Author : Aloisius Kevin
Minggu-minggu awal Januari, saya mendapatkan titah spesifik dari sang Bapa untuk latihan sesi doa perang dalam kurun waktu satu minggu. Saya sempat heran, sebenarnya... Bagaimana tidak, doa perang adalah salah satu kegiatan yang paling menguras tenaga saya. Belum lagi membahas tekanan intens dari si jelek jika saya harus menggempur di malam hari. Dan semua ini terbukti pada hari pertama sesi latihan tersebut saya laksanakan. Waktu itu saya berdoa dengan latar belakang hujan badai dan petir yang saling kejar-kejaran.
Namun, seperti biasa... Argumen saya langsung dipatahkan oleh-Nya. Saya mendapat pelatihan yang luar biasa dari Dia. Mulai dari banjir pengelihatan, musuh-musuh, sampai wajah Tuhan Yesus sempat saya saksikan. Berikut ini adalah beberapa hal yang saya dapatkan:
Hari Pertama
Pada malam ini, saya diminta Tuhan untuk berdoa secara umum bagi misi-misi pribadi saya. Mulai dari Indonesia, gereja, keluarga, dan seterusnya.
Singkat cerita, setelah saya berdoa, Tuhan berkata, “Aku akan memberikanmu sesuatu.” Dan setelah itu, Ia menyuruh saya tidur. Dan tentu saja, mimpi mengikuti.
Di mimpi tersebut—yang berlatar belakang rumah saya—saya sedang bersama dengan tante saya dan sesuatu yang ‘lain’. Makhluk itu ternyata adalah gambaran dari almarhumah nenek saya—yang mudik ke Rumah Bapa setahun yang lalu. Saya tahu saat itu saya sebenarnya sedang berurusan dengan arwah kegelapan yang menyamar jadi nenek saya dengan sikap marah-marahnya.
Nenek palsu itu meminta minum. Kebetulan saya sedang memegang gelas, dan ia mendesak saya untuk memberikannya. Bodohnya, saya langsung memberikan gelas tersebut walau saya tahu bahwa itu salah! Ketika saya bertanya kepada tante saya yang juga tahu bahwa itu itu adalah Iblis yang menyamar, ia hanya menjawab, “Biarin ajalah. Cuek aja...”
Saya, yang tidak terima, langsung memutuskan untuk mengusir roh jahat itu di dalam Nama Yesus—tepat saat si Nenek palsu sedang membuka-buka lemari makanan. Namun Tuhan menghentikan mulut saya, dan saya terbangun.
“Kenapa Anda menghentikan saya mengusirnya?” tanya saya setelah sadar penuh.
“Kamu kutugaskan untuk melihat,” balas Tuhan, “bukan untuk mengusirnya. Karena kamu belum siap.”
Dari sana, saya diberitahu oleh Tuhan bahwa mimpi tersebut menggambarkan suasana keluarga saya yang masih suam-suam kuku—terutama dalam penyembahan berhala. Bisa dibilang mayoritas keluarga saya memang sudah mengenal dan menerima Kristus. Namun di sisi lain, seperti kebanyakan keluarga Tionghua pada umumnya, kami masih ‘menghormati; dan percaya akan roh-roh nenek moyang yang menjaga kita.
Untungnya, saya telah terlepas dari cengkraman pribadi Iblis saat saya pelepasan beberapa bulan yang lalu. Waktu itu, saya dilayani seorang hamba Tuhan dan dilepaskan dari ikatan nenek moyang yang mencengkram hidup saya. Dari sanalah saya tersadar, kalau misalnya Yesus mau melepaskan saya dari roh-roh nenek moyang, artinya roh-roh tersebut jelas bukan berasal dari Dia... Lho, jadi sebenarnya siapa mereka?
Jawabannya sempat saya temukan di buku-buku Ev. Daud Tony: mereka adalah Iblis yang menyamar. Beliau menjelaskan, ketika kita lahir di udnia ini, akan ada satu malaikat penjaga—terlebih jika orang tua kita telah menerima Kristsu—dan juga Iblis yang akan mengikuti kita sampai kita mati. Dan ketika manusia meninggal, roh orang tersebut tentunya akan naik ke Sorga—jika lulus seleksi—atau turun ke Neraka. Tidak ada yang nyangkut di sini.
Nah, si jelek yang dari lahir mengikuti merekalah yang akan menyamar menjadi orang-orang yang telah wafat ini! Tentu saja, tujuannya adalah agar mereka dapat memanen lebih banyak lagi jiwa-jiwa dunia supaya mereka melakukan Pelacuran Bakti—seperti yang ditulis dalam Alkitab dan masuk dalam nominasi dosa yang paling Tuhan benci. Dan apa hasil akhirnya? Tentu saja hidup yang berada di bawah cengkraman Iblis karena tipuan kecil ini.
Hari Kedua
Saya diberi pokok doa untuk mendoakan anak-anak Allah yang terhilang hari ini, khususnya yang saya kenal secara personal. Dan seperti hari sebelumnya, Tuhan kembali memberikan sebuah pengelihatan lewat mimpi.
Di dalam mimpi tersebut, saya dengan Ibu saya sedang berjalan-jalan di daerah dekat rumah saya, daerah Kebon Pala—Jakarta Timur. Saya melihat keramaian orang-orang yang berjalan kaki di sekitar kami. Namun, yang aneh adalah, saya melihat banyak orang yang justru berjalan di tengah-tengah jalan dibanding di trotoar—meskipun saat itu banyak kendaraan yang sedang lalu lalang!
Kami pun kemudian dikejutkan oleh kehadiran seekor babi hutan berwarna hitam kecokelatan. Ia terlihat sangat menjijikan dan siap menyeruduk kapan saja. Spontan, orang-orang di sekitar kami langsung berlarian ke sana kemari karena panik, melihat babi itu. Tapi ketika saya perhatikan, babi tersebut justru berjalan dengan santainya sambil tertawa-tata, seakan-akan jalanan tersebut adalah miliknya.
Saya berlari ke atas jembatan dan menaiki sebuah kendaraan umum untuk lari dari babi itu. Dan di situlah saya bangun.
Tuhan memberikan pengertian mimpi ini setelah saya mendiskusikannya bersama dengan Bro. Harvi.
· Orang yang berjalan di tengah jalan raya adalah orang-orang yang hidupnya masih suam-suam kuku. Meskipun mereka tahu hidup seperti itu berbahaya, mereka masih cuek saja dan terus menjalankan kehidupan mereka.
· Orang-orang yang berjalan di trotoar adalah orang-orang yang berjalan di jalan Tuhan. Mereka aman dari kendaraan-kendaraan yang ngebut-ngebutan di jalan raya.
· Babi jelek itu adalah manifestasi Iblis sendiri. Meskipun banyak sekali orang di sekitar si babi, namun mereka malah takut dan kabur melihatnya—alih-alih bekerja sama dan mengeroyok si babi. Padahal, tentu saja si babi itu kalah jumlah sama orang-orang di sekelilingnya. Mungkin tidak mudah, tapi setidaknya, orang-orang bisa bekerja sama.
Validasi : 1 Raja-raja 14:24, Imamat 20:6, Hosea 4:12, Imamat 19:31, 2 Korintus 6:16, Efesus 5:8, 1 Petrus 2:16, Yakobus 4:7.