Another War - Ivan Brian's Testimony

Author : Ivan Brian

31 Desember 2011.

Kalau ditilik orang, perang dadakan ini seharusnya tidak dapat saya ikuti karena saya tidak ingin keluar rumah lagi pada hari itu. Tapi anehnya, Ia menyuruh saya pergi. Dan saya hanya ingin menuruti kehendak-Nya dan pergi.
Sesampainya di rumah Feli dan dimulainya doa, saya mulai merasakan bahwa kami kekurangan senjata baru. Saya langsung panik. Ini perang, dan tanpa persenjataan yang baik, semuanya akan sia-sia. Namun secara serentah Roh Kudus langsung bekerja di beberapa anak Tim Doa dan menyuruh kami untuk mengambil Alkitab dan mulai menghafal Firman-Nya sebagai pedang Roh baru. Karena seperti yang kita ketahui, hanya Firman saja satu-satunya senjata terampuh kita di medan perang ini.

Setelah saya mencoba untuk menghafal beberapa ayat, saya kemudian melihat dalam Alam Roh bahwa saya telah mendapat sebuah pedang baru. Saya mendapat sebuah Claymore panjang berwarna merah-jingga dengan bordir emas untuk dipakai berperang dari atas kuda. Hal yang sama juga terjadi kepada beberapa teman saya yang tadinya hanya memakai senjata lama mereka. Namun entah bagaimana, di dalam roh, saya lebih sering melihat diri saya memakai lance panjang seperti milik Harvi. Mungkin maksud Allah adalah untuk mengimbangi kemampuan menyerang saya dengan kecepatan kuda saya yang sangat cepat (para frontliners mendapat atribut seperti ini) sehingga kami dapat melakukan serangan piercing dengan lebih baik. Sungguh penuh taktik Allah kita!

Saat kami mulai menyerang, salah satu yang membuat kami cukup gentar adalah roh okultisme Indonesia. Tampak sesuatu yang berawakan gelap, tinggi, besar dan kokoh di dalam Alam Roh saat kami berdoa untuk hal tersebut. Serangan kami sepertinya tidak cukup untuk melumpuhkan roh yang besar ini—dibutuhkan lebih banyak pendoa dan pejuang Allah untuk merobohkan roh kegelapan ini.

Hal lainnya yang membuat saya cukup gentar dan kelelahan adalah serangan ke Pantai Selatan yang terkenal sekali dengan mitos gelapnya. Roh teritorial di sana, Nyi Roro Kidul adalah salah satu roh jahat yang lumayan kuat! Tapi kami tidak mau mundur; kami tahu siapa yang ada di belakang kami. Saat doa mulai menjadi lebih intens, saya melihat para pejuang Allah mulai menyerang roh tersebut dengan senjata Allah. Saya merasa bahwa itu cukup memberikan damage, dan hal ini tervalidasi saat teman-teman satu Tim juga melihat hal yang sama.


Setelah pertempuran berakhir, badan saya terasa sanga~t lelah dan berat. Tapi entah kenapa, saya merasakan suatu perasaan bahagia karena telah dapat berperang untuk-Nya. Yah... Saya tahu energi, waktu, dan tenaga juga harus dikorbankan untuk tetap menjadi prajurit-Nya. Tapi saya merasa, kemenangan sementara ini bukanlah awal yang buruk... Dan inilah yang harus semua anak Allah pertahankan di dalam Dia—janji kemenangan yang dinyatakan.
Kemuliaan bagi Tuhan untuk selama-lamanya!