Sesaat setelah aksi nekadnya, barulah ia sadar kalau persenjataannya benar-benar tidak cocok dengan musuh yang susah mati ini. Nggak tanggung-tanggung, saya melihatnya membuang machine gun-nya dan mulai maju dengan modal granat lempar! Saya sampai terkagum-kagum dari belakang... Padahal, granat miliknya itu tidak sehebat laser canon saya daya rusaknya, tapi ia tetap maju dengan berani—selalu sekitar tiga puluh meter di depan saya dan lari ke sana ke sini.
Dan dengan begitu, tentunya pekerjaan saya jadi lebih mudah. Kalau ditotal, jadi hanya butuh satu kali tembakan dan satu granat untuk setiap monster ukuran jumbo. Ini sangat menguntungkan senjata saya yang memiliki waktu agak lama untuk reload karena tingkat destruktifnya yang tinggi.
Adegan kembali berganti. Saya kembali sendirian di pulau industrial yang sunyi itu. Dan entah darimana, tiba-tiba Aloi dan Harvi datang dengan persenjataan yang sama seperti saya. Satu-satunya yang berbeda dari kami hanyalah warna baju dan model perlengkapan perang kami. Tapi kurang lebih, senjata kami tingkat keganasannya sama.
Maju dengan hati-hati, kami pun membentuk formasi 2 – 1. Kalau Aloi dan Harvi sedang berjalan di depan, saya yang jaga belakang. Dan begitu juga saat kami berputar mengubah posisi dalam formasi. Dua orang di depan, satu orang di belakang untuk mengawasi. Pokoknya benar-benar maju dengan back-to-back sekali, deh!
Di saat itulah saya bangun.
Siapa sangka, mimpi aneh itu benar-benar analogis dengan apa yang akan terjadi pada perang besar 2 Febuari.
Inilah arti mimpi menurut Hikmat:
· Kapal Perang merupakan zona pribadi peperangan kali ini—yang memang dirahasiakan Tuhan. Ini juga lumayan nyata dari buritan kapal yang kosong melompong, karena notabene, hanya tiga orang anak Tim Doa yang disuruh maju.
· Pulau Industrial melambangkan teritori Allah yang sudah dipenuhi pabrik-pabrik musuh. Singkat kata, sudah dijajah Iblis. Benteng-benteng mereka berdiri teguh karena anak-anak Allah memberikan mereka surat pembangunan yang sah—seperti malas berdoa atau keterikatan pada suatu dosa, misalnya.
· Musuh ukuran besar melambangkan bahwa perang kali ini sudah tidak main-main. Ini juga melambangkan betapa intensnya peperangan rohani setiap prajurit Tuhan di masa-masa akhir zaman ini.
· Perlengkapan saya yang hi-tech menunjukan bahwa setiap prajurit Tuhan harus senantiasa meminta pembaharuan budi dan rohnya dan harus terus berlatih di dalam bimbingan Roh Kudus. Peperangan ini tidak main-main, dan saya tidak bisa membayangkan andaikata saat itu saya harus maju hanya dengan sebuah belati. Persiapan yang memadai sangat dibutuhkan dalam menjalankan komando Sang Raja.
· Senjata yang diganti menunjukan dua hal: yang pertama adalah kearifan Tuhan terhadap mereka yang mau maju bagi nama-Nya, yang kedua adalah perlengkapan ekstra yang disediakan-Nya pada saat-saat genting. Tuhan kita bukan Allah yang cuek dan mengirim prajurit siap mati; Ia adalah Jehovah Jireh, Allah yang Memperlengkapi dan Menyediakan. Tentu saja, diberikan atau tidaknya ‘senjata’ heboh itu berkaitan dengan seberapa jauh Anda mau maju bagi-Nya.
· Musuh yang sangat pasif di dalam kompleks industrial itu menyatakan kuasa Tuhan sekaligus strategi-Nya yang brilian. Ia di sini memberikan kami poin spesifik untuk terlebih dahulu mengikat musuh di dalam nama-Nya sehingga mereka tidak mampu memberikan perlawanan yang terlalu barbar. Bukan berarti tidak capek atau gaji buta, lho... Hanya saja, efek serangan baliknya diminimalisir.
· Tidak adanya alarm yang berbunyi saat saya jelas-jelas membantai musuh menunjukan satu poin lagi: meminta Tuhan untuk menahan dan membutakan bala bantuan pasukan lawan. Ini berkaitan dengan Tulah Kegelapan yang akan kami pakai di hari itu seturut bimbingan Roh Allah. Penjabaran Tulah lebih lanjut kami tuliskan di bawah poin-poin ini.
· Meitri yang tiba-tiba muncul dan beraksi nekad menunjukan aktivitas rohnya di Alam Roh. Dan memang benar, setelah kami konfimasi dengan orangnya, ia mengakui bahwa rohnya telah mendapat ‘gelitikan’ dari Tuhan mengenai perang kami dan ia pun berdoa perang di malam sebelumnya. Memang saat itu senjatanya belum di-upgrade seperti saya karena yang dikhususkan untuk maju hanya saya, Aloi dan Harvi... Tapi nyatanya, apa yang dilakukannya sungguh berarti dan membantu kami. Tambahan: ini juga menunjukan ‘kesadaran’ rohnya yang mulai peka—karena ia telah terbukti dapat menangkap sinyal alert dari kami bertiga tanpa pemberitahuan. Dan inilah yang dibutuhkan setiap prajurit Allah: roh yang peka.
· Formasi yang dibuat saya, Aloi dan Harvi menunjukan garis besar taktik perang kali ini. Secara posisi tempur, Harvi dan Aloi memang berada di depan sebagai Frontliners. Sedangkan saya, sesuai dengan analogi mimpi, memang telah ditempatkan Tuhan menjadi Rear Guard—penjaga garis belakang. Strategi dan taktik sangat penting dalam peperangan rohani. Tuhan kita adalah Allah yang Merencanakan dan akurat dalam setiap gerak-gerik-Nya. Ia tidak akan melepas anak-anak-Nya tanpa modal strategi ataupun taktik tempur. Walau tentu saja, untuk melaksanakannya, sangat dibutuhkan iman.
Setelah analisa mimpi yang singkat ini, kami pun mulai bersiap-siap dan saling bertukar strategi yang didapat dari Tuhan. Seperti biasa, dalam perang dalam tim, Tuhan selalu memberikan poin dan petunjuk spesifik kepada setiap anak-anak-Nya. Sehingga, umumnya poin yang ditanamkan Tuhan kepada setiap individu berbeda namun saling berkaitan dan saling memvalidasi. Bahkan, waktu saya lagi pusing menyusun bahan rapat Tim Doa, Tuhan langsung menyambar, “Kamu tidak usah pusingkan poin ini, ini sudah diurus Harvi. Kamu fokus ke poin kedua dan ketiga saja.” Dan yang Ia katakan benar-benar terjadi. Harvi dan anak-anak Tim Doa lain yang ikut rapat adalah saksi hidupnya.
Ia benar-benar Allah yang mengerti fokus! Sama seperti zaman para rasul dahulu, di mana ada pembagian tugas di antara para rasul, sekarang pun Tuhan kita tetaplah Tuhan yang sama. Ia adalah Tuhan yang mengkhususkan Rasul Paulus untuk menginjili orang-orang non-Yahudi dan mengutus Petrus untuk fokus ke lingkup orang-orang Yahudi. Tuhan Yesus tetap sama; dahulu, sekarang, dan selama-lamanya, Amin.
Validasi : 1 Korintus 15:44, Markus 16:17-18, Ibrani 13:21, Roma 13:11, Matius 26:41, Efesus 6:18, Efesus 6:12.
—Bersambung... :p