Author : Angelina Irena
31 Desember 2011
Kami memulai Doa Perang dadakan setelah sempat bergumul lama mengenai izin keluar rumah. Saya, yang diposisikan JC sebagai rear guard bersama Felicia dan Rachel, akhirnya mendapatkan vision yang sangat jelas. Pada saat peperangan berlangsung, saya—di dalam roh—tampak mengenakan kuda putih dan memegang perisai serta pedang yang sangat panjang. Tempat kami berperang pada awal-awal putaran terlihat seperti peperangan di atas lava yang merah menyala.
Setelah kami mulai berdoa, saya berderap menggoreskan pedang saya ke tanah dan membuat lingkaran di sekitar para pejuang Tim Doa. Dari goresan tersebut mendadak keluar cahaya putih yang memancar—yang dilihat Felicia Yosiana sebagai perisai cahaya saat kami rehat. Di situ kemudian Tuhan berkata, “Anakku, jangan takut. Kalian sama sekali tidak kekurangan proteksi. Aku menyupportmu sepenuhnya. Malaikat berjaga di sekelilingmu. Cahaya putih ini adalah tanda bahwa kalian mendapatkan perlindungan.”
Saat kami selesai rehat, review dan mencatat, kami mulai menggempur dalam doa dengan lebih intens lagi, terutama terhadappp roh-roh teritorial di Indonesia. Pengelihatan saya kembali terbuka. Saya melihat seekor naga besar yang hitam pekat; kulitnya sangat tebal dengan sisik berlapis-lapis. Ia terlihat marah dan siam menghantam kami. Kemudian saya menyaksikan para frontliners (Ivan dan Harvi) berusaha menebaskan senjata mereka ke leher sang naga. Naga hitam itu terluka dan menjerit, tapi ia bangkit lagi dan lukanya sembuh. Hal ini terjadi saat kami mulai menggempur wilayah lain. Saat kami menaikkan intensitas, naga itu kembali menjerit lama dan kencang.
Pengelihatan selesai.