Author
: Benedictus Harvian
‘Rencana Tuhan selalu adalah damai sejahtera’.
‘Pertolongan-Nya tak pernah terlambat.’
‘Semuanya akan jadi indah pada waktu-Nya.’
Kalimat di atas familiar sekali, bukan? Mungkin Anda
pernah mendengarnya di lagu, Kitab Suci, atau kotbah. Yang jelas,
kalimat-kalimat tersebut hampir menjadi pengetahuan umum bagi orang Kristen.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah Anda benar-benar
mengaplikasikannya dalam kehidupan Anda?
Mengikut Tuhan bukan berarti lepas dari masalah. Tuhan
Yesus sendiri mengalami penderitaan sekian dashyat selama hidup dan dikatakan
bahwa seorang murid, yaitu kita, tidaklah lebih dari Gurunya, yaitu Beliau. Mungkin
dapat dikatakan bahwa pasti ada saat-saat tersulit dalam kehidupan setiap orang.
Saat di mana tidak ada yang tersisa dari diri kita selain hati yang hancur.
Harapan yang tadinya begitu jelas menjadi terasa jauh. Rasa sakit menerpa tanpa
ampun.
Hal serupa juga dapat kita lihat dalam kehidupan para
tokoh Alkitab! Yusuf, saat dijual dan dipenjara. Daud, dengan gamblang
digambarkan dalam mazmur-mazmur ratapannya. Paulus, saat dianiaya sebagai
pemberita Injil.
Namun, apa yang bisa kita contoh dari mereka? Yusuf,
dengan tabah melewati semua cobaan tanpa mengkhianati imannya terhadap Tuannya,
akhirnya dianugerahkan jabatan tinggi di Mesir! Bagaimana dengan Daud? Ia, yang
menuangkan seluruh kekalutan hatinya dalam mazmur kepada Allah, tetap aman di
tangan Tuhan walau dalam serbuan musuh seperti apa pun. Paulus? Bahkan ia
sendiri yang banyak menuliskan bahwa kesengsaraan adalah keuntungan, karena
dari-Nya kuasa Allah justru menjadi sempurna!
Saya
menemukan satu kisah yang sangat menarik pada sela-sela pemberitaan Paulus di Kisah Para Rasul 16 : 19-40.
Saat
itu Paulus beserta rekan pelayanannya sedang mewartakan Injil di Filipi.
Pelayanan mereka berlangsung baik, sampai ada seorang hamba perempuan yang
memiliki roh tenung mengganggu mereka. Beberapa hari telah lewat ketika Paulus
akhirnya tidak tahan lagi dan mengusir keluar roh jahat dari wanita tersebut. Tuan-tuan
hamba perempuan itu, yang kesal karena sumber penghasilan mereka lenyap karena
perbuatan Paulus, segera menangkap dan membawa Paulus dan Silas ke hadapan
penguasa kota itu!
Paulus
dan Silas dituduh telah menyebarkan ajaran yang tidak sesuai dengan adat
istiadat setempat dan didera—tidak cuma sekali tapi berkali-kali! Setelah itu
mereka dijebloskan di penjara dengan kaki terpasung.
Yang
menurut saya menarik adalah tindakan Paulus dan Silas selanjutnya. Seperti yang
Anda tahu, mereka tahanan sekarang. Tahanan dengan tubuh penuh luka dan sulit
bergerak, kalau mau diperjelas. Alkitab tidak mencatat dengan jelas apa yang
mereka rasakan saat itu, tapi apa pun yang mereka rasakan, saya yakin itu
berbeda dengan kebanyakan orang bila ditempatkan pada situasi sama. Mengapa?
Mereka malah menyanyi memuji Allah saat itu! Keras-keras, dapat diasumsikan,
karena disebut bahwa tahanan lain ikut mendengarkan mereka.
Yang
terjadi setelahnya sungguh karya Allah yang mengagumkan. Terjadi gempa bumi
sehingga semua pintu terbuka dan semua belenggu mereka terlepas. Tak cukup,
kepala penjara di situ pun bertobat dan menyediakan tempat bagi Paulus dan
Silas di rumahnya—yang selanjutnya membawa seluruh keluarganya menuju
pertobatan juga!
Setelah
itu, pembesar-pembesar kota yang tadinya membuat keputusan untuk menahan mereka
membatalkannya dan memberi perintah untuk melepaskan mereka.
Paulus dan Silas membuat terobosan
dari situasi terjepit mereka dengan bernyanyi memuji Allah. Itu yang membawa
mereka kepada keselamatan dari tangan-Nya.
Apa
yang Anda lakukan ketika menghadapi situasi serupa? Tentu tidak persis sama
dengan yang dialami Paulus dan Silas. Tidak semua orang pernah didera dan dijebloskan
ke penjara, ya. Yang saya maksudkan adalah sama secara mental. Ketika Anda mengalami
kesesakan yang luar biasa besar, saat di mana hanya ada Anda, Tuhan, dan iman Anda.
Pada saat tersebut kita selalu dihadapkan pada dua pilihan : mempertahankan
iman dan lari kepada Tuhan atau menyerah dan lari kepada dunia.
Butuh
usaha yang nyata untuk mempertahankan iman kita di saat-saat terjepit seperti
itu. Percayalah, saya sangat mengerti dan sudah mengalaminya—jauh lebih mudah
bila kita menyerah dan menolak untuk lari pada Tuhan. Baal Perazim, secara literal berarti Master of Breakthrough dalam bahasa Inggris adalah salah satu Nama
Tuhan yang paling saya sukai. Sesuai dengan Nama-Nya, kita memang harus selalu
membuat breakthrough atau terobosan
dalam hidup kita.
Di
kala kesesakan, andalkan iman Anda dan dobrak jalan menuju jalan Tuhan. Tidak
peduli walau iman Anda sudah segoyah apa pun saat itu! Cari Dia secara aktif.
Anda boleh memilih cara yang lebih cocok dengan Anda untuk mencapai-Nya. Bagi
saya, saya akan mengingat-ingat janji-janji-Nya yang ada dalam Firman-Nya dan
menyembah. Rasakan hadirat-Nya yang begitu terasa ketika kita datang kepada-Nya
dengan hati yang hancur. Curhat dengan jujur selalu
membantu!
Amsal 24 : 16
Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun
ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.