Keren sekali, kan? Ia mencocokan nama saya dengan panggilan dan passion saya! (Passion terbesar saya adalah Revival dengan saya sebagai bagian di dalam pekerjaan Allah. Api. Saya ingin Api Allah jatuh dari Sorga secara bombastis!) Betapa Ia Allah yang menanamkan keunikan yang luar biasa di setiap ciptaan tangan-Nya! Api Tuhan!

Jujur saja, saat saya menyadari bahwa panggilan, nama, dan personaliti serta passion saya sudah diatur Tuhan, perlahan-lahan Hikmat mulai berbicara kepada saya. Inilah inti tulisan yang sedang Anda baca: Keunikan.
Anda sudah tahu bahwa Anda adalah bagian dari Tubuh Kristus, bukan? Dan Anda juga pastinya tahu bahwa setiap anggota tubuh itu punya fungsi, keunikan dan tugasnya masing-masing. Mata ya untuk melihat. Mulut untuk bicara. Telinga untuk mendengar, dan sebagainya. Tidak mungkin mulut berkata kepada mata, “Woi, jangan jelalatan melulu, dong! Sini bantuin gue kesaksian!!” Atau telinga berkata kepada kaki, “Kenapa loe jalan melulu sih? Sini dong bantuin gue dengerin curhatan jemaat!!”

Lucu sekali kalau ini terjadi. Manusia saja akan berkata orang yang menganggap orang yang meminta matanya berhenti melihat dan ikut berbicara itu gila, Tuhan apalagi? Yah, untungnya Ia mahabaik dan tidak se-sarkastis saya... Tapi pesan-Nya jelas: Anda dan saya spesial. Kita semua adalah bagian Tubuh Kristus yang tidak mungkin sama bentuk, fungsi, talenta serta tugasnya. Mata ya mata. Hidung ya hidung. Tidak ada mata yang bisa multifungsi jadi hidung. Kalau ada, saya seram sendiri...
Keunikan adalah  poin yang krusial dalam Kerajaan Allah. Ia bukan Allah yang menyamaratakan segala-galanya secara gamblang. Kalau iya, pasti setiap pohon yang kita lihat bentuknya sama semua. Tapi coba perhatikan, tidak ada bentuk pohon yang sama persis, walaupun mereka satu jenis atau tumbuh di taman yang sama. Manusia pun sama. Tidak pernah ada orang yang lahir dengan talenta, rupa, bakat, modal, apalagi panggilan yang sama. Oke deh, mungkin tema pangglilan boleh sama, tapi judul dan isinya pasti berbeda dan unik setiap individunya. Tuhan tidak akan pernah kekurangan ide, itu bisa saya jamin.

Masalahnya, percakapan bodoh antara organ yang berbeda di atas itu justru malah sering terjadi di antara anggota Tubuh Kristus. “Dia bisa diam sebentar dan bantuin gue menangani curhatan jemaat nggak, sih?” atau “Saya nggak ngerti kenapa tuh orang bisa begitu aktif evangelisasi di mana-mana sedangkan ada begitu banyak orang yang butuh bertumbuh sampai stabil di kelompok sel ini,” adalah kalimat yang akrab di telinga kita. Saling menyalahkan, kemudian timbul akar kepahitan, dan akhirnya berujung kepada bete dan benci sendiri... Bukankah ini agak lucu bila kita mengingat prinsip Tubuh Kristus di atas?

Rasanya di saat-saat seperti itu saya bisa mendengar Roh Kudus berbicara, “Kamu ngapain maksa mata jadi telinga? Mau menyalahkan Aku kenapa nggak bikin Tubuh Kristus jadi hidung semua?”

Saat saya dikonfrontasi begitu sama Hikmat, baru deh saya cengar-cengir idiot... Yah... Tuhan kita ini memang... Terlalu kreatif dan berhikmat. Benar sekali ayat yang menyatakan bahwa Hikmat Tuhan tidak terselami. Rasanya kalau Ia adalah tipe Tuhan sarkastis dan tidak sabaran, setiap omelan atau protes umat di bumi ini pasti sudah langsung disambar geledek Hikmat Marifat dalam hitungan milidetik.

Dalam buku-buku rohani yang merupakan tuangan Hikmat dari Alkitab, saya menemukan bahwa ada beberapa tipe urapan yang umum dan telah terklarifikasi seperti pada Perjanjian Lama. Ada urapan Rasul yang berfokus kepada evangelisasi dan pernyataan mukjizat Allah, ada yang punya urapan Gembala yang tentunya berfokus kepada pertumbuhan jemaat. Ada yang urapannya model Tentara, yang tentu saja berfokus kepada peperangan rohani. Hayo, mengakulah kalian yang doyan perang... (Tenang, saya juga ikut angkat tangan, kok). Ada juga urapan Penyembah, di mana umumnya ini bermanifestasi dalam talenta serta karunia dalam puji-pujian. Bahkan ada urapan Imam, dan juga Hamba. Dan itu baru judul besarnya, belum kalau judul besar itu harus ditarik lagi dalam cabang-cabang kecil.
Satu orang memang bisa saja punya urapan dobel atau bahkan tripel. Tapi saya bisa jamin, yang dominan pasti hanya satu, seberapapun tinggi talenta dan urapannya dalam beberapa bidang sekaligus. Tentunya, urapan ini bukan cuma buat titel atau keren-kerenan; tapi pasti ada tugas dan panggilan yang menjadi utusannya. Tidak mungkin Tuhan memanggil gembala untuk berfokus di area peperangan. Tidak mungkin juga Ia mengkhususkan orang dengan karunia evangelisme di bidang keimaman. Pasti ada penempatan yang precise dan penuh nubuatan bagi setiap orang yang mau menjalankan tugasnya. After all, bukankah Ia Allah yang rancangannya begitu luar biasa dan agung?

Lalu, pertanyaan yang paling sering saya dapatkan adalah ini: “Gimana cara tahu panggilan dan urapan dominan? Gue nggak peka!” Pertama-tama, singkirkan dulu kata-kata tidak peka dengan suara Tuhan atau semacamnya, deh. Itu saran saya. Yakin saja Ia adalah Tuhan yang punya lebih dari sejuta cara untuk menjawab Anda selain dengan jawaban suara secara audibel langsung yang sejelas guntur. Tanyakan saja dengan iman dan bulatkan hati Anda untuk menerima apapun panggilan yang Ia berikan. Yang Ia minta toh hanya kerendahan hati dan kerelaan untuk ditempa dan ditempatkan sesuai dengan rencana-Nya. Selebihnya mah urusan belakangan. Our God is a simple God. Jadi, berhentilah membuat masalah seakan lebih rumit dengan dalih-dalih yang hanya akan bikin Anda kribo sendiri.
Selanjutnya bagaimana? Ya sesuai kata iman yang menuntut perbuatan, bersiap-siap saja dengan segala kemungkinan. Kalau misalnya Anda merasa panggilan dan talenta atau urapan Anda lebih dominan di bidang penyembahan, mulai saja latihan bersam a Roh Kudus dan coba melayani di bidang tersebut. Kalau ternyata urapan Anda di bidang peperangan, ya sering-seringlah bersyafaat bagi orang lain dan bangsa-bangsa. Intinya cuma satu: Nekad kejar Tuhan!

Konklusi dasarnya: berhentilah mengoceh mengenai betapa rekan Anda tidak se-pengertian Anda dalam mendengarkan curhatan atau tidak se-bombastis Anda dalam membawakan Firman. Mata punya bagiannya sendiri dan mulut punya perannya sendiri. Begitu juga dengan kaki, tangan, tungkai, dan sebagainya. Toh Tuhan tidak pernah menghendaki agar semua penduduk sorga pakai seragam yang sama persis kayak di penjara, kok. Buktinya? Baca saja kitab-kitab berisi pengelihatan yang ada malaikat atau penduduk sorga... Bahkan di buku-buku kesaksian mengenai sorga, mereka semua menyatakan bahwa Tuhan tidak kurang kreatif untuk mendesain triliyunan jenis pakaian yang unik bagi setiap individu. Kalau tidak, ngapain Ia repot-repot memberikan kita keunikan? Pohon saja dibuat dan didandani secara bebeda oleh-Nya, masa kita tidak?
Nah, sekarang saya hanya bisa mengucapkan selamat main tebak-tebakan sama Tuhan.