Another War - Thundering Hooves

Author : Felicia Yosiana G

Penyerbuan rumah dimulai. Setiap anggota pasukan sangat semangat menggempur rumahnya (lho?) untuk membasmi si jahat yang berdiam di dalamnya. Yep, ada yang rumahnya masih suka dipakai untuk sembahyang kepada arwah leluhur, dan ada juga yang orang tuanya sangat ‘buta’ terhadap kebenaran Injil serta akhir zaman. Ada yang punya isu sering diteror saat doa dan sebagainya... Ini waktunya gantian nyerbu!
Benedictus Harvi sebelumnya telah memperingatkan kami untuk turut menghardik roh-roh jahat tersebut sebagai orang yang berotoritas di dalam kuasa Yesus Kristus. Ia mengatakan bahwa dalam peperangan melawan Iblis di pantai Alam Roh, kami baru berurusan dengan Iblis-iblis level rendah, sedangkan naga-naga yang lebih besar sedang keluar dari laut. Sebagai antisipasi akan hal ini, kami pun meminta Tuhan untuk memperlengkapi kami dengan apa yang kami butuhkan untuk maju ke level berikutnya. Tidak tanggung-tanggung, pedang Ivan langsung di-upgrade dan kekuatan baru dari Roh Kudus dikaruniakan kepada kami.

Kami mulai doa dengan pengeroyokan massal dari satu rumah ke rumah yang lain. Pada saat kami mengeroyok rumah saya, di Alam Roh, saya melihat diri saya sendiri menjebol dinding kusam si jahat dengan membawa bendera Allah.
Rachel Kristiani kemudian melihat api yang digoreskan Angelin Irena meluas saat kami mulai maju lebih cepat lagi. Saat kami menyerbu rumah Meitri Angelina, yang merupakan korban terberat dari okultisme keluarga, Rachel kembali mendapatkan sebuah pengelihatan: ia melihat sederetan patung-patung. (Bacalah kesepuluh perintah Allah yang tidak menspesifikan diri dengan model patungnya dan temukan bahwa ini adalah kekejian di mata-Nya. Jelas-jelas Ia mengatakan patung apapun di perintah-Nya... Saya nggak ngerti sama orang-orang yang masih berusaha mengelak dari perintah ini dengan beralasan “Ini kan untuk seni,” atau “Demi Religi...”).
Saat doa perang dilantunkan, sebuah pedang tak terlihat bergerak cepat membelah patung-patung itu menjadi dua! Kemudian ia melihat anak-anak Tim Doa berderap maju dan meginjak-nginjak sisa-sisa patung tersebut sampai hancur.


Putaran doa kami akhiri, dan sebagai penutup, Metri melihat kubu si jahat mengibarkan bendera putih sambil berkata samar, “K.O... K.O...”
Kami tahu mereka tidak boleh disisakan satu pun, namun karena keterbatasan waktu para member, kami harus mengakhiri perang bersama itu.
Namun perang ini banyak lucunya juga. Well, Tuhan adalah Allah yang penuh dengan rasa humor. Ia tidak membiarkan kami maju ke peperangan pertama kami dengan kuda tanpa penguatan. Berkali-kali kami dikerjai oleh-Nya. Salah satunya adalah dengan Rachel yang mengatakan, “Jangan-jangan kuda gue warna pink...” sebelum masuk ke prosesi doa. Dan gokilnya, sebelum ia mengatakan hal tersebut, saya sudah melihat pengelihatan bahwa ada kuda putih dengan shading pink dituntun ke arena latihan! Kami semua tertawa sambil mengamat-ngamati kuda yang sangat kecewek-cewekan itu...
Angel Irena juga sempat bangkis pada rehat putaran doa. Dan kami semua ngakak saat melihat di Alam Roh dia juga bersin dari atas kuda. Pada saat kami rehat dan sedang menyusun poin doa selanjutnya, saya juga sempat melihat barisan malaikat berkuda di belakang saya yang sedang melemaskan badan dan pemanasan—sepertinya bersiap-siap untuk penyerbuan berikutnya. Dan kami melihat Ivan angkat barbel kecil di atas kuda saat ia sedang mencoba mempraktekan karunia ekbalism-nya sebelum mulai menggempur. (Note: beberapa dari kami belum terbiasa menggunakan karunia tersebut secara aktif. Biasanya kami hanya mengikat, mematahkan dan menghancurkan kuasa si jahat, tapi tidak menghardik mereka).
Terpujilah Allah untuk segala yang Ia perbuat! What a God!


Ini adalah ayat-ayat validasi pertempuran di Alam Roh yang benar-benar nyata. Tuhan menyuruh saya mencantumkannya.
Efesus 6 : 12, Yoel 3 : 9-16, Yakobus 4 : 7, Yesaya 21 : 9, Yesaya 36 : 8, Habakuk 3 : 15, Ulangan 20 : 1, Ulangan 20 : 4, Yosua 23 : 10.