On the Way to the Great Outpouring – The Desert

Author : Felicia Yosiana Gunawan

13 Mei 2012.

17 Mei 2012 ini akan menjadi salah satu momen yang paling saya tunggu. Hari Kenaikan Tuhan Yesus, yang bertepatan dengan tanggal diselenggarakannya acara dari World Prayer Assembly di Gelora Bung Karno dengan ribuan hamba Tuhan dari 200 negara lebih, adalah salah satu hari yang saya nantikan. Ya, saya telah menerima janji dan telah berdoa keras untuk Kebangkitan Rohani bangsa ini. Dan saya sangat berharap serta beriman, bahwa 17 Mei itu adalah gerbang ke-sekian menuju Revival besar-besaran, di mana puncak Pencurahan Roh Kudus akan terjadi pada 27 Mei.
Sekedar informasi, pada tanggal 27 Mei 2012 ini akan diadakan gerakan besar-besaran untuk Kebangkitan bangsa di Bundaran HI pada pukul 05.30 sampai 07.00 pagi. Saya sangat berharap akan terjadi Pencurahan Roh Kudus massal seperti yang terjadi pada orang-orang di Kitab Kisah Para Rasul! Bukankah harapan tidak akan mengecewakan dan iman kita mengalahkan dunia? Well, saya mau percaya apa kata Alkitab mengenai yang satu ini. Toh Alkitab telah membuktikan bahwa iman, determinasi dan ratapan hamba-hamba Tuhan di suatu negara tidak akan mengecewakan.

Tapi tujuan saya menulis hal ini bukan sekedar promosi dua momen besar di atas, lho. Ada yang ingin saya bagikan mengenai beberapa hal, terutama dalam penggenapan janji Tuhan atas bangsa yang berdoa. Pertama-tama, saya ingin mengajak Anda untuk beriman dan percaya bahwa Mei ini adalah Mei yang dashyat dari Tuhan. Kita akan mulai dengan itu. Ya, kita akan mulai dengan iman dahulu karena imanlah yang menjadi tameng sekaligus senjata orang percaya.
Tidak peduli apapun yang Anda dengar mengenai tahun 2012—entah itu sekedar hoax film, nubuatan, atau ramalan—saya ingin mengundang Anda untuk mempercaya bahwa Tuhan punya rencana besar bagi Indonesia di tahun ini. Ya, mungkin dosa Indonesia berat dan layak diganjar mahal oleh Allah yang pencemburu, tapi kita akan mengimani hal yang sebaliknya. Apa yang akan kita jadikan senjata dan landasan iman untuk kepercayaan yang agak ‘maksa’ ini? Yeremia 18 : 6 – 11. Apa yang dituliskan di sana? Rancangan Tuhan dapat berubah! Dan hati serta pertobatan dan doa-doa kita yang menjadi katalis perubahan itu!

Mau tidak mau saya harus akui, ada satu fakta berat yang kita tanggung sekarang ini dalam masa penantian Kristus: Cawan Murka Allah atas Indonesia yang sudah terancam tumpah. Hal ini dapat terjadi kapan saja, dan satu-satunya hal yang menahan hal tersebut adalah kemurahan hati Tuhan yang masih mendengarkan doa segelintir orang yang belum takluk kepada roh kemalasan dan paradigma. Anda mau percaya atau tidak, hal tersebut di tangan Anda. Namun kebenaran firman adalah satu: bangsa yang tidak berdoa pasti akan jatuh dalam sekejap mata. Ini adalah tragedi yang sudah dibuktikan oleh sejarah maupun Alkitab. Anda dapat mengecek ribuan fakta mengenai hal ini bila mau.
Saya tahu bahwa masa-masa ini adalah masa-masa yang berat dan penuh dengan pengujian. Saya sendiri mengalaminya, dan saya tahu pasti bahwa anak-anak Tuhan sedang diuji dalam Pengujian Padang Gurun. Ya, inilah yang Anda dan saya sedang alami. Jenis Pengujian Padang Gurun dimaksudkan Tuhan untuk melihat seberapa besar ketaatan dan kasih Anda terhadap Allah, bahkan sekalipun Anda tampaknya dibuang begitu saja oleh-Nya ke dalam kesunyian padang gurun yang sepi dan gersang. Bukankah ada banyak dari Anda yang mengalami hal ini dalam bulan-bulan terakhir belakangan ini? Secara pribadi, saya sangat merasakannya.


Saya merasa haus akan Allah, tapi saya tidak memiliki harapan. Saya terhimpit oleh fakta bahwa yang ada di sekeliling saya hanyalah pasir dan pasir. Saya capek berjalan, saya capek mencari ‘oasis’ ataupun duduk memohonkan suplai air dari Allah. Saya terlalu bobrok dan lelah untuk melanjutkan perjalanan, dan saya sangat meragukan bahwa saya masih layak untuk disebut sebagai anak-Nya. Belum cukup dengan Padang Gurun internal, bahaya dari luar senantiasa mengancam kewarasan dan keadaan roh saya. Paradigma, perpecahan, serta  kejatuhan anak-anak Tuhan di sekeliling saya membuat saya makin malas bergerak dan putus asa. Kasih saya mulai dingin dan saya memilih untuk tidak lagi peduli dan duduk diam alih-alih berlari mencari oasis.
Apa yang saya dapatkan setelahnya? Tidak ada. Kosong sama sekali. Saya tidak merasakan apapun, roh saya kehausan sampai sudah nyaris tidak bergerak, dan jiwa saya menjadi beku dan dingin. Semua itu terjadi dengan gradual selama dua bulan belakangan ini. Namun Tuhan rupanya tidak menyerah begitu saja. Ia bertindak.

Daughter,” panggil-Nya suatu hari. “Kenapa kamu jadi seperti itu?”

Saya menatap Tuhan dengan tampang datar dan hati setengah kosong. “Saya bosan, Padre,” kata saya tanpa emosi. Padre adalah panggilan saya terhadap Bapa. Dalam bahasa Spanyol, kata tersebut berarti ‘Ayah.’

Raut wajah Tuhan tidak tertebak saat itu. Ia mengkerutkan alis-Nya sedikit dan menatap saya dengan tatapan aneh. “Bosan? Kenapa?”

Anda sudah tahu jawaban saya, kan?” sahut saya seadanya.

Ya, tapi Aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu.”

Oke, oke. Saya bosan karena rasanya semuanya jadi stagnan dan datar. Rasanya saya tidak bisa bergerak ke mana-mana dan saya bosan menunggu orang lain bergerak.”

Kali ini Ia tersenyum tipis. “Kenapa harus menunggu orang lain untuk bergerak? Apakah keselamatanmu ditentukan oleh orang lain? Apakah pekerjaan-Ku di dalammu ditentukan oleh orang-orang di luar diirmu?”


Yap, Ia memang luar biasa. Satu pernyataan simpel dan itu semua menghancurkan dinding paradigma saya sekaligus memompa saya untuk kembali berlari menuju goal yang telah Ia tetapkan.
Mulai sejak saat itu, saya banyak mendapatkan teguran halus Roh Kudus untuk berhenti melihat ‘ke luar jendela’ dan fokus ‘membenahi isi rumah’ bersama dengan-Nya. Ia mengatakannya kira-kira seperti ini, “Damai sejahtera dan Kasih yang sejati tidak terusik dengan keadaan di luar rumah. Mau di luar ada belasan pasukan yang sedang perang pun, asal Kasih dan Damai itu tetap di hatimu, kamu akan tenang dan terus bekerja bagi Allah serta menghasilkan buah bagi Nama-Nya.”

Bukannya incaranmu adalah Kebangkitan Rohani?” Imbau Tuhan Yesus. “Apa itu bisa dicapai dengan bersantai-santai? Kamu harus terlebih dahulu menang dari Pengujian Padang Gurun untuk masuk ke level berikutnya.”

Saya baru saja mau protes dengan memberikan alasan-alasan yang membuat saya malas bekerja, namun Tuhan bergerak lebih cepat.

Ingat,” kata-Nya, “pergerakan dimulai dari dalam dirimu, bukan dari diri orang lain. Keselamatanmu bergantung pada responsmu akan Aku, bukan orang lain.”

Hmm... Oke, saya kalah.” Berdebat dengan Tuhan memang adalah salah salah satu  ide terbaik untuk jadi frustasi. “Jadi, Anda mau saya berbuat apa?”

Hal-hal simpel yang biasa saja, kok. Berdoa. Bekerja. Berpuasa. Meratap, jika perlu. Tentunya semua berlandaskan iman bahwa Aku sedang bergerak melawat dirimu, keluargamu, teman-temanmu dan bangsamu. After all, isn’t your God the Master of Breakthrough?”


Bersambung... J