Sisi Lain Perjanjian

Author : Felicia Yosiana G

5 Januari 2012.

Saya sedang dalam pujian penyembahan saat tiba-tiba saya teringat beberapa orang tua dan kerabat teman-teman Tim Doa yang mencerca dan menghakimi Tim Doa sebagai sekte sesat dan saya secara khusus. Sebelum saya sempat curhat kepada Tuhan mengenai hal ini, tiba-tiba Roh Kudus berbisik lembut, “Kamu akan Aku pulihkan dari segala luka ini.”
Dan benar saja, saya segera melihat lengan roh saya yang terluka sedang dibalut Tuhan! Dan begitu saya menangis atas kasih dan kemurahan-Nya, Roh Kudus—dalam rupa singa jantan berbulu putih—mendekati saya dan menempelkan mulut singa-Nya ke mata saya yang masih basah.

Apa yang Anda lakukan?” tanya saya bingung.

Memulihkan dan memberkatimu.”

Sebelum saya sempat berkata-kata lebih lagi, tiba-tiba saya melihat segerombolan si jahat yang sedang ‘mendakwa’ di hadapan Tuhan seperti dalam gambaran Alkitab. Saya melihat mereka sedang mendakwa orang-orang yang mencemooh dan menghakimi saya!
Mereka telah menghina hamba-Mu,” kata salah seorang dari figur hitam bungkuk itu. “Maka pintu kutuk perjanjian telah terbuka atas orang-orang ini. Biarkan kami ‘menghukum’ mereka.”

Oh, tidak... Allah Bapa tidak mungkin diam saja digugat seperti itu oleh setan, bukan?

Tapi ada apa ini... Bapa mengangguk!!!

Saya tidak percaya! Kenapa Ia membiarkan setan menggugat-Nya dan membiarkan orang-orang itu tertimpa kutuk?!

Hikmat segera mengalir dalam waktu sepersekian detik kepada saya. Itu adalah sisi kutuk dari ‘perjanjian’ yang dibuat Allah dengan manusia, dan perjanjian-Nya dengan saya. Ia berjanji bahwa Ia akan menjadi Pembela saya saat saya setuju untuk mengabdi pada-Nya... Dan saya tidak berpikir kalau Ia juga akan melindungi dan membela saya sejauh ini—sampai mengutuk orang-orang yang mengutuk saya!
Itu bukan masalah sifat,” Hikmat berbicara dalam Persona Roh Kudus. Ia berbicara dalam hitungan sepersekian detik. “Itu masalah komitmen Allah Bapa sejak manusia dijadikan dan diangkat-Nya menjadi hamba-Nya. Bacalah kitab-kitab para nabi dan kamu akan menemukan pembelaan-Nya yang sama. Siapa mengutuk sesamanya, membuka pintu bagi si jahat. Terlebih mereka yang mengutuk hamba Allah yang telah Ia urapi sendiri.” Saya tahu Ia mengindikasikan kepada urapan Roh Kudus yang pernah saya terima dan diperbaharui beberapa kali.

Saya membeku mendengar semua itu. Saya seperti seorang saksi yang terlalu terpaku di ruang Takhta Bapa melihat segala yang terjadi... Dan secepat yang saya tahu, saya melangkah maju kepada Bapa. “Tunggu, tunggu, tunggu!” teriak saya kalap. Roh saya segera tahu apa yang harus dilakukan. “Bapa, tunggu dulu! Saya mohon, lindungi orang-orang yang mengutuk saya dari serangan Iblis!”
Bapa hanya menatap saya. Otak—sekali lagi, kalau roh punya organ berpikir—saya berpikir cepat, mencari cara agar kutuk itu tidak terlaksana. “Begini... Saya mau mengampuni orang-orang itu... Biar saja mereka mau berkata apa, tapi tolong, jamah mereka dan jangan kutuk mereka...!”
Serius, saya berbicara nyaris tidak pakai mikir lagi di situ. Saya kalap, memikirkan akan ada orang-orang yang tertimpa kutuk karena hanya menghina saya. “Tolong jamah hidup mereka ganti kutuk itu, Tuhan. Tolong, masuklah ke dalam hidup orang-orang itu dan ubahkan mereka!”

Seluruh isi Takhta terdiam. Semua mata terarah kepada saya, bocah usia 14-15 tahun—versi Alam Roh—dengan muka ngeri yang berdiri di samping ruangan. “Apa motivasimu meminta hal ini hanya agar kamu tidak dihina lagi oleh mereka?” tanya Bapa kemudian.

Enggak, enggak. Saya cuma... ehh... kasihan.” Oh, kata yang tepat! Trims, Roh Kudus! “Yap, saya cuma merasa kasihan sama orang-orang ini, yang tidak mengenal Siapa Engkau secara mendalam.” Saya memutar ulang semua ayat yang pernah saya baca soal orang-orang fasik dan mereka yang terhilang... Saya mulai bingung memilih kata-kata di hadapan Bapa. “Saya kasihan dengan roh dan jiwa mereka yang telah dibutakan Iblis,” akhirnya saya melanjutkan.

Lalu kenapa engkau ingin mereka menerima-Ku?” tanya Ketiga Persona Allah berbarengan. Nada bicara Mereka tidak tertebak. Datar, tajam, tapi tidak menghina.

Supaya mereka menemukan Hidup. Saya ingin mereka menerima Anda dan benar-benar hidup di dalam Anda semata-mata hanya karena saya mengetahui dengan pasti bahwa Anda sajalah satu-satunya Hidup.”

Dan sedetik setelah saya melihat Bapa mengangguk, pengelihatan itu terhenti.

Nafas saya masih memburu, rasanya saya baru marathon sepuluh kilo tanpa berhenti. Jantung saya juga masih nge-drum dengan kencang... Rasanya sulit dipercaya apa yang saya lihat, dengar dan rasakan barusan. Tuhan menjadi Hakim atas kehidupan saya dan manusia lain! Argh, ini serius... Bahkan saat saya menulis ini, tangan saya masih gemetar dan saya masih panik serta frantic.
“Buka Amsal,” Roh Kudus mengkomando. Ia tahu saya mulai bingung mencari validasi ayat Alkitab yang tepat mengenai kejadian barusan. Saya pun segera membolak-balik halaman dengan terburu-buru, mata saya jelalatan mencari ayat yang akan diberikan-Nya. Dan... Amsal 6:12–15 jadi jawaban pertamanya. Biar mudah, saya akan menuliskan validasi Alkitabiahnya di bawah, oke... Kita lanjut dulu ke poin terpenting tulisan ini dibuat.


Ehem. Jadi, bila Anda memiliki sanak saudara, anggota keluarga atau teman yang pernah—terlebih suka—mencemooh orang dan bahkan hamba Tuhan, berdoalah bagi mereka! Ini nggak main-main lagi! Sudah ada banyak orang yang tumbang karena pedang Allah pada Perjanjian Lama saat mereka mengutuki bangsa Israel dan hamba-hamba-Nya! Dan Ia bukan Allah yang suka ingkar janji! Janji penyertaan dan perlindungan-Nya memiliki dua sisi... Kutuk dan berkat. Bukankah ini jelas sekali dalam beberapa kitab? (Dalam hal ini, saya mau bermuka tembok seperti kata Amsal 12:16 saja, ah...)
Alkitab mengatakan bahwa terhadap orang yang mencemooh, Ia mencemooh. Terhadap orang yang berlaku fasik, Ia juga berlaku fasik. Jangan kira Anda berurusan dengan Tuhan yang serba baik dan serba mengasihi serta mudah dipermainkan! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, kata Galatia 6:7!

Sekali lagi, berdoalah lebih intens dan serius untuk orang-orang ini! Berdoalah agar mereka mau membukakan hati mereka untuk Kristus dan hidu di dalam terang-Nya dengan sungguh-sungguh! Hanya itu jalan keselamatan yang ada.

Validasi : Bilangan 23:8, Yakobus 3:9, Bilangan 24:9, 2 Petrus 2:14, Roma 1:28, Amsal 19:29, Yesaya 28:22.

Ingatlah, sekali Anda mengikat perjanjian dengan Allah segala allah, Ia setia! Betapapun tidak setianya Anda, Ia setia dan Ia tetap adil serta bijaksana dalam keputusan-keputusan-Nya. Jangan pandang perjanjian itu dengan sebelah mata seperti yang saya lakukan! Saya sebelumnya tidak terlalu memikirkan perjanjian saya dengan Tuhan, tapi saya rasa Ia membiarkan ini terjadi agar saya tahu betapa seriusnya Ia dengan sebuah ikatan perjanjian. (Anda dapat membaca kisah perjanjian saya dengan Tuhan pada Adonijah : Janji Penyertaan).