Author : Felicia Yosiana Gunawan
20 Febuari 2012.
Setelah Hikmat pengarti mimpi saya kembali pelan-pelan, saya bekerja gila-gilaan membayar hutang saya sama Tuhan. Dan memang kebetulan, kami lagi banjir mimpi. Tuhan sedang mengerjai saya rupanya... Bayangkan! Satu hari bisa sampai lima orang yang mimpi! Ini rekor Tim Doa! Oh well, saya pun harus kerja rodi melahap semuanya satu-satu dengan pimpinan Roh Kudus.
Nah, ada yang lucu setelah Hikmat ini dikembalikan Tuhan. Rasanya roh saya menangkap sinyal bahwa Tuhan telah memberikan lebih daripada apa yang telah Ia sita... Saya dapat merasakan dengan jelas, ada sesuatu di hadapan saya yang bisa dengan mudah saya raih, hanya saja saya masih terbentur beberapa lapis dinding. Roh Kudus seakan-akan sedang menantang saya untuk menyelesaikan pergumulan saya dan bayar harga untuk mendapatkan apa yang telah Tuhan sediakan di balik semua itu. Dan apakah ‘bonus’ tersebut? Hikmat ekstra.
Serius, ini pertama kalinya otak dan roh saya dijajah sama info. Rasanya satu ayat saja itu bisa bikin roh saya sesak nafas karena begitu banyaknya arti terselubung yang diserap Hikmat. Tapi ya itu tadi, saya masih suka terbentur sana-sini dalam menyerap dan mengartikannya. Rasanya saya bisa mengerti, tapi ada selubung di hati dan mata saya yang membuat saya harus meraba-raba lebih jauh.
Yak, sekian dulu introduksinya. Satu hal yang mau saya bagikan setelah berhasil membobol satu dari sekian puluh tembok menuju paket Hikmat adalah mengenai cara Allah menyeleksi prajurit-prajurit-Nya.
Kita semua tentu tahu bahwa ada yang namanya grup elit dalam setiap pasukan. Entah itu pasukan berkuda, pemanah, atau pejalan kaki, pasti ada, minimal, satu resimen bersenjata yang dicap elit dan dikhususkan untuk strategi-strategi dan kondisi tertentu. Biasanya, grup elit ini merupakan sekumpulan orang-orang berbakat atau yang telah terlatih dengan cara yang unik dan memiliki prestasi yang cemerlang juga. Atau tidak menutup kemungkinan, orang-orang ini adalah jenis prajurit yang berspesialisasi pada satu senjata atau gaya bertarung dengan level yang sangat tinggi.
Menurut saya, grup elit ini tidak mungkin tidak didik secara ‘elit’ pula. Pasti ada pelatihan khusus yang membuat mereka tambah ahli dan semakin dapat dipercaya. Tapi sebelum masuk dalam pelatihan, tentu ada yang namanya seleksi terlebih dahulu. Di sinilah saya mulai bertanya-tanya, seperti apakah cara Tuhan menyeleksi prajurit elit-Nya?
Salah satu jawaban yang saya temukan lewat Hikmat dari Roh Kudus adalah saat Ia menyeleksi prajurit pada pertempuran di Hakim-Hakim 7.
Perhatikan baik-baik: jumlah tentara yang dibawa Gideon, seorang yang telah diurapi oleh Roh Allah, adalah tiga puluh dua ribu orang. Jumlah yang lumayan, bukan? Tapi lihatlah, Allah tidak menghendaki mereka untuk menang dengan jumlah yang ‘lumayan’ tersebut. Kenapa? Alasannya ada di ayat 2.
Ya, Tuhan mengetahui benar hati dan kecenderungan manusia untuk memegahkan diri, dan Ia membuat sebuah perputaran jalan yang luar biasa untuk mengatasinya: dengan menyuruh mereka yang takut untuk pulang. Inilah poin pertama dari seleksi militer gaya Tuhan kita: hanya mereka yang berani dan beriman yang dipilih.
Dan lihatlah, dua puluh dua ribu! Ini kira-kira dua per tiga dari jumlah prajurit yang dibawa Gideon! Dan mereka semua packing serentak untuk kabur dari medan peperangan yang sudah ada di depan mata.
Dan apakah Gideon memenangkan pertempuran melawan pasukan musuh yang jauh lebih besar dari pasukannya? Ya, tapi tidak dengan sepuluh ribu orang yang teruji keberanian dan keteguhan imannya.
Mari kita lanjutkan pembacaan dengan teliti dan lihat baik-baik ayat 4. Apa yang Tuhan katakan setelah menemukan orang-orang yang beriman dan berani? “Masih perlu disaring lagi,” kata-Nya dengan jelas. Dan Ia pun menyiapkan sepuluh ribu pemberani ini memasuki tes kedua: dengan turun minum air.
Dan seperti yang Anda bisa baca, hanya tiga ratus dari sepuluh ribu saja yang ternyata lulus tes. Kenapa? Karena mereka membawa tangan mereka ke mulut dan tidak minum dengan berlutut dan menjilat (ayat 5-6).
Tadinya, saya sempat berpikir, “Wah... Berarti Tuhan mau orang-orang yang tahu etika saja, dong!” Dan ini ada benarnya. Tapi bukan ini saja yang tersirat dalam dua ayat penentuan tersebut. Sekarang, cobalah Anda bermain role-play sesaat. Anggaplah Anda adalah seorang prajurit yang siap bertempur. Musuh ada di lembah yang tidak terlalu jauh dari Anda berada. Dengan kemungkinan adanya penyelundup, mata-mata ataupun prajurit lawan yang sedang bersembunyi tidak jauh dari tempat Anda disuruh minum air, apakah Anda akan santai-santai saja? Tentu tidak! Nyawa taruhannya kalau sampai ada panah yang melayang saat Anda sedang asyik menceburkan kepala Anda ke dalam sungai! Dan lihat pula kemungkinan lain: Anda tentu akan kesulitan untuk bergerak cepat seandainya sang Komandan menyuruh resimen tentara bersiaga tiba-tiba.
Inilah poin penentu selanjutnya: kesiagaan, fokus dan kecerdikan!
Dengan menghirup air dari tangan—dan dengan demikian tidak berlutut dan menurunkan kesiagaan—tiga ratus orang lulus seleksi elit militer Tuhan. Mereka menunjukan kesiapan hati mereka untuk bertempur dengan tetap menjaga tubuh mereka tidak terlalu merunduk sehingga dapat bermanuver dengan cepat bila keadaan berubah tiba-tiba. Mereka ini juga tidak menceburkan kepalanya ke air sehingga mata dan seluruh indera mereka tetap awas dan sigap akan kemungkinan musuh yang bersembunyi. Dan dengan begitu, mereka juga telah mendapatkan kepercayaan Gideon karena mereka tetap berawas-awas akan keselamatan tuan mereka alih-alih asyik minum sendiri. Kesetiaan mereka teruji secara tidak langsung juga di sini. Tuhan kita benar-benar Allah yang praktis dan taktis dalam menyeleksi!
Dan apa hasilnya? Ayat 7 adalah buah dari segala kesigapan dan iman mereka. Bacalah, Tuhan mengatakan, “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup air itu akan Kuselamatkan kamu...”
Tidak lain, Tuhan Allah sebenarnya sedang mengatakan, “Dengan ketiga ratus orang-orang yang berani, tangkas, siaga, setia dan cerdik inilah Aku akan mendemonstrasikan strategi dan kuasa-Ku!”
Nah, tentu ada strategi elit bagi kelompok elit. Dan ayat-ayat selanjutnya mengkonfirmasikan hal itu kepada kita, prajurit-prajurit Allah di akhir zaman ini. Hanya saja pertanyaannya, apakah Anda termasuk yang sepuluh ribu dari tiga puluh dua ribu? Itu baik! Tapi itu saja belum cukup untuk mendapatkan kepercayaan Allah secara penuh. Tentu saja, Ia menginginkan kita untuk menjadi tiga ratus dari tiga puluh dua ribu!