Author: Aloisius Kevin
Gimana nih??? Gw harus ngapain!?? Gw harus ngapain!!??
Gimana nih gw nanti??..
What to do?? What to do??
Dan hal tersebut terjadi lebih dari 3 mata kuliah yang diujikan.
Alhasil, nilai ujian saya cukup memuaskan :3
[ Read More ]
Gimana nih??? Gw harus ngapain!?? Gw harus ngapain!!??
Gimana nih gw nanti??..
What to do?? What to do??
Begitulah kata-kata
yang saya keluarkan beberapa minggu yang lalu.
Mungkin Anda jadi bertanya-tanya apa yang sedang saya alami, sampai-sampai saya bisa mengeluarkan kata-kata aneh semacam itu.
Kebakaran rumah?
dikejar kucing?
Dompet ilang?
ATM dicolong orang?
Jatuh ke got?
Tidak, Tidak ada satupun dari kejadian di atas yang saya alami.
Rumah saya tidak terbakar ataupun kebanjiran. Dompet saya juga tidak ilang maupun dicolong orang.
Mungkin Anda jadi bertanya-tanya apa yang sedang saya alami, sampai-sampai saya bisa mengeluarkan kata-kata aneh semacam itu.
Kebakaran rumah?
dikejar kucing?
Dompet ilang?
ATM dicolong orang?
Jatuh ke got?
Tidak, Tidak ada satupun dari kejadian di atas yang saya alami.
Rumah saya tidak terbakar ataupun kebanjiran. Dompet saya juga tidak ilang maupun dicolong orang.
“Loh..Kalo
gitu saya kenapa? Kok kata-katanya aneh
amat?”
Teman-teman, saya sedang………………..
UTS
Teman-teman, saya sedang………………..
UTS
Kalau misalnya otak
saya digambarkan dengan kata-kata, kurang lebih akan berisi seperti ini
menjelang detik-detik UTS:
1
Bulan menjelang UTS?
‘UTS??? Apalah ituu?? BWAHAHAHAHA’
‘UTS??? Apalah ituu?? BWAHAHAHAHA’
2
Minggu menjelang UTS?
‘UTS ya?? Hem…masih 2 minggu lagi. Santai aja..’
‘UTS ya?? Hem…masih 2 minggu lagi. Santai aja..’
1
Minggu menjelang UTS
“Waaa..1 minggu lagi UTS. Fokus!! Fokus!!(Sambil main PSP)”
“Waaa..1 minggu lagi UTS. Fokus!! Fokus!!(Sambil main PSP)”
2
Hari menjelang UTS
“Belajar!!! Belajar!! (lagi-lagi sambil main PSP)”
“Belajar!!! Belajar!! (lagi-lagi sambil main PSP)”
1
hari menjelang UTS
“I’M DEAD….God….help…T.T(Belum belajar apa-apa)”
“I’M DEAD….God….help…T.T(Belum belajar apa-apa)”
“Ya ampunnnn..UTS doank…Gw kira kenapa”,
mungkin ada beberapa dari teman-teman sekalian yang berpikir demikian.
Tapi bagi saya dan beberapa teman mahasiswa lainnya, UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester) merupakan sebuah ujian kehidupan yang sangat berat.
Tapi bagi saya dan beberapa teman mahasiswa lainnya, UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester) merupakan sebuah ujian kehidupan yang sangat berat.
Kenapa? Karena UTS dan
UAs membuat saya harus membagi banyak hal di dalam kehidupan seorang mahasiswa.
Membuat saya harus membagi waktu, antara pelayanan untuk Tuhan dengan belajar untuk ujian.
Membuat saya harus membagi tenaga, antara belajar materi ujian dengan menyelesaikan tugas yang sudah deadline.
Membuat saya harus membagi pilihan, antara tidur di atas ranjang atau tidur di atas buku.
Membuat saya harus membagi kepercayaan, antara Tuhan dengan contekan…..
Membuat saya harus membagi waktu, antara pelayanan untuk Tuhan dengan belajar untuk ujian.
Membuat saya harus membagi tenaga, antara belajar materi ujian dengan menyelesaikan tugas yang sudah deadline.
Membuat saya harus membagi pilihan, antara tidur di atas ranjang atau tidur di atas buku.
Membuat saya harus membagi kepercayaan, antara Tuhan dengan contekan…..
Dan seperti biasa,
kejadian-kejadian yang menekan saya, pastinya membuat saya jadi parno.
(Parno: Rasa kekhawatiran yang timbul akibat dari suatu kejadian di luar perencanaan; Panik yang berlebihan; Rasa takut tanpa disertai dengan alasan yang jelas.)
Gila!!! Banyak banget bahannya..
Gimana ya kalo gw nanti gak lulus??
Gimana ya kalo nanti IP gw jelek
Gimana ya kalo nanti gw gak bisa dapet A
(Parno: Rasa kekhawatiran yang timbul akibat dari suatu kejadian di luar perencanaan; Panik yang berlebihan; Rasa takut tanpa disertai dengan alasan yang jelas.)
Gila!!! Banyak banget bahannya..
Gimana ya kalo gw nanti gak lulus??
Gimana ya kalo nanti IP gw jelek
Gimana ya kalo nanti gw gak bisa dapet A
Dan masih banyak “Gimana ya kalo nanti gw…..” lainnya, yang membuat
saya berkata “Saya harus ngapain ya Lord
Jesus???”
Ke’parno’an
saya membuat saya jadi takut setengah mati dan membuat iman saya mulai goyah.
“Ehm..Kalo gw bikin contekan, nanti bisa ketauan. Tapi gak mungkin juga gw bisa belajar semuanya malam ini. Duh…Mesti gimana ya..??”, saya bertanya dalam hati.
Akhirnya karena putus asa, saya menyerahkan semua masalah saya ke Tuhan.
Saya masuk ke kamar, menutup mata, dan mulai menumpahkan semua kekhawatiran saya ke bawah kakinya.
Diawali dengan sebuah doa untuk pimpinan Hikmat Allah, akhirnya saya mulai belajar.
‘SEMANGAT!!!......’
Dan saya pun menghabiskan malam tersebut dengan belajar materi untuk ujian besok.
Meskipun saya sudah belajar semalaman, tapi ternyata bahan yang harus saya pelajari masih sangat banyak.
Mulai lagi deh tuh saya khawatir
“gimana yak kalo gw begini,,,gmna ya kalo gw begitu,,”, dst, bahkan Saking khawatirnya saya, tangan saya mulai gemetaran sendiri.
Tanpa disadari waktu memaksa saya untuk masuk ke ruang ujian.
Di dalam ruang ujian saya yang udah pasarah, memohon lagi kepada Tuhan.
“Lord…Help me. I’ve done my best. Let Your will be done. amen”, dan memulai membalik kertas soal saya.
Tadinya saya berpikir akan mengerjakan sebisa saya, dan keluar dari ruangan ujian setelah 15 menit.
Namun tampaknya bukan itu yang Tuhan rencanakan.
Semua soal yang keluar di ujian tersebut, adalah soal-soal yang sudah saya pelajari.
Sedangkan semua soal yang tidak saya pelajari, TIDAK keluar di ujian tersebut.
“Ehm..Kalo gw bikin contekan, nanti bisa ketauan. Tapi gak mungkin juga gw bisa belajar semuanya malam ini. Duh…Mesti gimana ya..??”, saya bertanya dalam hati.
Akhirnya karena putus asa, saya menyerahkan semua masalah saya ke Tuhan.
Saya masuk ke kamar, menutup mata, dan mulai menumpahkan semua kekhawatiran saya ke bawah kakinya.
Diawali dengan sebuah doa untuk pimpinan Hikmat Allah, akhirnya saya mulai belajar.
‘SEMANGAT!!!......’
Dan saya pun menghabiskan malam tersebut dengan belajar materi untuk ujian besok.
Meskipun saya sudah belajar semalaman, tapi ternyata bahan yang harus saya pelajari masih sangat banyak.
Mulai lagi deh tuh saya khawatir
“gimana yak kalo gw begini,,,gmna ya kalo gw begitu,,”, dst, bahkan Saking khawatirnya saya, tangan saya mulai gemetaran sendiri.
Tanpa disadari waktu memaksa saya untuk masuk ke ruang ujian.
Di dalam ruang ujian saya yang udah pasarah, memohon lagi kepada Tuhan.
“Lord…Help me. I’ve done my best. Let Your will be done. amen”, dan memulai membalik kertas soal saya.
Tadinya saya berpikir akan mengerjakan sebisa saya, dan keluar dari ruangan ujian setelah 15 menit.
Namun tampaknya bukan itu yang Tuhan rencanakan.
Semua soal yang keluar di ujian tersebut, adalah soal-soal yang sudah saya pelajari.
Sedangkan semua soal yang tidak saya pelajari, TIDAK keluar di ujian tersebut.
Ekspresi saya langsung
berubah dengan mata belo (0_0) dan mulut melongo (‘0’).
Saya mengerjakan soal tersebut sampai selesai semuanya, sambil terheran-heran dengan pekerjaan tangan Tuhan.
Saya mengerjakan soal tersebut sampai selesai semuanya, sambil terheran-heran dengan pekerjaan tangan Tuhan.
Dan hal tersebut terjadi lebih dari 3 mata kuliah yang diujikan.
Alhasil, nilai ujian saya cukup memuaskan :3
Dari pengalaman ujian
parno tersebut, saya belajar sesuatu.
Terkadang sebagai manusia kita sulit untuk berserah kepada Tuhan, dan itu merupakan hal yang wajar.
Karena terkadang kita lebih tertarik untuk menyimpan “gimana ya kalo gw nanti begini” atau “gimana ya nanti kalo gw begitu”, dibanding berserah pada Tuhan.
Padahal jika diukur dari besarnya kekuatan, kekuatan manusia kalah jauh banget sama kekuatan Tuhan.
Jadi kenapa gak berserah aja sama Tuhan?
Terkadang sebagai manusia kita sulit untuk berserah kepada Tuhan, dan itu merupakan hal yang wajar.
Karena terkadang kita lebih tertarik untuk menyimpan “gimana ya kalo gw nanti begini” atau “gimana ya nanti kalo gw begitu”, dibanding berserah pada Tuhan.
Padahal jika diukur dari besarnya kekuatan, kekuatan manusia kalah jauh banget sama kekuatan Tuhan.
Jadi kenapa gak berserah aja sama Tuhan?
Berserah bertujuan agar
Tuhan turun tangan dalam menghadapi masalah kita.
Berserah berawal dari kepercayaan.
Kepercayaan berawal dari iman.
Iman berawal dari kasih.
Kasih berawal dari pengenalan dan pencarian akan Tuhan.
Jadi kalau kita mau berserah dan membiarkan Tuhan membukakan kita jalan, carilah kerajaan-Nya lebih dahulu, carilah Tuhan lebih dahulu
Berserah berawal dari kepercayaan.
Kepercayaan berawal dari iman.
Iman berawal dari kasih.
Kasih berawal dari pengenalan dan pencarian akan Tuhan.
Jadi kalau kita mau berserah dan membiarkan Tuhan membukakan kita jalan, carilah kerajaan-Nya lebih dahulu, carilah Tuhan lebih dahulu
Kekhawatiran kita tidak
akan membuahkan apapun.
Dalam kasus saya, kekhawatiran yang saya pelihara, hanya akan membuahkan tangan yang gemetar saat belajar.
Dalam kasus saya, kekhawatiran yang saya pelihara, hanya akan membuahkan tangan yang gemetar saat belajar.
Tuhan Yesus sendiri berkata,
“Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?”(Lukas 12:25)
Maksudnya, sebesar apapun kekhawatiran Anda, kekhawatiran tersebut tidak akan membukakan jalan bagi masalah hidup Anda.
Hanya tangan Tuhan yang dapat membukakan jalan bagi Anda.
“Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?”(Lukas 12:25)
Maksudnya, sebesar apapun kekhawatiran Anda, kekhawatiran tersebut tidak akan membukakan jalan bagi masalah hidup Anda.
Hanya tangan Tuhan yang dapat membukakan jalan bagi Anda.
Namun bukan berarti
kita tinggal duduk saja tanpa berbuat apa-apa.
Karena hal tersebut hanya akan membuat kita menyerah, dan bukan berserah kepada Tuhan.
Kita di satu sisi harus berserah pada Tuhan, namun di sisi lain selalu melakukan yang terbaik yang kita dapat lakukan.
Karena hal tersebut hanya akan membuat kita menyerah, dan bukan berserah kepada Tuhan.
Kita di satu sisi harus berserah pada Tuhan, namun di sisi lain selalu melakukan yang terbaik yang kita dapat lakukan.
Mungkin masalah saya
tidak sebesar masalah mereka di luar sana.
Yang setiap harinya bekerja keras untuk bertahan hidup, yang terancam hidupnya atau yang melakukan pelayanan di tempat nan jauh di sana.
Namun satu hal yang selalu pasti akan terjadi.
Tuhan itu adil, dan Dia tidak akan memalingkan muka-Nya dari anak-anak yang memanggil-Nya.
Kita boleh saja khawatir, tetapi ingatlah hal tersebut tidak akan membukakan jalan bagi masalah kita.
SEEK HIM and ASK for His help!!
Godspeed
Yang setiap harinya bekerja keras untuk bertahan hidup, yang terancam hidupnya atau yang melakukan pelayanan di tempat nan jauh di sana.
Namun satu hal yang selalu pasti akan terjadi.
Tuhan itu adil, dan Dia tidak akan memalingkan muka-Nya dari anak-anak yang memanggil-Nya.
Kita boleh saja khawatir, tetapi ingatlah hal tersebut tidak akan membukakan jalan bagi masalah kita.
SEEK HIM and ASK for His help!!
Godspeed
Ayat Validasi:
Lukas 12: 22-34