Another War- The First Assault

Author : Felicia Yosiana G

Tuhan sangat baik, Ia mengizinkan para member yang berdoa sendiri di rumah untuk terkoneksi dengan kami bila mereka meminta pada-Nya. Maka selama kami berdoa saat itu, saya dapat merasakan kehadiran berbagai orang di Alam Roh. Sayangnya, saya juga melihat anak-anak Tuhan yang masih bertarung sambil berjalan dan belum punya kuda...
Saran saya: Mintalah, saudara-saudara dalam Kristus! Minta, cari dan berlatihlah dengan Roh Kudus setiap ada kesempatan!

Kembali ke medan peperangan. Perisai cahaya segera membungkus setiap dari kami saat kami berhenti menyerang dan doa proteksi. Kuda-kuda kami menghentakan-hentakan kakinya menggertak musuh yang berani mendekati kami saat kami rehat (1 putaran kami selalu rehat, review dan mencatat info).

Proteksi kalian cukup,” kata Tuhan di tengah-tengah rehat. “Sekarang, maju dan menyeranglah.”

Kami mengangguk setuju dan mengubah strategi. Pembagian doa tidak lagi proteksi, serang, dan minta kekuatan... Diubah menjadi: Menyerang spesifik, minta perlindungan satu kali (dalam satu putaran) dan serang Iblis yang mengikat hati orang-orang di tempat tersebut. Ya, ini diilhamkan Roh Kudus yang sempat mengatakan, “Buat apa kalian menjatuhkan Iblis teritorialnya tapi tidak membuka hati orang-orang di sana untuk menerima Injil?”

Penyerbuan terarah pun kami mulai dari kota kami, Jakarta. Secara spesifik kami menggempur pula Jakarta Timur. Pada saat itu, pengelihatan kembali membanjir dan saya melihat dari sudut pandang orang pertama yang sedang berkuda dengan cepat—tidak secepat kuda Harvi dan Ivan, tapi lebih destruktif karena api dan berat armornya—di daerah Matraman-Jatinegara. Di Alam Roh, tempat itu tampak seperti kota mati berlatarkan langit merah. Nyaris tidak ada manusia hidup di sana dan saya melihat makhluk-makhluk hitam yang berkeliaran di sana. Kami segera melewati tempat itu dengan kekuatan penuh, menghujamkan senjata kami kepada makhluk kegelapan yang dapat kami temui di jalan-jalan.
Pada saat kami hendak berpindah lokasi, Rachel Kristiani, salah satu rear guard, melihat bumi yang di zoom out. Ia melihat bahwa ada titik-titik hitam keruh yang menjijikan di bumi, seperti borok atau semacam bisul. Dan saat kami memulai putaran doa kembali, tombak-tombak putih dari langit mulai dihujamkan kepada titik-titik tersebut!
Harvi juga melihat ballista Tim Doa yang kini telah diperbaharui jadi lebih kuat dan keren! Kalau sebelumnya itu hanya seperti ballista besar dari kayu dan meluncurkan tombak satu per satu, sekarang ballista-nya bekerja dengan cepat seperti gatling gun. Pada pengelihatan saya, ballista tersebut menjadi sekitar 1,5 kali lebih besar dan berkerangka besi putih.


Putaran doa berlanjut. Angel Irena melihat naga hitam bersayap yang keluar dari muka bumi saat kami bersyafaat secara keroyokan. Saya juga melihatnya. (Banyak sekali pengelihatan kami yang saling memvalidasi satu sama lain. Biarkan para author bercerita dari prespektif mereka sendiri setelah notes ini).
Kami memohon pada-Mu, ya Allah, Tuhan Yesus Kristus, untuk menjamah tempat ini!” teriak kami pada salah satu putaran.

Intensitas meningkat dan kami kembali masuk ke dalam poin selanjutnya: Okultisme di Indonesia. Mayoritas dari kami segera mendapat pengelihatan sama saat menggempur okultisme Indo: Makhluk kegelapan raksasa (ukurannya sekitar... sejuta kali kami), yang berdiri menjulang ke atas. Kami tidak takut karena tahu Allah Bapa jutaan kali lebih besar... tapi, serangan kami hanya melukai sedikit bagian tubuhnya...! Roh Kudus saat itu berkata, “Minta kepada Allahmu!” Dan saya pun menurut.
Tapi rupanya tidak cukup. Hanya ada satu petir kecil yang keluar dari langit dan melukai si Raksasa tak berbentuk tersebut. Roh Kudus kemudian memberi tahu bahwa dibutuhkan lebih banyak jiwa yang berteriak kepada Allah untuk merobohkan Iblis ini sepenuhnya. Saya berharap para pembaca mau meluangkan waktu untuk bersyafaat mengenai hal ini dan menggempurnya di dalam doa bersama.
Masuk ke daerah selanjutnya... Bali!

Tentara berkuda Allah segera memutar haluan dan menyerbu tempat pemujaan berhala di pulau wisata tersebut. Saya melihat tugu gapura yang hitam dan menjijikan saat memasuki Alam Roh Bali. Dan kaki kuda saya yang berapi menginjak hancur sebuah mangkok sesajen. Penggempuran kami mulai di dalam nama Tuhan dan di saat itulah Meitri Angelina menyadari ada yang aneh dengan Bali... Ia melihat ada kabut tebal yang menyelimuti pemandangannya!
Ada apa ini? Apa ini guna-guna orang di sana?

Itu pemanggilan roh leluhur!” teriak Meitri beberapa detik setelahnya. Kami terus berdoa dan meng-quote ayat tanpa mau menyerah begitu saja. Bali milik Allah! Kenapa harus takut?

Pengelihatan segera menyeruak dan Meitri mengatakan bahwa ia melihat saya berkeliling di sekitarnya dengan kuda berapi. Mungkin untuk menghempaskan kabut menyebalkan itu? Bisa jadi... Di dalam roh, saya berkuda dengan cepat seraya menghujamkan senjata ke tanah dan membuat sayatan panjang yang besar dan berapi. Angel Irena menyusul saya melakukan hal yang sama dengan Perisai Iman-nya.
Doa pemulihan segera menyusul penggempuran terhadap Bali. Kami berdoa supaya orang-orang menerima Injil di sana, dan persis saat itu saya melihat sesuatu: sebuah hati yang terluka dan berdenyut lemah. Hati itu besar—mungkin gabungan beberapa hati orang—dan berdarah-darah. Itu hasil kerjaan si jahat: melukai hati. Saat kami berdoa, saya melihat diri sendiri telah turun dari kuda dan berlutut di atas hati tersebut. Seraya menghujamkan glaive saya sampai menembus hati itu secara vertikal, roh saya berkata, “Sekarang, di dalam nama Yesus engkau telah dipulihkan.” Dan apa yang terjadi? Saat saya menarik senjata saya, hati tersebut segera diselimuti sinar hangat dan sembuh!
Terpujilah Tuhan atas kebaikan-Nya! Ia masih menyembuhkan hati yang terluka!

Kembali ke peperangan, kami bersiap menggempur Manado.