Author : Benedictus Harvian
Saya hendak tidur malam setelah berletih-letih ria seharian ketika Suara Tuhan bergaung jelas di roh saya, "Aku akan memberikanmu mimpi malam ini."
Respon saya: “HAH?!”
Mengingat saya adalah orang super pelupa yang sangat jaraaaangg bisa mengingat mimpi, saya cukup frantic. Tapi sebelum saya mengatakan apa-apa, Tuhan sudah menjawab kekhawatiran saya, "Berdoalah secara khusus supaya isi bejanamu tidak dicuri oleh si jahat."
Ooh, iya juga ya? Kenapa saya tidak berpikir begitu? Toh saya sudah melihat kuasa doa yang begitu nyata dan kuat dalam kehidupan saya.
Baiklah. Saya langsung berdoa supaya Tuhan memproteksi saya, menutupi 'lubang di bejana' saya, mencurahkan anugerahnya tanpa membiarkan ada porsi yang 'terambil' oleh si jahat. Saat itu, Tuhan memerintahkan secara khusus untuk mengikat roh-roh pencuri karunia, roh yang membutakan indera roh saya, dan roh yang--ehem--mengacaukan ingatan saya (Author : sebegitu pikunnya kah saya, Loord?). Setelahnya, saya menjeblak tidur...
Dan benar saja, saya terbangun sekitar jam 6 dengan bermimpi.
Berlatar belakang sebuah cafe, saya duduk di sebuah meja putih berhadapan dengan seorang saudari dalam Kristus. Ia sedang menunjukkan sebuah buku menu (tipikal yang ada di rumah makan atau cafe) yang terbuka dan menerangkan bagian-bagian yang ada di situ dengan antusias. Awalnya saya mendengarkan dengan antusiasme yang sama, namun setelah sekian lama mulai timbul rasa tidak enak hati. Rasanya, saya merasa tidak enak pada Saudari tersebut karena ia menjelaskan terlalu banyak—padahal seharusnya saya ikut memberi kontribusi.
Ketika saya hendak bangkit menyuarakan perasaan itu, spontan scene berganti menjadi sebuah space kosong. Seketika, saya menengok ke samping dan melihat Tuhan Yesus berdiri dalam jubah putih-Nya. Ia hanya memandangi saya dengan ekspresi datar tidak tertebak. Saya terkejut mendapati sebuah perasaan meluap dalam diri saya dalam skala yang besar—yang setelahnya saya cerna sebagai rasa bersalah karena telah tidak menghiraukan diri-Nya dengan tidak membiarkan Ia sendiri yang menjelaskan isi ‘menu’ tersebut.
Saya pung terbangun.
Penjabaran Hikmat atas hal ini cukup mencengangkan.
· Cafe adalah Lembah Penentuan di mana para pejuang Kristus ambil andil dalam peperangan akhir zaman.
· Menu yang dijelaskan adalah sistem berperang.
· Makanan yang (akan) dipesan melalui menu tersebut adalah Kedatangan Kristus—seperti yang kita tahu, peperangan akhir zaman ditujukan untuk menyiapkan jalan bagi Sang Tuan.
· Rasa tidak enak hati yang saya rasakan kepada Tuhan berarti kontribusi yang belum optimal dalam peperangan.
· Tuhan Yesus dalam tatapan datar dan perasaan bersalah saya kepada-Nya menggambarkan bahwa kita harus lebih mengandalkan-Nya sebagai Komandan yang sesungguhnya. Ia akan memberi taktik dan pengarahan menuju level baru bila kita lebih mengandalkan-Nya secara langsung—itulah yang Ia sampaikan dengan tersirat.
Saya tertegun.
’Mimpi ini punya arti krusial bagi kesatuan Tim Doa,’ impresi tersebut terus membayangi saya ketika Tuhan berpesan kembali, “Lanjutkan tidurmu. Aku akan memberimu mimpi kembali.” Menurut, saya pun tidur.
Mimpi kedua.
Saat itu sore hari penuh awan hitam. Suasana agak gelap dan mencekam, kalau boleh dibilang. Lokasi yang menjadi latar adalah bagian depan rumah saya—tepatnya, depan pintu pagar. Saya hanya berdiri di situ sambil menunggu pagar dibukakan. Lama, pintu belum juga dibukakan namun saya tetap santai berdiri menunggu tanpa adanya rasa kuatir sedikit pun.
Ponsel bergetar dan saya mengeluarkannya dari kantung. Ternyata pesan dari Felicia Yosiana. Feli bercerita tentang semacam gerakan global baru yang besar dan ia mencantumkan link situs gerakan tersebut. Saya membukanya dengan gadget yang saya kenal sebagai I-Pad (sebenarnya saya tidak memiliki I-Pad... ::p) dan menemukan layout website pada umumnya.
Background-nya putih dengan highlight-highlight tulisan yang tidak saya ingat jelas. Ada beberapa foto orang-orang dan salah satu yang saya ingat adalah foto orang beretnis Barat dan orang India. Judul situs tersebut yang bergerak dari kanan ke kiri tipikal hasil desain website dan corak tulisannya masih saya ingat jelas. Ini judul website tersebut : ‘Babylism’.
Isi pesan selanjutnya yang saya baca adalah bagaimana Feli bercerita dengan tidak semangat betapa worship-nya semalam tidak naik.
Inilah yang saya ingat setelah saya bangun.
Pengertian-pengertian yang lebih mencengangkan lagi disisipkan Hikmat :
· Langit penuh awan hitam menandakan aktivitas si jahat yang semakin besar. Suasana yang gelap dan atmosfir mencekam menjadi validasinya.
· Saya yang menunggu di depan pintu rumah berarti penantian akan Kedatangan Kristus. Secara analogis, saya hendak masuk rumah untuk mendapat perlindungan dan tempat berteduh. Demikian pula kita yang menunggu Pengangkatan akan diselamatkan dari cengkeraman si jahat.
· Pagar memang belum dibukakan untuk masuk karena Pengangkatan memang belum terjadi. Namun sikap santai saya berarti penantian akan Hari Tuhan dengan keterjagaan yang penuh.
· Pesan soal gerakan global memperingatkan gerakan antikris yang memang sudah semakin meluas sekarang. Hal ini juga berarti secara roh, di mana saya, beberapa teman lain, dan banyak hamba Tuhan merasakan sendiri dan mendapat nubuatan dari Tuhan bahwa gerakan Iblis dan antek-anteknya semakin gencar di alam roh—khususnya tahun baru ini.
· Judul ‘Babylism’ ini sempat membingungkan saya. Jujur, awalnya saya sempat merasa itu konyol dan semacamnya, karena merasa kata-kata tersebut tidak memiliki arti... Namun, Anda tahu? Roh Kudus menuntun pikiran saya bahwa ini berhubungan dengan suatu kota simbolis yang banyak disebutkan di Wahyu—Babel. Bahasa Inggris dari Babel adalah Babylon. Saya menelan ludah dengan tegang seraya Roh Kudus memasukkan pasal-pasal dari Kitab Wahyu berhubungan dengan Babel untuk saya proses. Apakah istilah ‘ism’ yang berarti cara atau sistem itu mengimplikasikan ‘Babylonisme’? Pemujaan dunia terhadap Babel. yang dilukiskan Wahyu sebagai antikris? Saya bergidik pada pemikiran ini.
· Kesulitan Feli untuk ‘menaikkan’ pujian penyembahannya melambangkan jalan anak-anak Allah yang tidak akan semulus tahun-tahun sebelumnya. Bertahan dan tetap teguh dalam Tuhan atau tidak sama sekali!! Kurang lebih seperti itulah yang Tuhan sampaikan dan peringatkan untuk tahun yang akan penuh gejolak dan konfrontasi ini.
Habakuk 2:2
“Sebab pengelihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.”
Zefanya 1:7
“Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat. Sungguh TUHAN telah menyediakan perjamuan korban dan telah menguduskan para undangan-Nya.”